1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sustainable Development Goals merupakan tindak lanjut dari Millenium Development Goal’s yang sudah berakhir di tahun 2015 merupakan kesepakatan lebih dari 193 kepala Negara PBB termasuk Pemerintah RI pada tanggal 25 -27 September 2015, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Dari 17 tujuan SDGs, tujuan ke 3 dari SDGs tahun 2015 adalah kesehatan yang baik dan kesejahteraan, menurunkan Angka Kematian Ibu hingga di bawah 70 per 100.000 Kelahiran Hidup. Mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan menurunkan kematian neonatal menjadi 12 per 1000 Kelahiran Hidup.1
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa indikator status kesehatan masyarakat. AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka KematianIbu 359/100.000 kelahiran hidup (Data SDKI 2012), angka absolut jumlah kematian ibu pada tahun 2016 adalah 4912 dan pada tahun 2017 mengalami penurunan kasus menjadi 4295 (Komdal Kesga Kemenkes) Angka Kematian Neonatal (AKN) menurun dari 19 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2012) menjadi 15 per kelahiran hidup (SDKI 2017), Angka
Kematian Bayi (AKB) juga mengalami penurunan dari 68 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2012) menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Balita pada juga mengalami penurunan dari 40 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2012) menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2017).2
Di Jawa Barat pada tahun 2018 terdapat jumlah kasus kematian ibu sebanyak 700 kasus dari jumlah kelahiran hidup 916.411 dengan rasio kematian 86,97 per 100.000 kelahiran hidup, dan ini meningkat dari tahun 2017 sebanyak 695 kasus. Sedangkan jumlah kematian bayi mencapai 3083 kasus dari 916,411 kelahiran hidup dengan rasio kematian 410/1000 kelahiran hidup dan ini mengalami penurunan di tahun 2017 sebanyak 3266 kasus.2
Kota Cimahi sebagai bagian dari wilayah Jawa Barat tentunya harus mengacu pada strategi nasional dan Jawa Barat dalam upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi. Jumlah kematian ibu di Wilayah Kota Cimahi tahun 2017 sebanyak 12 dari 10528 kelahiran hidup (konversi 113.98/100.000KH), pada tahun 2018 mengalami sedikit penurunan menjadi 11 dari 10767 kelahiran hidup ( konversi 102.16/100.000), sedangkan jumlah kematian bayi sebanyak 65 dari 10528 kelahiran hidup (konversi 6.17/1000) Dan pada tahun 2018 mengalami penurunan menjadi 50 dari 10767 kelahiran hidup (konversi 4.64/1000 KH) namun dari data 5 tahun terakhir jumlah kematian bersifat fluktuatif sehingga upaya-upaya kesehatan harus tetap diprioritaskan untuk kegiatan yang mempunyai daya ungkit terhadap penurunan angka kematian tersebut1
Masih tingginya angka kematian Ibu dan bayi salah satu penyebabnya adalah karena pelayanan kesehatan yang belum sesuai dengan standar pelayanan
minimal. Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan pemerintah wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal, SPM merupakan hal minimal yang harus dilaksanakan oleh pemda untuk rakyatnya, maka target SPM harus 100%.3 Di Kota Cimahi pencapaian SPM bidang kesehatan ibu dan anak yang perlu mendapat perhatian adalah cakupan pelayanan anak balita, pencapaian cakupan pada tahun 2018 sebesar 60.70 angka ini meningkat bila dibandingkan tahun sebelum nya 54.30 % tetapi masih jauh dibawah target target 100%.3
Rendahnya cakupan disebabkan karena data kesehatan anak balita tersebut diperoleh hanya dari laporan balita yang datang ke posyandu saja, sedangkan balita yang mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan lainnya seperti Bidan Praktek Mandiri (BPM), Rumah Sakit, Rumah Sakit Bersalin, Dokter Praktek Swasta belum sepenuhnya terlaporkan. Belum semua tenaga kesehatan, kader, ibu dan keluarga mengetahui manfaat dan kegunaan Buku KIA yang merupakan salah satunya sebagai media informasi, serta dasar untuk pencatatan di dalam kohort balita. 1
Menurut Colti Sistiarani dkk, dalam jurnal yang berjudul Fungsi pemanfaatan Buku KIA terhadap Pengetahuan Ibu dan Anak pada Ibu mengatakan bahwa pemanfaatan Buku KIA belum optimal dalam mendukung kelangsungan dan kualitas hidup ibu dan anak. Belum semua tenaga kesehatan, kader, ibu dan keluarga berperan sebagaimana yang diharapkan. Tenaga Kesehatan diharapkan lebih berperan aktif memfasilitasi kader dan ibu, keluarga/pengasuh anak untuk memahami dan menerapkan isi Buku KIA.
