• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Bab I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan pasar global dan ACFTA, persaingan antara setiap perusahaan menjadi lebih ketat. Persaingan yang terjadi tidak hanya dengan perusahaan dari dalam negeri tetapi juga dengan perusahaan dari luar negeri.

Oleh karena itu setiap perusahaan yang ingin bertahan dalam persaingan harus memiliki strategi yang tepat dalam bisnisnya.

Salah satu strategi yang diperlukan adalah kemampuan untuk mengakomodasi perubahan-perubahan yang mungkin akan dihadapi di masa mendatang. Strategi yang dikembangkan untuk mengatasi perubahan-perubahan tersebut adalah kemampuan dalam beradaptasi pada aliran informasi antar perusahaan dalam sistem supply chain. Kemampuan tersebut dapat diperoleh melalui perbaikan pada rangkaian supply chain yang meliputi komponen-komponen di dalamnya. Kinerja supply chain ini menjadi penting karena dapat mengkoordinasikan dan mengkolaborasikan antar bagian-bagian supply chain dalam sebuah perusahaan.

Dalam hal ini supply chain adalah sebuah sistem yang melibatkan proses produksi, pengiriman, penyimpanan, distribusi dan dalam rangka memenuhi permintaan akan produk tersebut. Dalam supply chain tersebut termasuk seluruh proses dan kegiatan yang terlibat didalam kegiatan penyampaian produk sampai ke tangan pemakai atau konsumen (Cohen, 2003). Peranan supply chain dalam perusahaan merupakan sistem yang mengkoordinasi dan mengkolaborasikan fungsi-fungsi dalam sebuah perusahaan maupun lintas perusahaan pada suatu sistem supply chain. Sehingga diperlukan kinerja supply chain yang efektif agar perusahaan dapat bersaing dengan kompetitornya (Pujawan, 2005).

Supply chain merupakan sistem yang menghubungkan berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan untuk memastikan sebuah produk

(2)

2

berada pada tempat dan waktu yang tepat untuk memenuhi permintaan konsumen tanpa menciptakan stock yang berlebihan atau kekurangan (Cohen, 2003). Selain itu supply chain juga untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan meningkatkan profit bagi perusahaan (Copra,2010).

Dengan demikian melalui supply chain management perusahaan diharapkan dapat bertahan dalam persaingan bisnis pada era Globalisasi dan ACFTA. Supply chain management merupakan salah satu faktor sukses perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan dan dalam bekerja sama dengan mitra kerjanya, yang dalam hal ini adalah mitra bisnis yang memberikan pasokan-pasokan kebutuhan perusahaan dalam berbagai bentuk. Pada penelitian ini, usaha yang akan ditingkatkan kinerjanya menggunakan supply chain management adalah Koperasi Peternak Bandung Selatan yang bergerak dalam bidang usaha persusuan.

Koperasi Perternak Bandung Selatan atau KPBS Pangalengan adalah sebuah koperasi yang bergerak pada bidang peternakan sapi perah dan merupakan salah satu produsen susu murni terbesar di Indonesia. KPBS Pengalengan memproduksi 135.000 kg susu setiap hari yang berasal dari 6.900 anggota peternak sapi perah. Dalam hal ini, sistem supply chain secara rinci dimulai dari produk susu murni yang dikumpulkan dari peternak anggota koperasi, susu murni tersebut kemudian dikirim ke Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) yang dilakukan sehari dua kali yaitu pada pagi dan sore hari, selanjutnya susu dibawa ke Milk Treatment (MT) dengan menggunakan mobil tangki khusus dari stainless steel untuk menjamin sterilisasinya . Berdasarkan informasi dari MT, 95% susu murni diproses dengan cara didinginkan hingga suhu mencapai 4oC, dan 5%

sisanya dipasteurisasi dan selanjutnya diolah menjadi susu siap minum dalam bentuk kemasan prepack dan cup. Susu yang telah didinginkan sebanyak 95%

tersebut kemudian dikirimkan ke Industri Pengolahan Susu (IPS) yaitu Ultrajaya yang berlokasi di Bandung dan Frisian Flag yang berlokasi di Jakarta Timur.

