• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sistem pencernaan merupakan sebuah sistem yang membantu dalam mencerna makanan dan minuman yang dapat dikonsumsi menjadi zat yang lebih mudah dicerna oleh tubuh untuk diambil berbagai kandungan di dalamnya, yang akan berguna untuk organ dalam dan bagian tubuh secara keseluruhan (Irianto, 2014). Gangguan pencernaan merupakan kondisi dimana seseorang mengalami gangguan pada sistem pencernaan, yaitu lambatnya pergerakan makanan dalam saluran cerna, lebih lambat dari pada kondisi normal (Anggraini, 2016).Gangguan pencernaan oleh masyarakat umum biasanya disebut dengan penyakit maag.

Namun sebenarnya, istilah penyakit maag tersebut tidak di gunakan dalam dunia medis kedokteran. Istilah penyakit maag digunakan untuk menyebut suatu gejala penyakit, yang di dalam ilmu kedokteran dikenal sebagai Peptic Ulcer atau Dyspepsia dan Gastritis (Ratu & Adwan, 2013). Berdasarkan data WHO tahun 2012, insiden gastritis di dunia sekitar 1,8 – 2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Salah satunya di Asia Tenggara, sebanyak 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya terkena gastritis. Untuk angka kematian di dunia akibat penyakit gastritis yang di rawat inap yaitu 17 – 21% dari kasus yang ada pada tahun 2012 (Agustina, Azizah, & Agianto, 2016). Sedangkan untuk angka dyspepsia di perkirakan antara 1 – 8% di negara barat (Susanto, Sari, & Ndraha, 2011).

(2)

Di Indonesia, berdasarkan data Dinkes RI (2012) yang terkena gastritis ini sebesar 40,8%. Beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk (Kurniyawan & Kosasih, 2015).

Dyspepsia menempati urutan ke-4 dari 10 daftar penyakit terbanyak pasien rawat jalan di seluruh rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 438.780 kasus (Depkes RI, 2011). Prevalensi penyakit ini beragam, sebagian besar penelitian menunjukkan, hampir 25 % orang dewasa mengalami gejala dyspepsia pada suatu waktu dalam hidupnya. Suatu survey menyebutkan, sekitar 30% orang yang berobat ke dokter umum disebabkan gangguan saluran cerna terutama dyspepsia dan 40 – 50 % yang datang ke spesialis disebabkan gangguan pencernaan, terutama dyspepsia (Fristiani, 2013).

Beberapa faktor yang menyebabkan penyakit dyspepsia dan gastritis yaitu stres, luka pada dinding lambung, dan bakteri Helicobacter pylori. Penyakit ini sering dianggap sindrom anak mahasiswa dan dianggap sepele. Padahal, penyakit maag (dyspepsia dan gastritis) dapat menyebabkan komplikasi seperti penyempitan kerongkongan hingga sulit menelan, esofagus barret, atau terpapar asam lambung pada kerongkongan, hingga bocornya asam lambung hingga usus halus. Selain minimnya pengetahuan mengenai penyakit dyspepsia dan gastritis, kurangnya media dan mahalnya biaya untuk konsultasi mengenai penyakit ini merupakan salah satu faktor penyebab permasalahan yang terjadi di masyarakat (Satyaningtyas, 2016).

Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan masyarakat untuk dapat melakukan diagnosis yang serupa dengan pakar yaitu dengan bantuan sistem pakar. Sistem pakar merupakan suatu sistem komputer yang di maksudkan untuk

(3)

meniru semua aspek kemampuan pengambilan keputusan dengan memanfaatkan pengetahuan khusus selayaknya seorang pakar untuk memecahkan suatu masalah (Rosnelly, 2012). Salah satu contoh kasus yang menerapkan sistem pakar yaitu Diagnosa penyakit paru – paru menggunakan metode case based reasoning (Kusuma & Chairani, 2014), sistem pakar juga dapat digunakan untuk diagnosa penyakit pencernaan pada manusia menggunakan metode case based reasoning (Ernawati, 2017), dan contoh kasus yang menerapkan sistem pakar berikutnya adalah konsultasi penyakit kehamilan berbasis kasus menggunakan metode case based reasoning (Lubis, 2016). Kesimpulan yang dapat diambil dari berbagai penelitian terkait sistem pakar yaitu dengan penggunaan metode case based reasoning dapat memberikan hasil yang akurat dari perhitungan berdasarkan bobot gejala dan kemiripan antara kasus baru dengan kasus lama sesuai dari pengetahuan pakar, sehingga dapat memberikan jawaban atau solusi bagi penggunanya.

Dari uraian permasalahan yang telah dijabarkan, maka penulis mengambil judul “Diagnosis Penyakit Maag Menggunakan Metode Case Based Reasoning”.

1.2. Identifikasi Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut, identifikasi permasalahan yang diangkat pada penelitian kali ini diantaranya :

1. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang jenis - jenis penyakit maag.

2. Kurangnya media untuk berkonsultasi mengenai diagnosis penyakit maag.

3. Mahalnya biaya untuk konsultasi penyakit maag.

(4)

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat tentang diagnosis penyakit maag ?

2. Bagaimana penggunaan metode case based reasoning dalam mendiagnosis penyakit maag?

3. Apakah aplikasi sistem pakar yg dibuat mampu menekan biaya konsultasi pasien kepada dokter atau pakar ?

1.4. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk membantu masyarakat dalam mengenali jenis – jenis penyakit maag agar dapat melakukan penanganan sejak dini.

2. Mempermudah tenaga medis dalam mendiagnosis penyakit maag.

3. Membantu masyarakat dalam meminimalisir banyaknya biaya konsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam.

Tujuan penulisan skripsi ini untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S1) Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknik di Universitas BSI Bandung.

1.5. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode Analisa Deskriptif yaitu metode yang dimaksudkan untuk mengumpulkan

(5)

data yang dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai objek yang sedang diteliti dan kemudian diadakan analisa terhadap objek penelitian tersebut.

1.5.1. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah : A. Observasi

Penulis melakukan pengamatan secara langsung dengan memberikan pertanyaan dan quisioner kepada dokter atau pakar untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dalam penulisan skripsi. Dari hasil pengamatan tersebut dapat didokumentasikan secara digital dan tertulis oleh penulis.

B. Wawancara

Dalam penulisan skripsi ini, untuk mendapatkan informasi data yang lengkap dan akurat maka penulis melakukan suatu metode tanya jawab pada dokter spesialis penyakit dalam yang berhubungan dengan penyakit.

C. Studi Pustaka

Selain melakukan kegiatan pengumpulan data di atas, penulis juga mengambil data dari buku, jurnal, e-book serta sumber-sumber lainnya seperti laman web, artikel dan dokumen yang berkaitan dengan materi skripsi.

1.5.2. Model Pengembangan Sistem

Dalam model pengembangan sistem meliputi beberapa tahapan yaitu : 1.5.2.1. Pengembangan Pakar

Pada penulisan ini, penulis akan mewawancarai 3 pakar untuk mendapatkan data terkait penyakit maag. Dan pada tahap selanjutnya penulis

(6)

mengolah data tersebut menggunakan metode case based reasoning sebagai model inferensi untuk membangun aplikasi sistem pakar ini. Case based reasoning merupakan teknik pemecahan masalah dengan mengingat kejadian – kejadian berdasarkan kemiripan (similarity) yang pernah terjadi di masa lalu dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang baru dengan solusi-solusi yang pernah digunakan sebelumnya (Suriyanti, 2013).

1.5.2.2. Pengembangan Software

Pada penyusunan skripsi ini, penulis mengambil model pengembangan sistem menggunakan model waterfall. Model waterfall ini memiliki pendekatan alur hidup perangkat lunak secara sekuensial atau terurut. Adapun 5 tahapan pada metode waterfall, yaitu analisa, desain, pengkodean, pengujian, dan tahap pendukung (support) (Sukamto & Shalahuddin, 2013).

Penulis mengambil langkah – langkah pengembangan software diantaranya sebagai berikut :

A. Analisa Kebutuhan Software

Pada tahap ini, penulis menentukan apa saja yang di butuhkan oleh sistem agar permasalahan di atas dapat di selesaikan dengan baik dan data yang di hasilkan sesuai dengan yang di harapkan oleh pengguna.

B. Design

Dari hasil analisa kebutuhan tersebut, kemudian di terjemahkan ke dalam sistem melalui Entity Relationship Diagram dan Unified Modeling Language untuk design pengembangan perangkat lunaknya.

(7)

C. Code Generation

Bahasa yang di gunakan untuk pembuatan sistem pakar berbasis web ini adalah MYSQL untuk basis data serta HTML5, PHP, Css dan Java Script untuk bahasa pemrogramannya.

D. Testing

Untuk menguji sistem pakar yang telah dibangun, pengujian white box digunakan untuk menguji logika dan prosedur yang diterapkan atau pengujian menyeluruh terhadap sistem yang memegang perhitungan mekanisme internal sistem tersebut beserta komponennya. Apakah hasil dari tiap tiap fungsi yang telah di buat sesuai dengan yang di harapkan atau tidak.

E. Support

Ketika terjadi error/bug saat sistem telah diberikan pada pengguna, support dilakukan untuk pengembangan lebih lanjut agar dapat mengurangi atau menghilangkan error/bug yang ada.

1.6. Ruang Lingkup

Agar pembahasan ini tidak melebar dan keluar dari permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka penulis membatasi hal-hal sebagai berikut :

1. Informasi maupun data pada sistem pakar ini hanya mencakup diagnosis penyakit maag, serta pengguna pada aplikasi ini yaitu pegawai Rekam Medis, dokter ahli dan masyarakat.

2. Sistem pakar yang dibuat adalah berbasis kasus dengan menggunakan metode case based reasoning, dan bahasa pemrograman yang digunakan meliputi PHP, CSS, HTML & Java Script, serta basis datanya menggunakan MySQL.

(8)

3. Sistem pakar yang dibuat hanya sebatas untuk menekan biaya konsultasi kepada dokter, tapi bukan sebagai pengganti dokter dan hanya membatasi 8 jenis penyakit turunan dari penyakit dyspepsia &

gastritis.

Referensi

Dokumen terkait

Halaman home adalah tampilan pertama yang terlihat saat membuka website Aplikasi Sistem Pakar Diagnosa Paru-Paru UPTD Puskesmas Donomulyo, dibawah ini merupakan gambar