Peningkatan pemahaman dan penerapan Buku KIA oleh kader dan ibu/keluarga memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan cakupan pelayanan dan status kesehatan ibu dan anak.4
Di Kota Cimahi kepemilikan Buku KIA di Kota Cimahi sudah cukup tinggi yaitu 92.61 % dari jumlah balita pada tahun 2016 dan meningkat menjadi 93.03%
di tahun 20171, namun untuk penggunaan, pemanfaatan, serta pemeliharaan Buku KIA masih belum sesuai dengan harapan. Penyebab lain adalah fenomena globalisasi saat ini membebaskan para wanita untuk bekerja di luar rumah, termasuk para ibu yang memiliki anak usia pra sekolah. Munculnya era kesetaraan gender mengakibatkan banyak ibu yang bekerja diluar rumah baik karena tuntutan hidup maupun aktualisasi diri. 5
Tingkat partisipasi angkatan kerja wanita di Kota Cimahi juga cukup tinggi 26.67 % persen7 Peningkatan jumlah ibu bekerja tentunya mengakibatkan terjadinya perubahan struktur dan peran dalam keluarga, termasuk peran ibu dalam pengasuhan. Di Indonesia fenomena pengasuhan oleh nenek menjadi pilihan bagi ibu bekerja.
Keikutsertaan nenek dalam mengasuh cucu merupakan salah satu bentuk dukungan pada keluarga ibu bekerja6. Di Kota Cimahi menurut data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil jumlah lansia tercatat 43639 jiwa atau 8.14 % dari jumlah penduduk kota dengan umur harapan hidup 73.61, dengan jumlah lansia aktif 58.77 %, serta didapat data bahwa di RW 07 Kelurahan Melong Asih ada sekitar 15 orang nenek yang mendampingi pengasuhan dan perawatan kesehatan cucunya dari total 65 orang Balita yang ada di RW tersebut serta di
RW 31 terdapat 12 orang balita yang didampingi oleh neneknya dalam pengasuhan dan perawatan kesehatnnya dari jumlah 65 orang balita yang ada di RW tersebut 7
Potensi pemanfaatan lansia dapat meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan lansia itu sendiri hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Eko Sriyanto seorang peneliti dan fasilitator Waterplant NGO Yogyakarta, tahun 2010 dengan penelitian yang berjudul Lanjut Usia:
Antara Tuntutan Jaminan Sosial dan Pengembangan Pemberdayaan, dengan hasil penelitian yang di dapat adalah salah satu alternatif untuk membantu lansia mengatasi kerentanan psikososial dan fisiknya melalui skema pemberdayaan.
Kerentanan psikososial lansia meliputi aspek ekonomi, sosial dan psikologis sehingga perlu pemahaman, komprehensif dalam merencanakan skema program bagi lansia. Pemberdayaan lansia membentuk pola aktivitas lansia yang bermanfaat mengisi waktu luang, menciptakan hubungan sosial, mengurangi perasaan kesendirian, menjaga hubungan timbal-balik antara lansia dengan lingkungannya, menambah pendapatan, menjaga eksistensi diri dan meningkatkan kapasitas terkait kesehatan maupun ketrampilan lansia.
Pola pemberdayaan yang dikembangkan harus mempertimbangkan beberapa aspek, seperti potensi karakter wilayah, struktur sosial demografi dan pelaku lintas generasi. Alternatif program pemberdayaan lansia melalui usaha produktif (panti dan non-panti) dan aktivitas sosial (sukarelawan).
Sebagai upaya meningkatkan cakupan pelayanan guna meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat terutama melalui kegiatan promotif dan preventif dinas kesehatan Kota Cimahi sesuai dengan program Kementerian Kesehatan melakukan terobosan, salah satunya adalah mengembangkan dan menerapkan Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak).
Kebijakan mengenai penggunaan dan pemanfaatan buku KIA tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 284/MENKES/SK/III/2004 tentang Buku KIA.7 Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah dengan pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, pelatihan kader posyandu, pembinaan bidan praktek mandiri serta pelatihan guru PAUD. Penerapan Buku KIA secara benar akan berdampak pada peningkatan pengetahuan ibu dan keluarga akan kesehatan ibu dan anak, menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas serta meningkatkan sistem survelailens, monitoring dan informasi kesehatan. 1
Buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya ganguan dan masalah kesehatan Ibu dan Anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan informasi yang penting bagi ibu dan keluarga serta masyarakat mengenai pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk rujukan dan paket (standar) pelayanan KIA, gizi,imunisasi,dan tumbuh kembang balita. 8.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, terkait upaya - upaya yang telah dilakukan oleh dinas kesehatan Kota Cimahi untuk meningkatkan cakupan standar pelayan minimal kesehatan anak balita yang belum mencapai target, dimana salah satunya penyebabnya rendahnya cakupan adalah akibat banyaknya ibu bekerja diluar rumah dan pengasuhan serta pengawasan anak diserahkan kepada nenek dan kakeknya. Serta peningkatan kesehatan adanya potensi untuk meningkatkan kualitas hidup lansia aktif di Kota Cimahi yang tercatat sebesar 58.77%. Data yang didapat di RW 07 Kelurahan Melong Asih ada sekitar 15 orang nenek yang mendampingi kesehatan cucunya dari 65 orang Balita yang ada dan di RW 31 ada sekitar 12 orang dari 65 orang balita yang ada di Posyandu. Sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana potensi model pemberdayaan peran lansia dalam pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) untuk meningkatkan kesehatan anak balita di Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi ? “
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan potensi model pemberdayaan peran lansia dalam pemanfaatan Buku KIA di Kota Cimahi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penulisan makalah adalah untuk mengetahui:
a. Mengetahui pengetahuan lansia tentang Buku Kesehatan Ibu dan Anak.
b. Mengetahui gambaran perilaku lansia dalam meningkatkan kesehatan anak balita yang didampinginya.
c. Mengetahui kondisi balita dan ibu balita yang ada lansia di rumahnya.
d. Potensi model pemberdayaan lansia di dalam pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak
A. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun praktis yaitu :
1. Manfaat teoritis
Sebagai referensi bagi mahasiswa Program sarjana Kesehatan Masyarakat pada khususnya maupun mahasiswa Stikes Dharma Husada Bandung pada umumnya mengenai model pemberdayaan peran lansia dalam pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebagai sumber informasi, promotif dan preventif guna meningkatkan cakupan Standar Pelayanan Minimal (SPM) di Kota Cimahi
2. Untuk pengembangan ilmu kesehatan masyarakat dalam bidang Promosi Kesehatan khususnya yang berkaitan dengan strategi pendekatan perubahan prilaku dari social support
3. Manfaat Praktis Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang potensi model pemberdayaan peran lansia dalam pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sebagai sumber informasi guna meningkatkan cakupan Standar Pelayanan Minimal (SPM) pelayanan Kesehatan balita di Kota Cimahi.
B. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan meliputi, model penerapan pemanfaatan Buku KIA sehingga dapat meningkatkan pengetahuan lansia tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan anak balita secara berkala, pengetahuan lansia tentang pemanfaatan Buku KIA sebagai media KIE dan rujukan serta dokumen pencatatan kesehatan ibu dan anak dan prilaku keluarga, lansia dalam upaya meningkatan kesehatan anak balita serta kebijakan program dalam pendekatan pemberdayaan peran lansia untuk pemanfaatan buku KIA.
Penelitian ini menggunakan metoda kualitatif yang melibatkan sample yang diambil dengan cara purposive sampling terkait cakupan sebanyak 6 orang lansia sebagai informan, 6 orang ibu balita, 1 orang kepala puskesmas, dan 1 orang bidan, 1 orang tenaga promkes, 1 orang pengelola program lansia, serta 1 orang petugas gizi di Puskesmas Melong Asih. Penelitian ini akan dilaksanakan pada minggu ke 1 bulan Juli 2019 di Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi.