• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang Permasalahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang Permasalahan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

I.1.1. Latar Belakang Permasalahan

Urban design draws together the many strands of place-making, environmental responsibility, social equity and economic viability; for example – into the creation of places of beauty and identity. Urban design is derived from but transcends related matters such as planning and transportation policy, architectural design, development economics, landscape and engineering. It draws these and other strands together. In summary, urban design is about creating a vision for an area and the deploying of the skills and resources to realise that vision

(Llewellyn-Davies, 2000: 12).

Masalah yang seringkali muncul dalam urban design adalah adanya konflik berbagai macam kepentingan yang harus diwadahi, seperti kepentingan sosial, pertumbuhan ekonomi, kelancaran transportasi, ruang terbuka, dan desain arsitektural. Desain awal sebuah kawasan seringkali menjadi tidak berguna karena adanya pertumbuhan dan tumbuhnya konflik yang tidak dapat dikontrol.

Kualitas ruang jalan pada suatu kawasan dipengaruhi oleh fungsi utama kawasan tersebut. Kualitas ruang jalan yang ideal pada suatu kawasan permukiman tentu berbeda dengan kawasan komersial. Perbedaan itu disebabkan adanya perbedaan aktivitas yang harus diwadahi pada ruang jalan. Selain itu bangunan, jalur pejalan kaki, dan vegetasi yang membentuk dinding jalan (street wall) juga sangat berpengaruh pada kualitas ruang jalan.

Jalur pejalan kaki sebagai salah satu elemen dari ruang jalan selayaknya didesain ideal sesuai fungsi kawasan. Seperti pada kawasan komersial sebaiknya dapat mewadahi aktivitas yang ada, seperti kebutuhan ruang parkir dan mobilitas orang dari satu tempat ke tempat yang lain.

(2)

Setting elemen fisik pada jalur pejalan kaki akan mempengaruhi kualitas

ruang jalan terutama secara visual dan psikologis. Kawasan komersial yang tertata baik akan dapat meningkatkan nilai jual kawasan tersebut, sehingga aktivitas yang ada menjadi lebih hidup (livable).

Great urban streets are often great streets to drive along as well as great public places to walk, but walking is the focus here. There have to be walkways that permit people to walk at varying paces, including most importantly a leisurely pace, with neither a sense of crowding nor of being alone, and that are safe, primarily from vehicles.

(Requirements for Great Streets)

Ruang jalan yang livable tentu yang dapat memberikan kenyamanan dan rasa aman bagi penggunanya serta dapat mewadahi segala macam aktivitas yang ada di sepanjang koridor jalan. Jalur pejalan kaki juga perlu diperhatikan karena jalan yang baik untuk berkendara seharusnya juga sama baiknya untuk pejalan kaki. Harus ada ruang jalan yang memungkinkan orang untuk berjalan, baik dengan santai, dengan tergesa-gesa atau berjalan sendirian dengan aman, terutama dari kendaraan.

I.1.2. Latar Belakang Pemilihan Lokasi

Koridor jalan di Yogyakarta yang memiliki dominasi fungsi sebagai area komersial terdapat di beberapa tempat. Area komersial ada yang memang berupa daerah perdagangan yang memiliki beberapa macam toko yang menjual aneka barang dagangan tanpa kualifikasi tertentu. Ada juga area komersial yang memiliki ciri khas karena toko-toko yang ada pada area tersebut menjual barang yang cenderung sama, contohnya pusat oleh-oleh.

Yogyakarta memiliki beberapa tempat yang dapat dikategorikan sebagai pusat oleh-oleh, di antaranya Jalan Mataram (sebelah timur Malioboro), Jalan Laksda Adisutjipto (sebelah timur pertigaan ring road utara menuju bandara), Jalan Rotowijayan, dan Jalan KS. Tubun (Patuk).

(3)

Di antara ketiga koridor jalan dengan fungsi komersial tersebut, Jalan KS. Tubun memiliki keunikan tersendiri, karena merupakan pusat bakpia (makanan yang terbuat dari tepung dan gula dengan isi kacang hijau, coklat, keju, durian, dll) yang merupakan oleh-oleh khas Yogya, tidak hanya sebagai tempat menjual tapi juga sebagai tempat produksi.

Gambar 1.1. Kawasan Patuk tahun 1945

Sumber : Koninklijk Instituut voor de Tropen, Netherlands

Dibandingkan dengan pusat cenderamata di Jalan Rotowijayan yang memiliki komoditi utama berupa batik (satu macam jualan utama), Jalan KS. Tubun memiliki keunggulan karena di sana daya tarik utamanya adalah toko bakpia itu sendiri. Toko-toko batik di Jalan Rotowijayan adalah pelengkap dari Kraton dan Tamansari yang merupakan daya tarik utama di kawasan tersebut.

Gambar 1.2. Kepadatan Jalan KS. Tubun dan sekitarnya

(4)

Kondisi Jalan KS. Tubun yang ramai oleh aktivitas perdagangan, aktivitas warga yang bermukim di sepanjang jalan tersebut, dan masyarakat umum yang memanfaatkan Jalan KS. Tubun sebagai jalan penghubung menyebabkan jalan ini kelebihan kapasitas. Akibatnya pada kondisi tertentu kemacetan tidak dapat dihindari, bahkan sampai berdampak ke jalan-jalan lain di sekitarnya.

Atas dasar keunikan lokasi di Jalan KS. Tubun dan karena kondisi ruang jalan yang tidak dapat mengakomodasi kepentingan-kepentingan yang ada di kawasan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di lokasi Jalan KS. Tubun.

I.2. Lokasi Penelitian

Jalan KS. Tubun merupakan suatu koridor jalan yang didominasi oleh fungsi komersial. Fungsi komersial mendominasi koridor jalan ini karena merupakan pusat oleh-oleh yang sangat terkenal di Yogyakarta, yaitu bakpia. Jalan KS. Tubun terletak di Kawasan Patuk yang memang terkenal dengan bakpianya. Pada awalnya Kawasan Patuk merupakan area pemukiman, tetapi semenjak tahun 1960-an mulai ada produksi pembuatan bakpia pada skala industri rumah tangga.

Gambar 1.3.Peta Lokasi Jalan KS. Tubun

Sumber : Google Map (diakses Desember 2011)

Saat ini puluhan toko bakpia, besar dan kecil, terdapat di koridor jalan KS. Tubun dan pada gang-gang yang terkoneksi dengan Jl.KS. Tubun. Semua toko bertuliskan bakpia pathuk dengan diikuti nomor (25,

(5)

55, 75, 543, dan masih banyak lagi) sesuai dengan nomor rumah tempat toko itu berada. Keberadaan toko-toko tersebut menjadi ciri khas Kawasan Patuk ini.

Sebagai kawasan pusat oleh-oleh yang selalu ramai dengan pengunjung, kawasan ini tentu memerlukan kondisi ruang jalan yang baik dan nyaman untuk penggunanya. Pada saat tertentu, seperti musim liburan, banyaknya orang yang mendatangi kawasan tersebut membuat ruang jalan yang ada tidak dapat menampung luapan pengunjung. Akibatnya, kondisi ruang jalan menjadi sangat padat dan bercampur antara kendaraan bermotor, kendaraan tidak bermotor, dan pejalan kaki. Keadaan seperti itu tentu bukan kondisi yang ideal untuk sebuah pusat oleh-oleh yang memiliki kaitan dengan citra pariwisata Yogyakarta.

Gambar 1.4. Trace Jalan KS. Tubun yang menjadi lokasi penelitian.

Kondisi koridor Jalan KS. Tubun saat ini memiliki lebar 7 meter sepanjang lebih kurang 600 meter yang menghubungkan antara Jalan Letjen Suprapto di sisi barat dengan Jalan Bhayangkara di sisi timur. Jalan KS. Tubun merupakan jalan dua arah dengan masing-masing satu lajur yang di sisi kanan kiri jalan (street wall) terdapat bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai pertokoan dan permukiman. Jalur pejalan kaki yang kurang maksimal dan vegetasi yang belum tertata menjadikan koridor Jalan KS. Tubun ini kurang ramah terhadap pejalan kaki.

Kegiatan perdagangan (komersial) seperti yang ada di Jalan KS. Tubun merupakan salah satu penggerak perekonomian Kota Yogyakarta. Sektor jasa dan perdagangan adalah penggerak utama roda perekonomian

(6)

di Kota Yogyakarta, sehingga kawasan seperti Patuk ini merupakan salah satu area vital perekonomian Kota Yogyakarta.

Sumber perekonomian utama di Kota Yogyakarta berasal dari sektor jasa dan perdagangan. Pada Kecamatan Ngampilan mata pencaharian utama warganya adalah sebagai pekerja (buruh) dan wiraswasta. Hal ini terjadi karena pada Kecamatan Ngampilan banyak terdapat tempat produksi bakpia yang mempekerjakan cukup banyak karyawan, serta ditambah pula dengan sektor informal lainnya.

Tabel 1.1. Populasi Kota Yogyakarta

Sumber : Atlas Yogyakarta Municipality

Kecamatan Ngampilan merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan tertinggi di Kota Yogyakarta, yaitu mencapai 28.279 orang/km2. Jumlah populasi total 23.189 dengan luas wilayah 0,82 km2.

Identifikasi faktor internal (Strengths dan Weaknesses) dan eksternal (Opportunities dan Threats) yang ada di Jl. KS. Tubun adalah sebagai berikut :

A. Strengths

- Memiliki lokasi yang strategis sebagai kawasan perdagangan dan jasa. Hal ini dapat terlihat dari lokasi yang strategis karena terletak di pusat kota.

No. Kecamatan Area (km2) TOTAL Kepadatan

(orang/km2)

Pria Wanita Populasi Pemilik Rumah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Mantrijeron Kraton Mergangsan Umbulharjo Kotagede Gondokusuman Danurejan Pakualaman Gondomanan Ngampilan Wirobrajan Gedongtengen Jetis Tegalrejo 2.61 1.4 2.31 8.12 3.07 3.99 1.1 0.63 1.12 0.82 1.76 0.96 1.7 2.91 20,034 16,348 22,214 35,540 14,584 39,255 16,355 7,204 10,908 11,578 15,351 13,524 20,273 20,267 19,659 15,836 19,979 33,763 14,396 34,475 14,485 7,558 9,717 11,611 15,182 13,374 17,955 19,459 39,693 32,184 42,193 69,293 28,980 73,730 30,840 14,762 20,625 23,189 30,533 26,898 38,268 39,726 7,803 7,381 7,614 15,161 5,878 13,003 6,662 2,789 4,267 4,881 6,746 5,500 6,613 7,969 15,208 22,989 18,265 8,534 9,440 18,479 28,036 23,432 18,415 28,279 17,348 28,019 22,511 13,652 Total 2002 Total 2001 Total 2000 32.50 32.50 32.50 263,435 260,209 255,875 247,479 243,745 240,824 510,914 503,954 497,699 102,267 101,117 98,931 15,720 15,506 15,314

(7)

- Fungsi dominan sebagai area komersial dan terkenal sebagai sentra bakpia, sehingga mampu berfungsi sebagai generator yang menghidupkan kawasan.

B. Weaknesses

- Jalur pejalan kaki yang belum dapat dikatakan layak, terutama dari sisi dimensi.

- Penyalahgunaan fungsi jalur pejalan kaki menjadi area berdagang dan area parkir kendaraan, serta tidak adanya area komunal untuk berkumpul atau beristirahat bagi pejalan kaki..

- Kurangnya vegetasi yang menyebabkan kurangnya kenyamanan bagi pejalan kaki.

C. Opportunities

- Sebagai area penyangga Kawasan Malioboro yang merupakan tujuan wisata utama di Kota Yogyakarta.

- Rencana pengembangan Kawasan Malioboro menjadikan Jalan KS. Tubun sebagai koridor yang semakin diperhitungkan dari segi ekonomi dan sosial.

D. Threats

- Tidak tersedianya area parkir kendaraan bermotor di sekitar Jalan KS. Tubun dapat menyebabkan kepadatan yang semakin meningkat.

- Letaknya yang di pusat kota menyebabkan peluang terjadinya kemacetan yang tinggi sehingga dapat menyebabkan keengganan orang untuk mengunjungi Koridor KS. Tubun

(8)

I.3. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang terjadi pada ruang Jalan KS. Tubun, Yogyakarta maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah :

 Kondisi elemen fisik yang kurang baik menyebabkan aktivitas tidak terwadahi dengan baik dan mengurangi kenyamanan dan keamanan pelaku sehingga livability di koridor Jalan KS. Tubun kurang optimal.

 Adanya beragam aktivitas niaga, PKL, dan pengguna jalan di koridor Jalan KS. Tubun memerlukan adanya penataan ruang jalan yang memenuhi standar untuk mengurangi kepadatan dan meningkatkan kenyamanan mobilitas pengguna yang melewati koridor jalan KS. Tubun.

Untuk dapat memberi arah dalam pembahasan perumusan masalah di atas, diperlukan pertanyaan penelitian yang dapat membantu untuk mencari variabel-variabel penelitian melalui tinjauan pustaka yang berkaitan dengan perumusan masalah.

Pertanyaan penelitian adalah :

Bagaimana pengaruh setting fisik terhadap aktivitas pada ruang jalan dalam usaha mengoptimalkan livability di koridor Jalan KS. Tubun sebagai area komersial ?

 Arahan desain seperti apa yang ideal dan sesuai untuk diterapkan pada Jalan KS. Tubun ?

I.4. Tujuan dan Sasaran Penelitian

Tujuan penelitian adalah mendapatkan rekomendasi arahan penataan ruang jalan sebagai bagian optimalisasi livability kawasan sesuai dengan setting fisik dan aktivitas yang ideal pada Jalan KS. Tubun.

Sasaran penelitian adalah :

Mengetahui apa saja faktor-faktor setting fisik dan aktivitas yang terdapat pada koridor Jalan KS. Tubun.

(9)

Mengetahui pengaruh setting fisik dan aktivitas terhadap livability pada koridor Jalan KS. Tubun.

I.5. Manfaat Penelitian

Sebagai rekomendasi untuk memperbaiki kualitas ruang jalan dengan penataan setting fisik dan aktivitas pada koridor Jalan KS. Tubun.

Sebagai penerapan ilmu dan wacana pengembangan ilmu secara teoritis mengenai hubungan setting fisik dan aktivitas dengan kualitas ruang jalan.

I.6. Ruang Lingkup Obyek Penelitian

Ruang lingkup penelitian berkaitan dengan korelasi setting fisik dan aktivitas pada ruang jalan di koridor Jalan KS. Tubun terhadap peningkatan kualitas ruang jalan.

I.7. Keaslian Penelitian

Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan terkait kualitas ruang jalan adalah :

Zainal Arafin

“Arahan Penataan Ruang Jalan Sebagai Ruang Publik Pada Kawasan Komersial Kajian Pada Setting Fisik dan Aktivitas”

Masalah : -Karakter formal dari street wall kurang menarik

-Fungsi dan penggunaan pada dinidng dan ruang jalan yang tidak seimbang

-Adanya intervensi oleh elemen-elemen fisik (PKL, parker, street furniture) pada ruang sirkulasi pejalan kaki.

Metode : -pendekatan rasionalistik kuantitatif (berbekal teori untuk menangkap isu di lapangan)

(10)

-analisis kaitan antara kategori-kategori -menemukan faktor-faktor yang berpengaruh -menemukan kesimpulan keterkaitan antar kategori -menyusun arahan

Kesimpulan : -Street wall kurang menarik

Ketinggian lebih bervariasi tapi ada batas maksimal, menjaga GSB dan irama

-Karakter PKL

Media display semi permanen dan memperhatikan estetika, ada batas teritori antara PKL dan pejalan kaki

-Karakter pohon

Skala pohon dapat menaungi PKL, pejalan kaki, dan parkir, lokasi dan jarak memperhatikan kenyamanan

-Fungsi bangunan

Ada kesinambungan pusat keramaian, menata elemen penunjang kenyamanan dan keamanan

Fitri Wulandari

“Arahan Penataan Ruang Jalan di Jalan Dr. Rajiman, Coyudan, Solo”

Masalah : -Aktivitas formal memicu sektor informal (over activity)

-PKL,parkir menggangu sirkulasi (aktivitas tidak terwadahi)

Metode : -Kualitatif eksploratif dengan pendekatan fenomenologi, analisis secara induktif

-analisis secara induktif, mengkategorikan kasus/tema yang mirip -menganalisis masing-masing kategori

-hasil analisis menjadi beberapa konsep -konsep disimpulkan menjadi dasar arahan

(11)

Kesimpulan : -Elemen fisik

Kantilever bangunan mempengaruhi aktivitas PKL, parkir, dan pejalan kaki, dimensi pedestrian ways harus deperhatikan, street

furniture dihindari PKL.

-Setting aktivitas

Aktivitas toko mempengaruhi aktivitas PKL, aktivitas PKL mempengaruhi pejalan kaki dan tukang parkir, aktivitas pejalan kaki dipengaruhi lalu lintas.

-Memberi teduhan, memperlebar pedestrian ways, meminimalkan lebar tempat parkir, dan menata street furniture untuk mewadahi kegiatan.

Panji Kurniawan

“Pengembangan Ruang Enclosure Jalan di Kawasan Komersial, Bandarjaya,

Lampung Tengah”

Masalah : -Kurangnya hubungan antara bangunan, ruang jalan, dan elemen-elemen pengisi ruang jalan

-Tata hijau yang minim dan tidak memiliki pola -Tidak ada keteraturan signage

-Kurangnya karakteristik kawasan

Metode : -Rasionalistik kualitatif, menekankan pada pemahaman masalah-masalah di lapangan secara realistis.

