• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - SIAKAD STIKes DHB"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Hampir seluruh negara di dunia mengalami masalah banjir, tidak terkecuali di negara-negara yang telah maju sekalipun. Indonesia sebagai salah satu negara yang beriklim tropis (Humid Tropic) ditandai dengan curah hujan yang tinggi . Akibatnya di beberapa tempat di musim penghujan terjadi bencana banjir yang menimbulkan korban dan kerugian baik nyawa maupun harta benda, bahkan terjadinya genangan pun dapat menimbulkan kerugian. Kerugian ini akan semakin besar apabila bencana banjir terjadi di daerah yang padat penduduknya (Duppa Hakim, 2020)

Banjir adalah suatu aliran berlebih atau penggenangan dari sungai atau badan air lainnya dan menyebabkan atau mengancam kerusakan. Pembeda antara debit normal dan aliran banjir ditentukan oleh tinggi aliran air dimana banjir ditunjukkan aliran air yang melampaui kapasitas tamping tebing atau tanggul sungai sehingga menggenangi daerah sekitar (Azmeri dkk, 2017).

Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan karena volume air yang meningkat. Banjir merupakan suatu kejadian alam yang dapat terjadi karena disebabkan oleh alam sendiri atau disebabkan oleh ulah manusia. Kejadian banjir tidak dapat dicegah tetapi dapat dikendalikan dan dikurangi dampak kerugian yang diakibatkannya (Sigit, 2018).

(2)

Menurut Tingsanchali (2012) dampak banjir merupakan salah satu bencana yang paling signifikan di dunia. Lebih dari setengah kerusakan banjir global terjadi di Asia, khususnya di Indonesia. Banjir disebabkan oleh faktor alam seperti hujan deras, dan pasang yang tinggi, yang disebabkan faktor manusia seperti pemblokiran saluran atau buruknya saluran drainase, penggunaan lahan yang tidak tepat, serta penebangan hutan di daerah hulu. Sementara itu, kawasan rawan bencana banjir adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana banjir. Kejadian bencana terus meningkat di Indonesia.

Dampak yang ditimbulkan bencana juga cukup besar. Bencana bukan saja menimbulkan korban jiwa dan kerusakan bangunan. Namun juga menimbulkan kerugian ekonomi yang memerosotkan capaian pembangunan.

Berdasarkan sebaran kejadian bencana banjir di Indonesia pada tahun 2020 yang paling banyak terjadi di Jawa Tengah (179), Jawa Barat (87), Jawa Timur (28), Sumatera Selatan (40) dan Jawa Timur (28) (BNPB, 2020). Mnurut Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) pada tahun 2019 telah terjadi 9,383 kejadian bencana di Indonesia dengan korban (jiwa) 911 meninggal & hilang, 2,163 luka-luka, 5,371,345 terdampak & mengungsi, rumah rusak (unit) 8,576 rusak berat, 8,488 rusak sedang 37,591 rusak ringan, fasilitas rusak (unit) 979 fasilitas kesehatan, 679 fasilitas peribadatan 918 fasilitas Pendidikan.

Sedangkan bencana banjir terjadi 1,276 kali dari total 9,383. Pada tahun 2020 sampai bulan Maret telah terjadi 1,405 kejadian bencana, dengan korban (jiwa) 53 meninggal & hilang, 30 luka-luka, 530,352 terdampak & mengungsi, rumah rusak (unit) 718 rusak berat, 658 rusak sedang, 4,320 rusak ringan, fasilitas

(3)

rusak (unit) 7 fasilitias kesehatan, 36 fasilitas peribadatan 49 fasilitas Pendidikan. Sedangkan bencana banjir terjadi 428 kali dari total 1,405 seluruh kejadian (BNPB, 2020).

Menurut Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) pada tahun 2019 telah terjadi 1,162 kejadian bencana di Jawa Barat dengan korban (jiwa) 34 meninggal & hilang, 80 luka-luka, 996,782 terdampak & mengungsi, rumah rusak 667 rusak berat, 1,423 rusak sedang, 8,095 rusak ringan, fasilitas rusak (unit) 6 fasilitas kesehatan, 109 fasilitas peribadatan, 68 fasiltas pendidikan.

Sedangkan bencana banjir terjadi 187 kali dari total 1,162 seluruh kejadian.

Pada tahun 2020 sampai bulan Maret telah terjadi 398 kejadian bencana dengan korban (jiwa) 33 meninggal & hilang 10 luka-luka, 417,160 terdampak &

mengungsi, fasilitas rusak (unit) 0 fasilitas kesehatan 15 fasilitas peribadatan, 22 fasilitas Pendidikan. Sedangkan bencana banjir terjadi 87 kali dari total 398 kejadian (BNPB, 2020)

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung mencatat pada tahun 2019 ada 14.029 kepala keluarga dengan 37.731 jiwa yang terdampak banjir. Data tersebut dihimpun dari Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB). Jumlah terdampak di Kecamatan Baleendah sebanyak 8.654 kk dengan 21.606 jiwa. Kecamatan Dayeuhkolot sebanyak 3.005 kk dengan 9.015 jiwa dan Kecamatan Bojongsoang sebanyak 2.370 kk dengan 7.110 jiwa. Jadi total yang terdampak sebanyak 14.029 KK dengan 37.731 jiwa (Mujahidin, 2019).

(4)

Dampak dari pasca banjir salah satunya berjangkitnya penyakit menular, berbagai penyakit dapat muncul karena genangan air banjir. Beberapa diantaranya adalah muntaber, kolera, dan disentri. Penyakit ini sangat mudah menular terutama pada warga yang berada di tempat pengungsian. Penyakit lain yang sering mewabah pasca banjir adalah demam berdarah, Wabah ini seakan terulang setiap tahun. Warga dan pengelola akan sulit memutus rantai perkembangbiakan sumber penyakit ini jika keduanya tidak bekerja sama menjaga lingkungan. Penyakit demam berdarah adalah penyakit yang sering merenggut nyawa manusia saat musim hujan dan basca banjir. Pada umumnya, pencegahan penyakit demam berdarah sulit dilakukan karena terkait dengan karakteristik social warga dan kondisi ligkungannya (Purnayenti, 2019).

Dampak banjir dapat diatasi ketika masyarakat mempunyai pengetahuan mengenai kesiapsiagaan banjir, karena pengetahuan yang dimiliki dapat mempengaruhi sikap dan kepedulian masyarakat untuk siap dan siaga dalam mengantisipasi bencana, terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah rentan terhadap bencana alam (Rahmad, 2019). Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan kesehatan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan - tindakan untuk memelihara, dan meningkatkan taraf kesehatannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk kegiatan dengan menyampaikan materi tentang kesehatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku sasaran. Menurut (Suliha, 2008) Pendidikan kesehatan adalah proses

(5)

perubahan perilaku secara terencana pada diri individu, kelompok atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan sehat.

Tingkat pengetahuan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana besar masih rendah. Baik struktural dan non struktural masih belum dijadikan prioritas dalam pembangunan di daerah. Upaya penanganan bencana masih banyak menitik beratkan pada darurat bencana. Upaya pencegahan dan kesiapsiagaan masih perlu ditingkatkan. Kejadian bencana yang terus meningkat hendaknya menjadi pembelajaran agar tidak terulang di masa mendatang. Jikapun terjadi lagi, dampak bencana dapat diminimalkan. Oleh karena itu pengurangan risiko bencana dan mitigasi bencana harus terintegrasi dalam pembangunan (BNPB, 2019). Masyarakat memberdayakan dirinya melalui peran aktif kader, kader bisa berperan sebagai penggerak dalam menigkatkan kesiapsiagaan masyarakat memberikan respon secara cepat pada saat bencana dan berkoordinasi dalam upaya pemulihan pada pasca bencana (Kemenkes, 2013).

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU RI No.24 Tahun 2007). Sedangkan Menurut (Rahmad, 2019) kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

Berdasarkan studi literature yang sudah dilakukan, hasil penelitian yang dilakukan Sasikome dkk di Manado tahun 2015 dengan judul penelitian

(6)

“Pengaruh Penyuluhan Bencana Banjir Terhadap Kesiapsiagaan Siswa Smp Katolik Soegiyo Pranoto Manado Menghadapi BanjirTingkat kesiapsiagaan siswa sebelum diberikan penyuluhan terdapat sebagian siswa yang memiliki tingkat kesiapsiagaan dalam kategori siap dan ada yang berada pada kategori hampir siap. Tingkat kesiapsiagaan siswa sesudah diberikan penyuluhan tingkat kesiapsiagaan siswa berada pada kategori siap dan sebagian besar sangat siap.

Terdapat pengaruh penyuluhan bencana banjir terhadap kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana banjir.

Penelitian lain yang dilakukan Dfajar dkk di Makasar tahun 2013 dengan judul “Pengaruh Penyuluhan Tentang Kesiapsiagaan Bencana Banjir Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Kepala Keluarga Di Desa Romang Tangaya Kelurahan Tamangapa Kecamatan Manggala Kota Makassar Pengetahuan yang dimiliki kepala keluarga di Desa Romang Tangaya belum diikuti dengan kesiapsiagaan dalam kebijakan, rencana untuk keadaan darurat, sistim peringatan dini bencana, maupun mobilisasi sumber daya yang cukup, sehingga kurang mendukung kesiapsiagaan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan masyarakat yang rendah dalam mengantisipasi bencana. Tingkat pengetahuan dan sikap kepala keluarga sebelum diberikan penyuluhan mayoritas dengan kategori kurang yakni sebesar 56,8% dan 54,1%, Tingkat pengetahuan dan sikap kepala keluarga setelah diberikan penyuluhan mayoritas dengan kategori baik yakni sebesar 78,4% dan 83,8%. Ada pengaruh penyuluhan tentang kesiapsiagaan bencana banjir terhadap pengetahuan dan sikap kepala keluarga dalam menghadapi banjir.

(7)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Kelurahan Andir pada tanggal 11 maret 2020 peneliti sebelum melakukan penelitian di kelurahan Andir, peneliti membandingkan terlebih dahulu antara Kelurahan Andir dengan Bojongsoang kecamatan Baleendah. Hasil dari pembandingan tersebut dilihat dari bencana banjir yang terparah yaitu di Kelurahan Andir serta Kader yang paling aktif berada di Kelurahan Andir dan di dapatkan hasil wawancara dari 4 kader diantaranya satu kader tidak mengetahui salah satu kesiapsiagaan mengenai tas siaga dan hanya barang-barang seperti alat rumah tangga saja yang harus di amankan, 3 kader mengetahui mengenai tas siaga hanya saja tidak lengkap dalam menyebutkan isi tas siaga, tidak mempersiapkan apa-apa untuk menghadapi bencana banjir, dan hanya mempersiapkan barang-barang rumah tangga saja. Dari 4 kader tersebut tidak memiliki tas siaga, hasil dari 4 kader memiliki pengetahuan kesiapsiagaan banjir rendah karena para kader belum pernah menerima Pendidikan kesehatan mengenai kesiapsiagaan banjir.

Berdasarkan studi pendahuluan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelilitian dengan judul “Pengaruh pemberian Pendidikan kesehatan terhadap kesiapsiagaan kader mengenai bencana banjir di Kelurahan Andir”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menetapkan rumusan masalah yaitu “Adakah pengaruh pemberian Pendidikan kesehatan Mengenai Kesiapsiagaan Bencana Banjir terhadap Pengetahuan kesiapsiagaan ketua kader menghadapi bencana banjir di Kelurahan Andir”.

(8)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Adakah pengaruh pemberian Pendidikan kesehatan Mengenai Kesiapsiagaan Bencana Banjir terhadap Pengetahuan kesiapsiagaan ketua kader menghadapi bencana banjir di Kelurahan Andir”

2. Tujuan Khusus

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Mengidentifikasi Pengetahuan kesiapsiagaan ketua kader menghadapi bencana banjir sebelum mengikuti Pendidikan kesehatan di Kelurahan Andir.

b. Mengidentifikasi pengetahuan kesiapsiagaan ketua kader menghadapi bencana banjir sesudah mengikuti Pendidikan kesehatan di Kelurahan Andir.

c. Mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan mengenai Kesiapsiagaan bencana banjir terhadap pengetahuan kesiapsiagaan ketua kader menghadapi bencana banjir di Kelurahan Andir.

d. Mengidentifikasi karakteristik (usia dan pendidikan) ketua kader di Kelurahan Andir

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaatsecara : 1. Manfaat Teoritis

(9)

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kesiapsiagaan Ketua kader dalam menghadapi bencana banjir.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Ketua Kader Kelurahan Andir

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan kesiapsiagaan Ketua Kader dalam menghadapi bencana banjir.

b. Bagi Institusi Pendidikan STIKes Dharma Husada Bandung

Dapat menambah studi perpustakaan tentang pengaruh pemberian Pendidikan kesehatan mengenai kesiapsiagaan Bencana Banjir terhadap pengetahuan kesiapsiagaan Ketua Kader menghadapi bencana banjir dan diharapkan menjadi masukan yang bermanfaat bagi mahasiswa ilmu kesehatan dan dapat digunakan sebagai referensi ilmu pengetahuan serta dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya.

c. Bagi peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, serta mengetahui lebih dekat tentang Pendidikan kesehatan mengenai kesiapsiagaan Bencana Banjir terhadap pengetahuan kesiapsiagaan Ketua Kader menghadapi banjir dan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan untuk peneliti selanjutnya dengan metode yang lebih baik.

(10)

E. Ruang lingkup penelitian 1. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Februari - Juli 2020.

2. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Andir.

3. Ruang Lingkup Materis

Penelitian ini termasuk dalam keilmuan keperawatan gawat darurat.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman peneliti dalam menulis karya ilmiah, menambah pengetahuan peneliti mengenai penelitian eksperimental

Bagi Penulis Hasil studi kasus ini diharapkan dapat berguna sebagai ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berharga untuk menambah wawasan mengenai intervensi keperawatan yaitu penerapan