• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Penglihatan merupakan indera yang sangat penting dalam menentukan kualitas hidup manusia. Indera penglihatan yang dimaksud adalah mata. Tanpa mata, manusia tidak dapat melihat sama sekali apa yang ada disekitarnya.

Dalam penglihatan, mata mempunyai berbagai macam kelainan refraksi.

Kelainan refraksi tersebut merupakan gangguan yang banyak terjadi di dunia tanpa memandang jenis kelamin, usia, maupun kelompok etnis (Ilyas,2009).

Angka kejadian miopia di dunia terus meningkat tiap tahunnya, dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 menunjukan angka kejadian 10%

dari 66 juta anak usia sekolah menderita kelainan refraksi, yaitu miopia (Supraptono, 2006)

Menurut WHO uji skinning penglihatan dikalangan anak-anak sangat bermanfaat, karena dengan adanya pemeriksaan tersebut wujud alat uji diagnostik yang dipercayai dapat menginterpretasikan masalah penglihatan.

Selain itu, jika pada usia dini anak-anak mempunyai prognosis yang baik untuk menikmati tahap penglihatan yang baik (Hussin et al, 2009). Sebagian besar anak-anak dengan kelainan refraksi akan tampak asimtomatis, oleh karena itu uji skrinning sangat membantu dalam deteksi dini tepat pada waktunya (Padhye et al, 2009)

(2)

Berdasarkan survei dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang dilakukan di 8 provinsi (Sumatra Barat, Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat) pada tahun 2009 kelainan refraksi menempati urutan pertama dari sepuluh penyakit mata terbesar yang ada di Indonesia yaitu sebesar 61,71%.

Di daerah pedesaan lebih banyak penderita miopia yang berjenis kelamin perempuan, sedangkan di daerah perkotaan lebih banyak penderita miopia pada jenis kelamin laki-laki. Status sosial ekonomi responden di daerah pedesaan sebagian besar masih berstatus rendah sedangkan di daerah perkotaan sebagian besar berstatus ekonomi tinggi berbagai faktor telah diketahui mempengaruhi terjadinya kasus miopia pada pelajar menurut The Beijing Chilhood Eye Study pada tahun 2012 faktor yang mempengaruhi terjadinya kasus miopia pada pelajar adalah usia yang lebih tua, jenis kelamin perempuan, penghasilan keluarga yang tinggi, profesi ayah yang lebih tinggi, usia muda data terdeteksi miopia membantu dengan penerangan redup waktu tidur yang singkat serta kondisi psikologis yang buruk dalam tekanan penelitian dari Sidney dan di Singapura mengidentifikasi bahwa faktor usia yang lebih tua, jenis kelamin, faktor lingkungan daerah perkotaan, jenis sekolah yang lebih maju serta aktivitas di luar ruangan yang kurang mempengarui terjadinya miopia di wilayah tersebut. Bila kita tinggal di daerah pedesaan serta jenis sekolah yang lebih maju serta aktivitas di luar ruangan yang kurang dapat mempengaruhi terjadinya miopia di wilayah tersebut.

(3)

Lingkungan perkotaan dan pedesaan juga dapat mempengaruhi miopia pada siswa. Dimana di daerah perkotaan dengan fasilitas telekomunikasi yang lebih maju seperti televisi, komputer, video game, handphone akan lebih meningkatkan aktivitas jarak dekat maka akan akan berujung pada peningkatan progresivitas miopia pada pelajar. Tidak dapat dipungkiri bahwa fungsi dari indera penglihatan merupakan salah satu fungsi vital dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, sehingga apabila terjadi gangguan fungsi vital dalam menjalankan aktivitas sehari-hari sehingga menyebabkan terjadinya gangguan dari penglihatan baik bagi individu maupun orang-orang yang ada di sekitarnya.

Terutama bagi para pelajar fungsi penglihatan akan sangat mempengaruhi dalam menerima jumlah informasi yang dapat diterima selama proses belajar mengajar, sehingga dapat menyebabkan penurunan fungsi penglihatan akibat miopi dapat mengganggu prestasi siswa tersebut di sekolah serta dapat membatasi aktivitas yang memerlukan penglihatan jauh, seperti membaca papan tulis dari deretan kursi bagian belakang. Anak yang memiliki kelainan refraksi biasanya memiliki tanda-tanda seperti kesulitan dalam melihat benda jauh, menonton tv harus dari jarak dekat, suka memicingkan mata, suka memiringkan kepala apabila melihat objek yang jauh, mengeluh pusing, sering keluar air mata.

(4)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa diperlukan adanya penelitian untuk dapat menjawab pertanyaan “Bagaimana mengidentifikasi penderita miopia pada anak usia 7-12 tahun?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui identifikasi penderita miopia khususnya pada anak usia 7-12 tahun di Netra Klinik Spesialis Mata Bandung periode bulan Januari 2019.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui kelainan miopia pada pasien anak usia 7-12 tahun berdasarkan kelompok usia

b. Untuk mengetahui kelainan miopia berdasarkan jenis kelamin c. Untuk mengetahui kelainan miopia berdasarkan derajatnya

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Agar penelitian ini dapat menjadi masukkan dalam mengembangkan keilmuan dan dapat menjadi tambahan ajar di STIKes Dharma Husada Bandung, khususnya dalam ruang lingkup program studi Refraksi Optisi (RO)

(5)

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi bahan pengetahuan bagi masyarakat luas agar dalam menangani masalah miopia pada anak sekolah dasar.

E. Ruang Lingkup

Karena sangat terbatasnya ilmu dan waktu, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian yaitu “Identifikasi Penderita Miopia Pada Anak Usia 7-12 Tahun di Netra Klinik Spesialis Mata Bandung Tahun 2019”

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Patient acuity Crowding Patient’s satisfaction Total visit/month Admitted patients % Critical care admission % Transferred patients % Deaths in ED % Deaths within one hour of ED