(3)

3

Dari proses yang telah disebutkan sebelumnya, dapat diduga bahwa keterlambatan pengiriman susu dari MT ke IPS khususnya Frisian Flag dapat menjadi masalah yang serius. Hal ini biasanya disebabkan karena perjalanan yang memerlukan waktu yang cukup lama dengan kendala kemacetan yang sering tidak dapat diprediksi. Sementara itu bila waktu perjalanan pengiriman susu tersebut melebihi waktu 4 jam maka susu menjadi rusak. Target KPBS untuk pengiriman adalah 3- 4 jam, sehingga apabila susu yang dikirim terlambat 5 menit saja maka susu akan dikembalikan dan dibuang. Selain itu masalah lainnya adalah dokumentasi yang tidak lengkap dan seringkali informasinya tidak sesuai antara data di lapangan dengan data yang diterima di Kantor KPBS, hal ini terjadi karena semua proses pendataan tersebut dilakukan secara manual sehingga faktor kesalahan manusia (human error) sangat dominan. Contohnya adalah pada data produksi per hari di bawah ini pada tanggal 1-16 April data tercatat lengkap, kemudian sejak tanggal 17-31 data tidak tercatat. Kelemahan pencatatan ini tidak hanya terjadi di akhir produksi tapi juga di penerimaan susu di awal produksi. Data penerimaan susu yang dilakukan di TPK berbeda dengan yang diterima di Milk Treatment.

Kelemahan dalam pelaporan ini yang sering kali menjadi masalah di pelaporan tahunan. Hal ini akan membingungkan para penyusun laporan, karena data yang didapatkan tidak lengkap. Berikut ditampilkan data produksi tanggal 16 April 2011 dan 20 April 2011. Pada tabel I.1 pada halaman 4 adalah pencatatan produksi yang lengkap pada bagian laporan produksi bulanan dan I.2 pada halaman 4 terlihat pencatatan yang dilakukan tidak lengkap. Resume yang berada di samping kanan dari setiap tabel harian ini adalah bagian yang nantinya kan dilaporkan pada laporan bulanan. Hal ini menyebabkan informasi yang mengalir tidak lancar di area produksi. Tabel I.1 dan I.2 menunjukkan informasi mengenai jumlah produksi hari tersebut dan alokasi produk ke setiap distributor.

Pada bagian kolom distributor berisikan distributor-distributor yang mengambil produk dari KPBS. Kolom jenis produk menunjukkan jenis produk yang di produksi KPBS. Produk susu coklat dan strawberry memiliki 2 jenis kemasan yaitu krat dan cup. Produk susu pack adalah susu plain dalam kemasan bantal ukuran 500 ml. FM adalah produk susu plain tanpa pasteurisasi.

(4)

4

Tabel I.1 Data Produksi 16 April 2011

(Sumber : Data Produksi KPBS Bulan April 2010)

Tabel I.2 Data Produksi 20 April 2011

DISTRIBUTOR PACK FM PAST

KRAT CUP KRAT CUP CKLT STRWB CKLT STRWB

50

50 1 1.6

JUMLAH 51 6,890 52 6,950 9,080 965 130 BEKASI -

SOSIAL 375 375

TOTAL FRESH MILK TERPAKAI (CUP,PACK, FM &PAST) 7,849 WAYANG WINDU

6,754

BAROKAH 65

800

TOTAL FRESH MILK CUP & Pack GW

FRESH MILK PREPACK 4,540 TK

CV MURNI

CKLT STRWB

1,102

1,112 NASIONAL

FRESH MILK CUP AGEN PLN

100

130 PREPACK

9,080

PASUNDAN 6,150

950

13,840

KIOS 275 275 40

CKLT STRWB

6,890

6,950 SUKABUMI 1.3 240 1.6 300

JUMLAH CUP CIAMIS - -

100

2.9 CIREBON -

BANDUNG 50.0 6,000 50.0 6,000 1,940

JENIS PRODUK JUMLAH KRAT

CKLT STRW 120 180

(5)

6

(Sumber : Data Produksi KPBS Bulan April 2010)

Sedangkan Past adalah produk susu plain pasteurisasi. Pada baris paling bawah menunjukkan total produksi setiap produk. Tabel di sebelah kanan menunjukkan jumlah dari setiap produk yang diproduksi. Produk dengan kemasan Krat di bagi 2 untuk distributor Bandung dan Sukabumi. Kemudian untuk kolom jumlah cup adalah total cup yang di produksi hari itu. Prepack adalah susu kemasan bantal ukuran 500 ml. Total fresh milk adalah total keseluruhan produksi. Data-data ini digunakan untuk perencanaan produksi di hari selanjutnya.