-Analisis dengan mendialogkan data elemen pembentuk ruang jalan (2 dimensi vertikal) dengan dimensi ruang jalan (2 dimensi horizontal), didialogkan dengan teori ideal enclosure.

Kesimpulan : -Komposisi massa yang lebih teratur dalam pola pengulangan maupun skala.

-Street furniture dan vegetasi ditata untuk memberikan rasa

(12)

Aulia Lokita Wida Ayuwredi

“Penataan Ruang Jalan Sriwedari Yogyakarta”

Masalah : -Berbagai macam kepentingan dalam satu ruas jalan yang berkaitan dengan fungsi lahan sekitarnya sehingga terjadi penumpukan kepentingan pemanfaatan ruang.

-Aktivitas yang menentukan pola kegiatan dalam memanfaatkan ruang sehingga terbentuk karakter yang berbeda.

Metode : -Rasionalistik kualitatif, menemukan masalah di lapangan, menyusun rangka penelitian, mengolah data secara kuantitatif untuk menentukan hal yang kualitatif.

-Menganalisis data yang diambil berdasarkan waktu tentang aktivitas dan pemanfaatan ruang kawasan.

Kesimpulan : -PKL memanfaatkan ruang jalan karena kemudahan perolehan lahan tanpa pajak.

-Kemudahan akses, dekat dengan komersial dan berada di pusat kota.

(13)

JUDUL

JUDUL RUMUSAN

MASALAH RUMUSAN

MASALAH PERTANYAANPERTANYAANPENELITIANPENELITIAN PENELITIANPENELITIANFOKUSFOKUS LAPANGANLAPANGANDATADATA ANALISA PENELITIANPENELITIANHASILHASIL KESIMPULANKESIMPULAN Metode

Penelitian

-Identifikasi setting fisik -Identifikasi aktivitas

-Faktor yang mempengaruhi kualitas ruang jalan yang livable

feedback

I.8. Kerangka Pemikiran

Optimalisasi Livability Pada Jalan Dengan Fungsi Komersial Melalui Kajian Setting Fisik

dan Aktivitas

Studi kasus : Jl. KS. Tubun, Yogyakarta

Metode Cross Tabulation

- Bagaimana pengaruh setting fisik terhadap aktivitas pada ruang jalan dalam usaha mengoptimalkan livability di koridor Jalan KS. Tubun sebagai area komersial ?

- Arahan desain seperti apa yang ideal dan sesuai untuk diterapkan pada Jalan KS. Tubun ?

Metode Rasionalistik Kualitatif

JUDUL RUMUSAN

MASALAH RUMUSAN

MASALAH PERTANYAANPERTANYAANPENELITIANPENELITIAN PENELITIANPENELITIANFOKUSFOKUS LAPANGANLAPANGANDATADATA PENELITIANPENELITIANHASILHASIL KESIMPULAN

Setting fisik dan

aktivitas pada koridor Jl. KS Tubun yang kurang tertata

dengan baik

Kerangka

Teori PenelitianVariabel

ANALISA

Rekomendasi desain penataan jalur pejalan kaki untuk mengoptimalkan livability pada

koridor Jl. KS Tubun Teori Livable Street

Teori Setting Fisik Teori Aktivitas

Setting Fisik (fitur ruang jalan, places, waktu)

Aktivitas (pejalan kaki, PKL - Livability - Setting Fisik - Aktivitas

Gambar

Gambar 1.2. Kepadatan Jalan KS. Tubun dan sekitarnya Sumber : Dok. Penulis dan Google Map
Gambar 1.3.Peta Lokasi Jalan KS. Tubun Sumber : Google Map (diakses Desember 2011)
Tabel 1.1. Populasi Kota Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pemaparan cuaca ( weathering ) terhadap karakteristik komposit HDPE–sampah organik berupa kekuatan bending dan

UPAYA GURU DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK PRASELASIAN MELALUI KEGIATAN BERMAIN DI TK ISTIQOMAH KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Setelah itu teller akan memanggil dan nasabah akan memberikan sejumlah uang dan buku tabungan untuk meminta pencetakan transaksi setor tunai ke bank..

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka akan dilakukan penelitian yang berjudul “Upaya meningkatkan minat dan hasil belajar matematika dengan model

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, dengan judul “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Perkembangan Anak

Sumber data yang digunakan adalah teori yang berkaitan dengan kasus tindak pidana Narkotika, Psikotropika yang diatur sesuai dengan UU RI No.35 tahun 2009

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI