AKUNTABILITAS KINERJA
3.3. Evaluasi dan Analisis Kinerja Sasaran Meningkatnya Laju Pertumbuhan Ekonomi 1. Evaluasi
Hasil evaluasi pencapaian indikator kinerja pembangunan peternakan di Jawa Barat adalah sebagai berikut :
No. Kegiatan Input Capaian (%) Output
1. Program Jawa Barat Satu Juta Sapi Tahap I
2. Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
3. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di Dinas Peternakan 4. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPIB Ternak Sapi Perah
Bunikasih
5. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPT Sapi Perah & HMT Cikole
6. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Sapi Potong Ciamis 7. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Domba Margawati 8. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Unggas Jatiwangi 9. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPP Cikole
11. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BP3HK Cikole 12. Pengembangan Sarana dan Prasarana Aparatur Peternakan 13. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Dinas Peternakan 14.
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPIB Ternak Sapi Perah Bunikasih
15. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPT Sapi Perah & HMT Cikole 16. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPT Sapi Potong Ciamis 17. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPT Domba Margawati 18. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPT Unggas Jatiwangi 19. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPP Cikole
20. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPMPT Cikole 21. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BP3HK Cikole
22. Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Internal Organisasi Perangkat Daerah
23. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Perah di BPPIB Ternak Sapi Perah Bunikasih
24. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Perah di BPT Sapi Perah & HMT Cikole
25. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Potong di BPPT Sapi Potong Ciamis
26. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Domba di BPPT Domba Marawati dan SPTD Trijaya
27. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Unggas di BPPT Unggas Jatiwangi
28. Penguatan Peternak Sapi Perah Guna Meningkatkan Produktivitas dan Kelancaran Distribusi Susu Sapi Perah Lokal (Gerimis Bagus) 29. Pengendalian dan Pengujian Mutu Pakan di BPMPT Cikole 30. Pengembangan Kawasan Usaha Ternak Domba di Jawa Barat 31. Peningkatan Produktivitas SDM Peternakan di BPP cikole
32. Fasilitasi PHK-I dalam Pemberdayaan dan Pembelajaran Masyarakat di bidang pangan
33. Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Bahan Asal Hewan di BP3HK Cikole Pengamatan.
34. Pengamatan, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan serta Fasiitasi Penerapan Kemanan Produk Asal Hewan
35. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Avian Influenza (Flu Burung)
Indikator sasaran : Angka Laju Pertubuhan Ekonomi - Target : 5,2% – 6,7 %
- Realisasi : 6,02 %
- Capaian Kinerja : 87,56%
INDIKATOR SASARAN : Kontribusi PDRB Peternakan.
Kontribusi PDRB Peternakan terhadap PDRB Jawa Barat 1,64 %,
Kontribusi PDRB Peternakan terhadap Sektor Pertanian 11,26 %,
Kontribusi PDRB Peternakan Jawa Barat terhadap PDRB Pertanian Nasional 2,07 %, Kontribusi PDRB Peternakan Jawa Barat terhadap PDRB Peternakan Nasional 2,03 %
Sasaran tersebut didukung oleh program dan kegiatan sebagai berikut : I. Program Peningkatan Produksi Pertanian
Tujuan Program :
a. Meningkatkan produksi, produktivitas dan kualitas produk pertanian, perkebunan dan peternakan b. Meningkatnya pengembangan benih/bibit unggul pertanian, perkebunan dan peternakan. c. Meningkatnya pendapatan usaha tani komoditas pertanian, perkebunan dan peternakan; d. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja pertanian,perkebunan dan peternakan;
e. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana pertanian, perkebunan, dan peternakan;
f. Meningkatnya diversifikasi produk usaha pertanian, perkebunan dan peternakan; g. Tersedianya fasilitasi produk kawasan agropolitan;
h. Meningkatnya multi aktivitaas Agribisnis (GEMAR);
i. Terlaksananya inovasi dan teknologi pertanian,perkebunan, dan peternakan yang ramah lingkungan;
Kendala dan Hambatan :
(1).Terlambatnya pelaksanaan kegiatan pengadaan barang dan jasa yang disebabkan oleh : a. Kurang tersedianya personalia yang mempunyai persyaratan sebagai panitia pengadaan. b. Terjadinya gagal lelang yang diakibatkan oleh terkendalanya calon rekanan terhadap proses
pelelangan melalui media elektronik (LPSE).
(2). Meningkatnya ancaman penyakit hewan menular strategis akibat dari tingginya intensitas lalulintas ternak dan perubahan iklim yang ekstern.
(3). Tingginya tingkat mutasi ternak yang mengakibatkan terhambatnya program pembibitan ternak di Jawa Barat.
(4). Pengadaan Susu sapi UHT pada Kegiatan Optimalisasi pemanfaatan produktivitas susu sapi perah lokal di Kabupaten Garut, Sumedang, Bandung dan Bandung Barat sebesar Rp 4.794.284.915,- karena proses pelelangan umum melalui LPSE namun tidak ada yang memasukan penawaran sehingga lelang tidak menghasilkan pemenang sebagai pihak ketiga yang mengadakan barang, maka pengadaan susu UHT/sterilisasi dengan kemasan bantal tidak dapat dilaksanakan.
(5). Lahan Margawati pada kegiatan Pengembangan UPTD BPPT Domba Margawati dan SPTD Kuningan sebesar Rp.3.234.519.600,- dengan alasan pelepasan hak lahan belum adanya persetujuan dari DPRD Kabupaten Garut sehubungan dengan kelengkapan DPRD Garut baru terbentuk pada Bulan November 2009, serta pengadaan susu sapi UHT pada kegiatan Optimalisasi pemanfaatan produktivitas susu sapi perah lokal di Kabupaten Garut, Sumedang, Bandung dan Bandung Barat sebesar Rp. 4.794.284.915,- karena proses pelelangan umum melalui LPSE namun tidak ada yang memasukan penawaran sehingga lelang tidak menghasilkan pemenang sebagai pihak ketiga yang mengadakan barang, maka pengadaan susu UHT/Sterilisasi dengan kemasan bantal tidak dapat dilaksanakan dan Fasilitasi gemar
pada kegiatan Fasilitasi Usaha Peternakan sebesar Rp. 436.034.600,- untuk anggaran sarjana pendamping tidak terlaksana disebabkan seleksi sarjana pendamping menetapan lokasi calon penerima paket GEMAR dari tim Provinsi baru ditetapkan pada akhir anggaran.
3.4. Pencapaian Indikator Makro
(1) Pencapaian Populasi Ternak
Salah satu faktor yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi sub sektor peternakan adalah perkembangan populasi ternak. Populasi ternak Jawa Barat pada tahun 2010 (angka sangat sementara) dibandingkan target yang ditetapkan telah menunjukkan pencapaian berkisar antara 86,09% s.d. 112,57%. Adapun pencapaian populasi ternak dibandingkan target secara rinci adalah sebagai berikut, untuk ternak sapi potong sebesar
308.414 ekor atau 100,47% dari target sebesar 306.969 ekor, sapi perah sebesar 111.871 ekor atau 98,82% dari target sebesar 113.210 ekor, kerbau sebesar 144.984 ekor atau 96,93% dari target sebesar 147.416 ekor, kuda sebesar 13.760 ekor atau 106,38% dari target sebesar 12.935 ekor, kambing sebesar 1.561.082 ekor atau 106,55% dari target sebesar 1.465.146 ekor, domba sebesar 5.593.191 ekor atau 99,45% dari target sebesar 5.624.054 ekor, babi sebesar 7.751 ekor atau 101,62% dari target sebesar 7.627 ekor, ayam buras sebesar 27.190.975 ekor atau 95,02% dari target sebesar 28.614.780 ekor, ayam ras petelur sebesar 12.403.502 ekor atau 112,57% dari 11.018.204 ekor, ayam ras pedaging sebesar 76.854.169 ekor atau 102,45% dari target sebesar 75.014.865 ekor dan itik sebesar 7.540.710 ekor atau 86,09% dari target sebesar 8.759.063 ekor. Rincian pencapaian populasi ternak tahun 2010 (angka sangat sementara) adalah tercantum pada tabel 1.
Tabel 1 : Pencapaian Populasi Ternak (ekor) Tahun 2010
NO JENIS TERNAK (EKOR) 2009 2010 *) TARGET 2010 R 09-10 (%) (%) r/t JANTAN BETINA JUMLAH
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. SAPI POTONG SAPI PERAH KERBAU KUDA KAMBING DOMBA BABI AYAM BURAS AYAM RAS PETELUR AYAM RAS PEDAGING ITIK 310.981 117.839 142.502 13.757 1.615.002 5.817.834 8.146 28.371.910 10.501.767 73.088.485 8.213.920 319.128 115.705 149.284 13.069 1.504.836 5.977.367 7.567 29.421.122 11.636.204 81.484.811 9.605.166
Ket. *) Angka Sangat Sementara Tahun 2010
(2) Pencapaian Produksi Hasil Ternak
Sejalan dengan pencapaian populasi ternak, maka produksi daging, telur dan susu tahun 2009 juga menunjukkan adanya keragaan. Adapun rincian keragaan produksi hasil ternak tercantum pada tabel 2 :
Tabel 2 : Pencapaian Produksi Hasil Ternak Tahun 2010
NO PRODUKSI (TON) 2009 2010* TARGET 2010 r09-10 (%) r/t (%)
1. DAGING SAPI LOKAL SAPI IMPORT KERBAU KUDA KAMBING DOMBA BABI AYAM BURAS AYAM RAS PET. AYAM RAS PEDNG ITIK 498.784 33.602 36.897 3.457 165 6.291 27.640 1.562 26.264 5.621 352.140 5.145 591.791 49.914 30.778 3.750 327 9.014 29.585 1.921 27.619 6.199 426.895 5.789 2. TELUR AYAM BURAS AYAM RAS ITIK 167.633 17.400 96.528 53.705 189.482 18.048 111.531 59.902 3. SUSU 256.440 253.664
Ket. *) Angka Sangat Sementara Tahun 2009
Jika dilihat dari tabel diatas, untuk produksi daging, terdapat 5 (lima) komoditi yang sudah melebihi target, yaitu kerbau sebesar 4.167 ton atau 112,70% dari target sebesar 3.697 ton, kambing sebesar 8.644 ton atau 105,89% dari target sebesar 8.163 ton, domba sebesar 28.592 ton atau 106,83% dari target sebesar 26.764 ekor, babi 1.856 ton atau 100% dari target serta ayam ras petelur 6.639 ton atau 113,55% dari target sebesar 5.847 ton. Sementara komoditi yang belum mencapai target adalah sapi lokal sebesar 44.657 ton atau 93,02% dari target sebesar 48.008 ton, sapi impor sebesar 24.535 ton atau 88,14% dari target sebesar 27.836 ton, ayam buras sebesar 25.170 ton atau 94,48% dari target sebesar 26.641 ton, ayam ras pedaging sebesar 370.283 ton atau 97,89% dari target sebesar 378.251 ton dan itik sebesar atau 4.723 ton atau 87,90% dari target sebesar 5.373 ton. Khusus untuk produksi daging kuda, pencapaiannya baru mencapai 99 ton atau sebesar 31,01% dari target sebesar 320 ton. Kesimpulan sementara, hal tersebut disebabkan oleh rendahnya angka pemotongan kuda di Kab. Bandung sebagai dampak dari meningkatnya fungsi kuda sebagai alat transportasi di masyarakat, khususnya di Kab. Bandung.
Secara rinci keragaan produksi daging, telur dan susu adalah sebagai berikut : - Produksi Daging
Stabilitas sosial dan laju pertumbuhan ekonomi mengakibatkan permintaan akan daging secara gradual meningkat, baik dalam jumlah maupun harga. Produksi daging tahun 2009 (angka sangat sementara) sebanyak 519,366 ton yang dihasilkan Jawa Barat atau 97,45% dari target tahun 2009 yang sebesar 532.757 ton. Produksi daging yang
dihasilkan sebagian besar berasal dari ternak yang dihasilkan Jawa Barat, kecuali daging sapi, untuk memenuhi permintaan produksi daging sapi pada tahun 2009 harus mendatangkan sapi siap potong dan bakalan dari provinsi dan negara lain.
Upaya untuk meningkatkan kontribusi Jawa Barat dalam memenuhi kebutuhan sapi potong, pada tahun 2009 dilaksanakan melalui program antara lain Pengembangan Pusat Pembibitan Ternak Sapi di Kabupaten Ciamis dalam menunjang pengembangan sentra perbibitan ternak sapi pada masyarakat di Jawa Barat Bagian Selatan dan ditunjang dengan sentra-sentra penggemukan di Jawa Barat bagian Tengah dan Utara. Peningkatan program fasilitasi kemitraan antara pengusaha dan pemerintah dengan para peternak sapi potong dalam usaha budidaya dan penggemukan serta dari peningkatan kinerja IB, pengamanan ternak dan pengendalian pemotongan betina produktif.
- Produksi Telur
Produksi telur tahun 2009 (angka sangat sementara) yang dihasilkan Jawa Barat mencapai 179,987 ton atau 102,18% dari target tahun 2009 sebesar 176.147 ton. Keberhasilan produksi telur tersebut sangat berarti sekali bagi kebutuhan telur nasional, karena Provinsi Banten, Jawa Timur dan Jawa Tengah yang merupakan sumber produksi telur nasional selain Jawa Barat juga telah terkena Wabah Penyakit ayam ras petelur yang sangat mematikan, sehingga pasokan telur dari ketiga provinsi tersebut berkurang banyak, sedangkan Jawa Barat sampai saat ini cukup berhasil dalam menekan serangan penyakit menular tersebut.
- Produksi Susu
Produksi susu dihasilkan pada tahun 2009 (angka sangat sementara) 243.453 ton atau 98,24% dari target tahun 2009 yang sebesar 247.816 ton. Bila melihat
produksi susu nasional, Jawa Barat masih tercatat sebagai penghasil susu No. 2 (dua) nasional, setelah Jawa Timur. Dilain pihak pada tahun 2009 dengan telah diterapkannya perdagangan bebas maka industri pengolah susu (IPS) telah menerapkan stándar kualitas susu selain penerapan kuantitas kadar lemak dan berat jenis susu juga menerapkan dengan ketat, ambang batas residu antibiotik dan kandungan bakteri dengan kondisi peternakan di Jawa Barat 90% ádalah peternak rakyat, cukup berat menerapkan hal tersebut. Selama tahun 2009 telah terjadi beberapa penolakan susu rakyat oleh IPS, Namun dengan berbagai upaya peningkatan kualitas yang melibatkan seluruh stake holders maka rendahnya kualitas susu tersebut dapat ditekan melalui milking hygienis. - Pengendalian Penyakit Hewan Menular
Prinsip pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan yang menjadi tugas pemerintah terutama diarahkan pada penyakit yang berdampak kerugian ekonomi tinggi, oleh karena menular, penyebaran cepat serta mengakibatkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Berdasarkan Surat Direktur Jenderal Peternakan No. 59/Kpts /PD.610/05/07 tanggal 9 Mei 2007, 13 (tiga belas) PHMS yaitu Rabies, Hog Cholera, Brucellosis, Anhtrax, Salmonellosis, New Castle Disease (ND), Jembrana, Infectiouse Bursal Disease (IBD), Septichaemia Epizootica (SE), dan Infectiouse Bovine (BV). Penyakit Infectiouse Bovine Rhinottracheitis (IBR), Bovine Viral Diarheae (BVD) dan Surra.Penyakit tersebut diatas sering berubah sifat dan intensitasnya sehingga beresiko menjadi status wabah penyakit hewan menular yang akan berdampak terhadap sosiosekonomi. Oleh karena itu tindakan antisipasi melalui pengamatan dini, pencegahan,dan pemberantasan penyakit harus dilakukan berkesinambungan. Dari 13 PHMS tersebut, hanya 4 PHMS yang menjadi prioritas pengendalian di Jawa Barat yaitu AI, rabies,anthrax dan brucellosis :
Pengendalian Penyakit AI (Avian Influenza) pada unggas :
Pengendalian AI pada unggas dilaksanakan di 26 Kabupaten/Kota melalui penerapan sembilan langkah pengendalian AI. Pada tahun 2008 terjadi 170 kasus positif AI yang menyebabkan kematian 10.292 ekor unggas di 26 Kabupaten/Kota terdiri dari 8.225 ekor ayam buras, 2.020 ekor ayam ras, 23 ekor ayam bangkok, 18 ekor itik dan 1 ekor burung, Realisasi vaksinasi massal dilaporkan sebanyak 17.486.745 ekor unggas. Pada tahun 2009 kasus positif AI pada unggas turun menjadi 114 kasus yang menyebabkan kematian 5.528 ekor ayam buras di 73 Kelurahan/desa tersebar di 59 kecamatan dan 21 Kabupaten/Kota. Hanya Kabupaten/Kota. Hanya Kabupaten Subang serta Kota Cirebon, Bekasi, Sukabumi dan Banjar yang tidak melaporkan adanya kasus AI pada unggas. Pada Tahun 2009 penyediaan vaksin AI sebanyak 7.959.500 dosis berasal dari APBD Provinsi Tahun Anggaran 2009 (2.800.000 dosis), APBD Provinsi T.A. 2008 (3.924.000 dosis) , APBD Kab/Kota Tahun Anggaran 2009 (167.000 dosis) dan sumber lain/ILRI (1.068.500 dosis). Realisasi vaksinasi tertarget (vaksinasi selektif) dilaporkan sebanyak 6.858.325 ekor unggas terdiri dari 4.906.874 ekor ayam buras (71,50%), 301.797 ekor, ayam ras pedagang (4,4%), 357.030 ekor ayam ras petelur (5,2%), 803.968 ekor itik (11,7%), 11.455 ekor angsa (0,17%), 240.860 ekor (3,5%) dan 235.341 (3,4%) ekor burung. Peningkatan biosekuriti dilakukan melalui disinfeksi di
tempat-tempat berisiko tinggi (peternakan, tempat penampungan unggas, tempat pemotongan unggas dll) menggunakan desinfektan sebanyak 5.500 liter berasal dari APBD Provinsi Tahun Anggaran 2009 (1.000 liter) dan APBN Tahun Anggaran 2009 (4.500 liter).
Pemberantasan Penyakit Rabies :
Pemberantasan rabies pada Hewan Penular Rabies (HPR anjing, kucing, kera/monyet dan hewan sebangsanya) difokuskan di daerah tertular rabies yaitu Kab.Sukabumi melalui kegiatan sosialisasi, vaksinasi HPR piara dan eliminasi anjing liar. Pada Tahun 2008 terjadi 6 kasus positif rabies di Kab.Sukabumi terjadi di Desa Nanggerang Kec.Jampang Tengah, Desa Cimanggu Kec.Jampang Kulon, Desa Mekar Jaya Kec.Cidolog, Desa Sukamulya Kec.Cikembar dan Desa Sirnaresmi Kec.Cisolok, Sedangkan kasus positif rabies di Cianjur terjadi di Desa Girijaya Kec.tanggeung. Pada Tahun 2009 kasus positif rabies turun menjadi 2 kasus pada anjing liar di Desa Karangsari Kec.Mekarwangi dan Desa Godog Kec.Karangpawitan Kab.Garut. Pada Tahun 2009 target vaksinasi sebanyak 124.075 ekor anjing piara namun penyediaan vaksin rabies hanya 51.850 dosis yang berasal dari APBN Tahun Anggaran 2009 (30.000 dosis), APBD Provinsi Tahun Anggaran 2009 (20.000 dosis), APBD Kab/Kota Tahun Anggaran 2009 (12.050 dosis) dan sisa APBD Provinsi Tahun Anggaran 2008 (5.200 dosis). Realisasi Vaksinasi Rabies secara massal di 26 Kabupaten/Kota dilaporkan sebanyak 43.077 ekor terdiri dari 38.835 ekor anjing 3.675 ekor kucing dan 567 ekor kera/monyet. Pada tahun 2009 target eliminasi anjing liar/diliarkan sebanyak 53.330 ekor namun penyedian racun striknin hanya 20,6 Kg berasal dari APBD Provinsi Tahun Anggaran 2009 (10 kg) dan APBD Kab/Kota Tahun Anggaran 2009 (10,6 kg). Realisasi eliminasi hanya 16.677 ekor (31%). Pencegahan Penyakit Anthrax :
Pencegahan anthrax dilaksanakan melalui sosialisasi, pengawasan lalulintas hewan dan vaksinasi di daerah endemis anthrax yaitu Kabupaten Bogor, Bekasi,Purwakarta, Subang dan Karawang serta Kota Bogor dan Depok. Pada Tahun 2008 terjadi 1 kasus positif anthrax pada Ternak sapi Perah di Desa Cilebut Barat Kec. Sukaraja Kabupaten Bogor sedangkan pada tahun 2009 tidak terjadi kasus positif anthrax pada hewan.Pada Tahun 2009 target vaksinasi anthrax sebanyak 246.025 Satuan Ternak (ST) penyediaan vaksin hanya 51.750 dosis yang berasal dari APBN (20.000 dosis), APBD Provinsi (15.000 dosis) dan APBD Kab/Kota (16.750 dosis). Realisasi
vaksinasi anthrax pada tahun 2009 dilaporkan sebanyak 60.317 ST terdiri dari 15.787 ekor sapi, 3.652 ekor kerbau, 70.181 ekor domba dan 11.754 ekor kambing.
Pengendalian Penyakit Brucellosis :
Pengendalian brucelloisis dilakukan pada ternak sapi perah di wilayah kerja KUD/Koperasi Susu di Kab.Bogor, Sukabumi, Cianjur,Majalengka, Kuningan, Bandung Barat, Sumedang, Garut dan Tasikmalaya serta Kota Bogor dan Depok melalui kegiatan sosialisasi, pengamatan penyakit (uji skrining Rose Bengal Test/CFT) dan konfirmasi Complement Fixation Test/CFT dan Vaksinasi. Pada Tahun 2008 dari 3.512 spesimen darah yang diuji, sebanyak 135 spesimen berstatus RBT positif dan setelah diuji konfirmasi, sebanyak 14 spesimen (3,98%) bersratus CFT positif dengan perincian berasal dari kota Sukabumi (8 ekor) dan Majalengka (6 ekor). Pada tahun 2009 dari 2.500 spesimen darah yang diuji, sebanyak 125 spesimen berstatus positif dan setelah diuji konfirmasi, sebanyak 5 spesimen (2%) dari Kab.Bandung. Pada Tahun 2009 dilakukan vaksinasi brucellosis pada 2.500 ekor ternak sapi perah menggunakan vaksin brucellosis sebanyak 1.150 dosis setara 2.500 ST berasal dari APBD Tahun Anggaran 2009 (150 dosis) dan APBN Tahun Anggaran 2009 ( 1.000 dosis).
(3) Pencapaian PADS Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan Peraturan Daerah No. 8 Tahun 1989 jo No. 25 tahun 1995 tentang Upaya Dinas Pembudidayaan dan Penyediaan Bibit dan Benih Lingkup Pertanian yang
dibudidayakan di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), dan Peraturan Daerah No. 25 Tahun 2001 tentang Pemeriksanaan Kesehatan Hewan Dan Bahan Asal Hewan antar Provinsi Ransum Makanan Ternak serta Penyidikan Penyakit Hewan. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat mempunyai 6 (Enam) UPTD penghasil, yaitu UPTD BPPT Sapi Perah Cikole Kab. Bandung; UPTD BPPT Sapi Perah Bunikasih Kab. Cianjur; UPTD BPPT Domba Margawati Kab. Garut (termasuk SPTD Trijaya Kabupaten Kuningan); UPTD BPPT Sapi Potong Cijeungjing Kab. Ciamis; UPTD BPPT Unggas Jatiwangi Kab. Majalengka; UPTD Balai Pengujian Sarana Produksi Peternakan Kab. Bandung; dan UPTD Balai Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Kab. Bandung.
Namun pada tanggal 13 Pebruari 2007 terbit Peraturan Mendagri No. 45 Tahun 2007 tentang Pembatalan Perda No. 25 Tahun 2001 sehingga UPTD penghasil PADS hanya 5 (lima) yaitu UPTD Perbibitan. Selanjutnya pada akhir tahun 2008 telah terbit kembali Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2008, tentang Retribusi Jasa Pengujian Penyakit Hewan, Bahan Asal Hewan dan Mutu Pakan/Bahan Baku Pakan. Sehingga pada tahun 2009 sumber
PADS Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat berasal dari hasil penjualan bibit dan produk peternakan sebagai penggantian biaya produksi di UPTD, serta dari Biaya Pemeriksaan Kesehatan Hewan/Pengujian dan penyidikan.
Adapun target PADS Dinas Peternakan untuk Tahun Anggaran 2009 adalah dengan Target sebesar Rp.2.236.745.500,- sampai dengan akhir bulan Desember 2009 telah menghasilkan realisasi PADS sebesar Rp. 2.396.241.500 (107,13%). Rincian pencapaian PADS dari masing-masing Balai dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4 : Pencapaian PADS UPTD Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
No Sumber PADS (Rp,00) Target Realisasi (Rp,00) R/T (%)
1. UPTD BPPT sapi perah Cikole-Bandung 1.016.950.000 1.018.446.100 100,15 2. UPTD BPPT sapi perah Bunikasih-Cianjur 530.103.000 530.704.500 100,11 3. UPTD BPPT Unggas Jatiwangi-Majalengka 303.224.500 303.322.400 100,03 4. UPTD BPPT Domba Margawati-Garut 90.100.000 93.196.000 103,44
5. UPTD BPPT Sapi Potong Ciamis 256.368.000 257.244.000 100,34
6. SPTD Trijya Kuningan 40.000.000 40.060.000 100,15 7. UPTD BPPHK Cikole 60.000.000 138.238.500 8. UPTD BPSPP Cikole 8.000.000 15.030.000 T o t a l 2.304.745.500 2.396.241.500 107,13 (4) Pencapaian PDRB Peternakan
Tabel 4. Perkembangan PDRB Peternakan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006–2008
No Jenis Ternak TAHUN R
2006 2007* 2008** (%)
I. Peternakan (Juta Rupiah) 7.641.577.55 8.074.429.00 9.851.783,96 13,84 2. Pertanian (Juta Rupiah) 52.586.293.73 62.894.902.00 67.849.463,02 13,74 3. Jawa Barat (Juta Rupiah) 473.187.292.62 526.220.225.00 602.420.555,35 12,84
4. Peternakan thp Pertanian (%) 14.53 12.84 14,52 0,72
5. Peternakan thp Jabar (%) 1.61 1.53 1,64 0,80
Sumber : PDRB Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2006-2008 *) Angka perbaikan
**) Angka sementara
Tabel 4. Perkembangan PDRB Peternakan Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006-2008
No Jenis Ternak TAHUN R
2006 2007* 2008** (%)
I. Peternakan (Juta Rupiah) 5.411.347.99 5.355.849,69 5.326.503,04 (0.79) 2. Pertanian (Juta Rupiah) 34.822.021.09 35.687.490,42 36.505.378,31 2,39
3. Jawa Barat (Juta Rupiah) 257.499.445.75 274.180.307,87 290.171.128,80 6.16
4. Peternakan thp Pertanian (%) 15.54 15,01 14,59 (3,10)
5. Peternakan thp Jabar (%) 2.10 1,95 1,84 (6,54)
Sumber: PDRB Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2006-2008 *) Angka perbaikan
**) Angka sementara
Secara makro Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Jawa Barat pada tahun 2008, sebesar 6,30 – 6,64 %, Kontribusi sub.sektor peternakan Jawa Barat terhadap PDRB Peternakan Nasional menduduki urutan ke 2 (dua) setelah Jawa Timur sebesar 16,55 % dan terhadap sektor Pertanian Nasional sebesar 2,07 %, sedangkan kontribusi terhadap PDRB Jawa Barat pada Tahun 2008 sebesar 1,53 % .
3.5. Analisis Efisiensi dan Efektivitas Kinerja
Dalam rangka pengukuran efisiensi kinerja digunakan rumus : Rumus Unit Cost Output (UCO)
Disebut juga Rumus Harga Satuan
Rumus ini mendasarkan perhitungannya pada harga per unit output antara rencana dan realisasi. Efisiensi = UCORen – (UCOReal- UCORenc) X 100% -100%
UCO Renc
Sedangkan untuk pengukuran efektivitas kinerja digunakan rumus : Efektivitas diperoleh dengan mengembangkan antara :
Realisasi Outcome/Realisasi Output
Efektivitas = Real Outcome Real Output X 100%
Secara terperinci analisis efisiensi dan efektifitas setiap kegiatan sesuai dengan Formulir PKK sebagaimana terlampir, adalah serbagai berikut :
Kegiatan APBD Tahun 2010
A. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
1. Program Jawa Barat Satu Juta Sapi Tahap I
(efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
B. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
1. Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur Dinas Peternakan (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
C. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
(efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
2. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPIB Ternak Sapi Perah Bunikasih (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
3. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPT Sapi Perah & HMT Cikole (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
4. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Sapi Potong Ciamis (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
5. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Domba Margawati (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
6. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Unggas Jatiwangi (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
7. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPP Cikole (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%) 8. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPMPT Cikole
(efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%) 9. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BP3HK Cikole
(efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
D. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
1. Pengembangan Sarana dan Prasarana Aparatur Peternakan (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
E. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur
1. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Dinas Peternakan (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
2. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPIB Ternak Sapi Perah Bunikasih (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
3. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPT Sapi Perah & HMT Cikole (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
4. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPT Sapi Potong Ciamis (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
5. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPT Domba Margawati (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
6. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPT Unggas Jatiwangi (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
7. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPP Cikole (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%) 8. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPMPT Cikole (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%) 9. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BP3HK Cikole (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
F. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
1. Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Internal Organisasi Perangkat Daerah (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
G. Program Peningkatan Produksi Pertanian
1. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Perah di BPPIB Ternak Sapi Perah Bunikasih (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
2. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Perah di BPT Sapi Perah & HMT Cikole (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
3. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Potong di BPPT Sapi Potong Ciamis (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
4. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Domba di BPPT Domba Margawati dan SPTD Trijaya (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
5. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Unggas di BPPT Unggas Jatiwangi (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
Distribusi Susu Sapi Perah Lokal (Gerimis Bagus) (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
7. Pengendalian dan Pengujian Mutu Pakan di BPMPT Cikole (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%) 8. Pengembangan Kawasan Usaha Ternak Domba di Jawa Barat
(efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
H. Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian
1. Peningkatan Produktivitas SDM Peternakan di BPP cikole (efisiensi kinerja : 6,88% ; efektivitas kinerja : 97,79%)
2. Fasilitasi PHK-I dalam Pemberdayaan dan Pembelajaran Masyarakat di Bidang Pangan