Pencatatan sangat penting selain sebagai dokumentasi proses, juga sebagai pengevaluasi hasil harian untuk perencanaan produksi selanjutnya. Selain data produksi data yang pencatatannya bermasalah adalah data inventori bahan pendukung. Sebagai akibatnya, pada proses produksi kebutuhan bahan pendukung tidak dapat ditentukan secara tepat dan pada bagian akhir proses produksi, saat produk susu siap minum di MT dalam bentuk kemasan prepack dan cup selesai diproduksi, informasi data inventory bahan pendukung menjadi tidak tersedia. Hal ini akan berakibat pada kebutuhan bahan pendukung produksi pada periode selanjutnya. Sedangkan data bulanan yang diterima oleh Kantor Pusat KPBS seluruh data lengkap tercatat.

DISTRIBUTOR PACK FM PAST

KRAT CUP KRAT CUP

BANDUNG 23.5 2,820 23.5 2,820 1,350 CIREBON -

CIAMIS 8.5 1,530 8.5 1,530 180 SUKABUMI 2.3 420 2.6 480 750

KIOS 100 100 15 100 100

PASUNDAN 6,000

AGEN PLN

NASIONAL 180

CV MURNI 1,500

TK GW

BAROKAH 35

WAYANG WINDU SOSIAL

BEKASI -

JUMLAH 34 4,870 35 4,930 8,295 1815 100 4147.5

TOTAL

JENIS PRODUK

CKLT STRW

779

7,631

788.8

(6)

6

Efek dari ACFTA dan munculnya kompetitor baru menjadi ancaman bagi KPBS alam mempertahankan koperasinya. Aliran informasi yang kurang baik juga menjadi masalah tersendiri yang berdampak pada biaya, kinerja, dan hasil dari KPBS. Melihat kendala-kendala di atas, KPBS Pangalengan memerlukan sistem supply chain yang dapat menjadi suatu acuan yang dapat menganalisis dan mengintegrasikan rantai pasokannya dengan tujuan untuk meningkatkan customers satisfaction dan pada akhirnya dapat menjadi keunggulan bersaing KPBS dalam menghadapi persaingan usaha. Dengan memahami permasalahan yang terjadi pada KPBS Pengalengan tersebut, dan dilanjutkan dengan melakukan pengukuran terhadap kinerja dari supply chain KPBS maka, sebagai hasilnya diharapkan dapat dijadikan acuan bagi perbaikan-perbaikan dalam rangka peningkatan kinerja suppy chain KPBS Pangalengan.

I.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengukur dan menganalisis kondisi awal kinerja rantai pasokan KPBS Pangalengan?

2. Bagaimana mengkonfigurasikan supply chain KPBS Pangalengan dari proses- proses yang ada, serta menerapkan strategi operasional yang sesuai?

3. Bagaimana usulan perbaikan kondisi awal supply chain pada KPBS Pangalengan?

I.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah maka dapat ditentukan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mengukur dan menganalisis kinerja rantai pasokan KPBS Pangalengan dengan menggunakan model SCOR level 1 yang terdiri dari SCORcard dan Gap analysis.

2. Mengkonfigurasikan supply chain KPBS Pangalengan dari proses-proses yang ada, serta menerapkan strategi operasional yang sesuai dalam tahap SCOR level 2.

(7)

7

3. Membuat usulan perbaikan dari kondisi awal supply chain pada KPBS Pangalengan.

I.4 Batasan Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan di Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan yang berlokasi di Jl. Raya Pangalengan No.340, Kecamatan Pangalengan Bandung Selatan.Tidak ada perubahan kebijakan pemerintah berkaitan dengan hal-hal yang diteliti.

2. Data penelitian yang digunakan adalah data pada tahun 2010 3. Pembuatan model SCOR dilakukan sampai dengan level 2.

4. Pada saat penelitian diasumsikan tidak ada perubahan kebijakan pemerintah berkaitan dengan hal-hal yang diteliti.

5. Penelitian yang akan dilakukan dibatasi hanya sampai tahap perancangan sistem supply chain dan tidak sampai pada tahap implementasi.

I.5 Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini sebagai berikut:

1. Membantu Koperasi Peternak Bandung Selatan untuk dapat mengetahui berapa nilai kinerja dari kondisi awal Koperasi dengan menggunakan metode SCOR.

2. Membantu KPBS Pangalengan mengetahui pencapaian kinerja supply chain koperasinya.

3. Membantu KPBS Pangalengan untuk dapat mengadakan evaluasi dan perbaikan kinerja supply chain sesuai dengan kerangka pengukuran supply chain agar lebih efektif.

I.6 Sistematika Penulisan

Penelitian ini diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BabI Pendahuluan

Bab ini berisikan uraian mengenai latar belakang penelitian. Pada latar belakang penelitian ini dijelaskan pentingnya strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk menghadapi persaingan pasar bebas, salah satu strategi yang sangat penting adalah strategi supply chain, peranan supply chain dalam perusahaan, profil

(8)

8

singkat tentang KPBS, masalah-masalah yang terjadi di dalam koperasi dan alasan mengapa dilakukan pengukuran. Kemudian dijelaskan mengenai perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pemecahan masalah yang ada pada penelitian ini.

Bab II Tinjauan Pustaka

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai literatur yang relevan dengan permasalahan yang diteliti, yang dikutip dari buku-buku supply chain, buku mengenai SCOR model, jurnal-jurnal penelitian yang berhubungan dengan supply chain dan metode SCOR, hasil-hasil penelitian terdahulu yang menggunakan metode SCOR, dan internet.

Bab III Metodologi Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan langkah-langkah penelitian secara rinci meliputi:

tahap merumuskan masalah penelitian, mengembangkan model penelitian, mengidentifikasi dan melakukan operasional variabel penelitian, menyusun kuesioner penelitian, mengumpulkan data, mengolah data, dan analisis pengolahan data.

Bab VI Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pada bab ini berisi pengumpulan data yang akan digunakan untuk menentukan indikator pengukuran yang penting (key faktor), pengolahan data dengan mengunakan matriks evaluasi faktor eksternal dan internal, matriks SWOT, matriks QSPM. Kemudian akan dilakukan pengolahan data dengan metode SCOR. Pada penelitian ini SCOR akan dilakukan hingga level 2.

Bab V Analisis

Pada bab ini berisi analisis terhadap hasil pengukuran dengan metode yang digunakan pada penelitian ini, yang meliputi seluruh proses perhitungan yang dilakukan, hasil dari perhitungan yang dilakukan.

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Gambar

Tabel I.1 Data Produksi 16 April 2011

Referensi

Dokumen terkait

Bahan Baku Utama yang digunakan dalam pembuatan permen soft candy adalah ekstrak kulit buah naga, gula pasir (sukrosa), sorbitol, gum arab, karagenan, gelatin,

Pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan yang diperlukan

[r]

Kemudian secara keseluruhan, kisaran parameter kualitas perairan masih dalam batasan toleransi bagi kehidupan mangrove di antara kedua kawasan, dimana pada Stasiun 1

Bakteri inidgenus yang teridentifikasi pada lumpur aktif limbah naptol jeans dalam penelitian ini memiliki kesamaan dengan genus Bacillus untuk isolat X dan genus Zooglea

Pengumpulan data margin (murabahah, mudharabah, musyarakah, ijarah) yang berkaitan dengan variabel penelitian yaitu : biaya intermediasi, volume pembiayaan, bagi

Keputusan Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 123/KEPMKUKM/X/2004 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan Dalam

Dinas Pendapatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pemungutan Pajak, Retribusi dan Pendapatan Daerah lainnya yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas