• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang.

Peningkatan derajat kesehatan dapat terwujud melalui terciptanya masyarakat Indonesia yang ditandai dengan perilaku masyarakat di lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil serta merata. Derajat kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu: lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan, faktor lingkungan yaitu keadaan permukiman atau perumahan, tempat kerja, sekolahan dan tempat umum, air dan udara bersih, teknolohi, pendidikan, sosial dan ekonomi. Dan perilaku tergambar dalam kebiasaan sehar-hari seperti pola makan, kebeersihan perorangan, gaya hidup. Dan perilaku terhadap upaya kesehatan1.

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal dalam perkembangannya terjadi orientasi dalam pembangunan kesehatan2.

(2)

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 menegaskan bahwa kesehatan lingkungan merupakan upaya pencegahan penyakit dari faktor resiko lingkungan sehingga dapat mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat dari berbagai aspek yaitu fisik, kimia, biologi, serta sosial.3

Di Indonesia berdasarkan Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan bertujuan agar dapat mewujudkan kualitas lingkungan yansebesar g sehat sehingga setiap orang mungkin dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi- tingginnya. Lingkungan yang sehat adalah lingkungan yang bebas dari limbah cair, limbah padat, limbah gas, sampah, binatang pembawa penyakit, zat kimia berbahaya, kebisingan, radiasi, air yang tercemar, udara yang tercemar, serta kontaminasi terdapat makanan.4

Kesehatan Lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial masyarakat, bahkan termasuk unsur penentu dalam kesejahteraan penduduk, karena lingkungan selain sebagai faktor penentu derajat kesehatan juga merupakan bagian dari kenyamanan hidup dalam meningkatkan efesiensi kerja dan belajar. Sesuai dengan tujuan Suistanable Development Goals (SDGs) yang ke-6 mengenai lingkungan, memiliki salah satu target agar dapat mencapai akses sanitasi dan higiene yang cukup dan merata sehingga dapat meningkatkan kualitas air, menghilangkan penumpukan samapah, meminimalisir pembuangan kimia

(3)

berbahaya, mengurangi proposi air limbah yang tidak dimurnikan serta meningkatkan daur ulang kembali yang aman secara global.5

Kementrian kesehatan merancang program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang berpedoman kepada Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2014 menyatakan bahwa STBM merupakan pendekatan dalam bentuk pemberdayaan masyarakat dengan cara memicu yaitu mendorong perubahan perilaku hygiene dan sanitasi atas kesadaran masyarakat itu sendiri. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBABS) merupakan pilar pertama dari STBM dimana tidak akan ada lagi komunitas yang melakukan perilaku buang air besar sembarangan yang berpotensi dalam penyebaran penyakit dengan menyediakan dan memelihara sarana buang air besar yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan.6

Berdasarkan data WHO pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1,1 milyar orang atau 17% penduduk dunia masih buang air besar di area terbuka, dari data tersebut diatas sebesar 81% penduduk yang Buang Air Besar Sembarangan (BABS) terdapat di 10 negara dan Indonesia sebagai negara kedua terbanyak ditemukan masyarakat buang air besar di area terbuka, yaitu India (58%), Indonesia (12,9%), China (4.5%), Ethiopia (4,4%), Pakistan (4,3%), Nigeria (3%), Sudan (1,5%), Nepal (1,3%), Brazil (1,2%), dan Niger (1,1%) (WHO, 2010).7

Peningkatan sanitasi diupayakan pemerintah agar dapat berjalan dengan baik untuk mendukung komitmen nasional dan pencapaian target

(4)

kesepakatan pembangunan negara-negara di dunia, tertuang dalam Milleniun Development Goals (MDG’s). Salah satu target MDG’s terkait sanitasi yakni terjadinya peningkatan akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan sebesar separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses pada tahun 2015. Kebijakan pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2010-2014) yang juga selaras dengan target MDG’s menyasar terwujudnya kondisi sanitasi yang bebas dari Buang Air Besar Sembarangan (BABS) pada tahun 2014.8

Menurut jenis tempat buang air besar yang digunakan, sebagian rumah tangga di Indonesia menggunakan kloset berjenis leher angsa sebesar 84,4%, plengsengan sebesar 4,8%, cemplung/lubang tanpa lantai sebesar 7,2% dan cemplung/lubang dengan lantai sebesar 3,7%.

Berdasarkan tempat pembuangan akhir tinja, hasil Riskesdas 2018, sebesar 77% rumah tangga di Indonesia menggunakan sepic tank sebagai tempat pembuangan tinja. Rumah tangga yang menggunakan tempat saluran pembuangan akhir limbah (SPAL) sebesar 19,7%, di tanam ke tanah 5,7%, di buang sembarangan 33%, di bersihkan disembarang tempat 6,4%.9

Berdasarkan Riskesdas RI 2018 menunjukan angka secara nasional penggunaan jamban sehat sebesar 88,2%. Angka ini naik secara signifikan dari pencapaian sebelumnya pada tahun 2013 dengan angka capaian 82,6%

lima provinsi terendah dalam penggunaan jamban sehat adalah papua sebesar 55,8%. Kemudaian disusul oleh Kalimantan tengah, Sumatera`

(5)

barat, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan selatan. Hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukan Provinsi Jawa Timur mempunyai angka capian penggunaan jamban sehat sebesar 85,0%, atau naik 8% dari hasil survei yang sama tahun 2013.9

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kepemilikan jamban sehat didasari modifkasi teori Lawrence Green tentang perilaku kesehatan yaitu pengetahuan, sikap masyarkat terhadap kesehatan, kepercayaan, keyakinan, tradisi, persepsi, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, sistem nilai yang dianut masyarakat, lingkungan fisik, fasilitas (sarana dan prasarana kesehatan), sikap dan perilaku petugas kesehatan, sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama10

Untuk mencegah kontaminasi terhadap lingkungan, maka pembuangan tinja manusia harus dikelola dengan baik, yaitu jamban.

Jamban sehat menurut Notoadmodjo (2007) adalah sebagai berikut:11 tidak mengotori permukaan tanah sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara, sederhana desainnya dan murah. Umumnya masyarakat pedesaan menggunakan jamban langsung dan permukaan tanah sebagi tempat pembuangan tinja.

Hal ini disebabkan karena faktor pendidikan yang masih rendah tentunya akan mempengaruhi faktor pengetahuan, dengan pendidikan rendah maka faktor pengetahuan juga akan ikut rendah. Selain itu penyebabnya adalah faktor ekonomi yang kurang pada masyarakat tersebut, jamban leher angsa memerlukan biaya yang mahal untuk membuatnya. Masyarakat juga

(6)

mengatakan banyaknya warga yang menggunakan jamban cemplung sehingga mempengaruhi pembuatan selanjutnya yaitu dengan ikut-ikutan membuat jamban ceplung.12

Salah satu upaya mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mengembangkan dokumen Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan dikeluarkannya surat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008, yang menjadikan STBM sebagai program nasional dan merupakan salah satu sasaran utama RPJMN 2010-2014, yang menargetkan pada tahun 2014, tidak akan ada lagi masyarakat Indonesia yang melakukan praktik buang air besar sembarangan (BABS).13

Dari berbagai masalah yang terjadi langkah awal yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat yaitu dengan cara bekerja sama dengan pihak kesehatan terkait untuk membentuk kader- kader kesehatan untuk memberikan pengarahan terhadap masyarakat luas tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan terutama BAB di jamban yang sehat. Selain itu harus sering diadakannya penyuluhan kesehatan tentang BAB yang baik dan benar kepada masyarakat. Dengan pendekatan seperti ini diharapkan masyarakat sendiri akan bergerak dan ada kesadaran yang tumbuh di masyarakat yang pada akhirnya bisa menumbuhkan upaya hidup yang lebih sehat.14

(7)

Hal ini tersebut didukung dari hasil penelitian Novitry, yang membuktikan bahwa faktor pendidikan, pengetahuan mengenai sarana sanitasi, sikap dan pendapatan keluarga, memiliki hubungan yang bermakna dengan kepemilikan jamban sehat.15 Sedangkan hasil penelitian Otik dan Darsana, yang menujukan bahwa selain faktor pendidikan dan pengetahuan, terdapat adanya hubungan yang bermakna antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare.16

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dalam permasalahan yang akan di analisis apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kepemilikan jamban sehat?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Kajian literatur untuk mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepemilikan Jamban Sehat

2. Tujuan Khusus

a. Kajian untuk mengetahui hubungan pendidikan masyarakat tentang kpemilikan jamban sehat

b. Kajian untuk mengetahui hubungan pengetahuan masyarakat tentang kepemilikan jamban sehat

c. Kajian untuk mengetahui hubungan ekonomi masyarakat tentang kepemilikan jamban sehat

(8)

d. Kajian untuk mengetahui hubungan sikap masyarakat tentang kepemilikan jamban sehat

e. Kajian untuk mengetahui hubungan budaya masyarakat tentang kepemilikan jamban sehat

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik

a. Bagi Penulis Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman khususnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan jamban masyarakat.

b. Bagi STIKES Dharma Husada Bandung Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar khususnya tentang faktor- faktor yang mempengaruhi penggunaan jamban masyarakat.

2. Manfaat Praktis

a. Puskesmas agar dapat merencanakan program di masa yang akan datang agar pemakaian jamban sehat untuk BAB meningkat sehingga angka kejadian penyakit dapat menurun.

b. Bagi masyarakat agar dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang jamban sehingga masyarakat dapat menggunakan jamban yang sehat dan benar.

c. Bagi peneliti selanjutnya di harapkan penelitian ini sebagai bahan dasar maupun referensi dalam penelitian selanjutnya dalam rangka mengetahui faktor-faktor yang erhubungan dengan kepemilikan jambah sehat.

(9)

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Tempat

Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini dilakukan di permukiman pedesaan.

2. Ruang Lingkup Waktu

Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juni tahun 2020.

3. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menggunakan metode literatur review dengan sumber data penelitian yang berasal dari literatur yang diperoleh dari internet berupa hasil penelitian dari publikasi pada Jurnal nasional dan internasional dengan kurun waktu minimal 10 tahun kebelakang.

Referensi