• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1. Latar Belakang

Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, bisnis di Indonesia pun terus mengalami kemajuan seiring terjadinya perkembangan teknologi. Salah satu yang bisa dilakukan perusahaan adalah menjaga kualitas kerja dalam internal perusahaan terutama dalam hal upaya peningkatan kinerja keuangan perusahaan.

Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh perusahaan selalu memerlukan dana, baik untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari maupun untuk membiayai investasi jangka panjang. Dana yang digunakan untuk melangsungkan kegiatan operasional sehari-hari disebut modal kerja. Modal kerja dibutuhkan setiap perusahaaan untuk membiayai kegiatan operasionalnya sehari-hari, dimana modal kerja yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk ke perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan. Modal kerja yang berasal dari penjualan tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai kegiatan operasional selanjutnya. Modal kerja ini akan terus berputar setiap periodenya di perusahaan.

Kinerja perusahaan dapat terlihat dalam laporan keuangan pada setiap periode. Laporan keungan menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dan dapat dijadikan sebagai evaluasi terhadap kinerja manajemen yang dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai target perusahaan mendatang. Laba merupakan salah satu komponen terpenting dalam menjalankan roda perusahaan, karena laba adalah tambahan pendapatan berupa harta, benda dan uang yang dapat digunakan untuk melakukan aktivitas atau kegiatan operasional dalam

(2)

menjalankan sebuah perusahaan. Menurut Subramanyam (2012:109) laba (income disebut juga earning atau profit) merupakan ringkasan hasil bersih aktivitas operasi usaha dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam istilah keuangan.

Perusahaan dapat mengalami kenaikan atau penurunan laba dari tahun sebelumnya ke tahun selanjutnya hal itu dinamakan perubahan laba. Laba pada umumnya dipakai sebagai ukuran dari prestasi yang dicapai dalam suatu perusahaan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan investasi, dan prediksi untuk meramalkan perubahan laba yang akan datang yang akan berpengaruh terhadap keputusan investasi para investor dan calon investor yang akan menanamkan modalnya ke dalam perusahaan. Laba bisa menjelaskan kinerja perusahaan selama satu periode di masa lalu. Informasi ini tidak saja ingin diketahui oleh manajer tetapi juga investor dan pihak-pihak lain yang berkepentingan seperti pemerintah dan kreditur. Perubahan laba tidak dapat dipastikan, maka perlu adanya suatu prediksi perubahan laba. Perubahan laba tentunya akan berpengaruh terhadap keputusan investasi para investor dan calon investor yang akan menanamkan modalnya ke dalam perusahaan, maupun para kreditur yang akan memberikan pinjaman ke dalam perusahaan (Widhi, 2011:2).

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi yang penting di dalam perekonomian nasional, yang bersama- sama dengan pelaku ekonomi lain yaitu swasta (besar-kecil, domestik-asing) dan koperasi, merupakan pengejawantahan dari bentuk bangun demokrasi ekonomi yang akan terus kita kembangkan secara bertahap dan berkelanjutan. Peranan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur terutama dalam bidang transportasi

(3)

sangatlah penting, dimana pemerintah diharapkan dapat memberikan pembaharuan terhadap infrastruktur transportasi masal yang ada di Indonesia.

Pemerintah mencatat sepanjang tahun tahun 2015 dari 119 Badan Usaha Milik Negara membukukan laba bersih sebesar Rp 149 Triliun, sedikit menurun jika dibandingkan tahun 2014 yang tercapai sebesar Rp 159 Triliun. Jumlah BUMN pada akhir tahun 2015 yang semula 119 Perusahaan berkurang menjadi 118 Perusahaan. Untuk Tahun 2016, total Laba Bersih ditargetkan sebesar Rp 172 Triliun (http://www.bumn.go.id, 11 Juni 2017). Sedangkan tahun 2016 dari 118 Badan Usaha Milik Negara membukukan pertumbuhan laba sekitar 10,1%.

Sekretaris Menteri BUMN Imam A Putro menuturkan, laba BUMN tahun 2016 menjadi Rp. 164 triliun dari tahun sebelumnya yang hanya Rp. 149 triliun.

Adapun daftar kinerja keuangan perusahaan BUMN per-sub sektor transportasi dan pergudangan pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:

Tabel I.1

Indikator Kinerja Keuangan Perusahaan BUMN Per Sub-Sektor Transportasi dan Pergudangan (Tahun 2014)

No Sub-Sektor Pendapatan Laba

(Rugi) Aset Ekuitas ROA ROE

1 Pelabuhan

17.182

3.887 38.098 21.054 10% 18%

2 Pengoperasian Bandar Udara

9.455

2.027 31.139 23.597 7% 9%

3 Kereta Api

10.478

943 16.895 6.925 6% 14%

4 Angkutan Darat

1.167

55 1.249 420 4% 13%

5 Angkutan Udara

46.677

(4.414) 38.559 11.399 -11% -39%

6 Pengelolaan Kawasan

912

339 2.315 1.621 53% 20%

7 Angkutan Laut

5.142

553

9.479

7.361 6% 8%

8 Logistik

5.428

215

5.638

1.407 4% 15%

9 Pengoperasian Jalan Tol

9.175

1.215

31.858

11.425 4% 11%

Sektor Transportasi dan

Pergudangan 105.688 4.815 175.315 85.255 3% 6%

Sumber: Laporan Keuangan BUMN Sektor Transportasi dan Pergudangan tahun 2014

(4)

Berdasarkan tabel I.1, laba perusahaan BUMN sektor transportasi dan pergudangan terbilang cukup memenuhi target dari yang sudah direncanakan pada tahun sebelumnya. BUMN di Sektor Transportasi dan Pergudangan memberikan total pendapatan sebesar Rp. 105,56 triliun pada tahun buku 2014, dengan sub- sektor angkutan udara memberikan kontribusi terbesar, yaitu sebesar 44% pada tahun 2014 dan tingkat pertumbuhan rata-rata perusahaan di sub-sektor tersebut selama 2010-2014 sebesar 19% per tahun (CAGR). Disamping itu, Pengelolaan Kawasan dan Pergudangan memberikan kontribusi terkecil, yaitu sebesar 0.86%

dan tingkat pertumbuhan rata-rata perusahaan di sub-sektor tersebut selama 2010- 2014 sebesar 25%.

Laba yang dihasilkan oleh BUMN di Sektor Transportasi dan Pergudangan mencapai Rp. 4,81 triliun pada tahun buku 2014, dengan sub-sektor kepelabuhanan memberikan kontribusi terbesar pada tahun buku 2014 dengan memberikan laba sebesar Rp. 2,02 triliun dan tingkat pertumbuhan rata-rata perusahaan di sub-sektor tersebut selama 2010-2014 sebesar 13% per tahun (CAGR). Disamping itu, Sub-sektor angkutan udara memberikan kerugian sebesar Rp. 4,41 triliun pada tahun buku 2014. Pertumbuhan laba tertinggi selama 2010- 2014 terjadi pada sub-sektor angkutan laut yang bertumbuh sebesar 151% per tahun (CAGR).

Total Aset yang dimiliki BUMN di Sektor Transportasi dan Pergudangan adalah sebesar Rp. 175,31 trilun pada tahun 2014, dengan sub-sektor angkutan udara memberikan kontribusi terbesar, yaitu sebesar 22%, sedangkan sub-sektor pengelolaan kawasan memberikan kontribusi terendah, yaitu sebesar 0.90%.

Sedangkan Ekuitas BUMN di Sektor Transportasi dan Pergudangan adalah

(5)

sebesar Rp. 82,75 trilun pada tahun 2014, dengan Sub-sektor pengoperasian bandar udara memberikan kontribusi terbesar, yaitu sebesar 28%, sedangkan sektor angkutan umum memberikan kontribusi terendah, yaitu sebesar 0.64%

(bumn, 2015).

Berdasarkan fenomena tersebut, untuk dapat menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan seberapa baik pemanfaatan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya, maka diperlukannya analisis laporan keuangan. Salah satu alternatif untuk mengetahui informasi keuangan yang dihasilkan bermanfaat untuk memprediksi perubahan laba, termasuk kondisi keuangan di masa depan adalah menganalisis rasio keuangan (Widhi, 2011:3).

Analisis rasio keuangan dapat membantu memprediksi perubahan laba di masa depan. Menurut Sjahrial (2012:36) rasio keuangan yang biasa digunakan terdiri dari 6 kategori yaitu rasio likuiditas, aktivitas, liabilitas, profitabilitas, pertumbuhan, dan rasio penilaian. Rasio yang biasa diprediksi dapat mempengaruhi perubahan laba ada beberapa seperti working capital turnover (WCTO), total assets turnover (TATO), operating profit margin (OPM), Salah satu komponen untuk menilai keuangan perusanaan adalah rasio aktivitas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan laba suatu perusahaan yang akan dikaji oleh penulis adalah mencangkup working capital turnover (WCTO), total assets turnover (TATO), operating profit margin (OPM). Menurut Kasmir (2014:182), “Perputaran modal kerja atau working capital turnover merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu”. Menurut Munawir (2014:80), “Perputaran modal kerja atau working capital turnover adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara

(6)

modal kerja dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja”.

Total Assets Turnover (Perputaran Total Aktiva) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva (Kasmir, 2014:185). Alasan pemilihan rasio ini karena keefektifan perusahaan dalam menghasilkan penjualan dengan menggunakan aktivanya akan ditunjukkan melalui perhitungan TATO. Besarnya nilai TATO akan menunjukkan aktiva yang lebih cepat berputar dalam menghasilkan penjualan untuk memperoleh laba.

Volume penjualan dapat diperbesar dengan jumlah aset yang sama jika total asset turnover nya diperbesar atau ditingkatkan (Syamsuddin, 2011:62).

Selain rasio aktivitas penulis menggunakan salah satu rasio profitabilitas yaitu Operating Profit Margin (OPM). Operating Profit Margin (OPM) digunakan mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi pada tingkat penjualan tertentu. Nilai rasio yang tinggi akan mempunyai pengaruh yang baik terhadap efisiensi perusahaan. Operating ratio yang tinggi menunjukkan laba usaha yang dihasilkan tinggi sehingga mampu menutupi biaya-biaya usaha. Laba operasi dapat dilihat pada laporan laba rugi komprehensif perusahaan. Laba operasi tersebut diperoleh dari laba kotor ditambah pendapatan lain-lain lalu dikurangi beban-beban operasi seperti beban umum & administrasi, beban pemasaran, beban penjualan, dan beban lain-lain (Harningsih 2012:5). Operating margin digunakan untuk mengukur efisiensi operasi perusahaan yang dihitung dari operasi profit atau laba operasi dibagi dengan penjualan. Ukuran rasio profitabilitas yang berkaitan dengan investasi dapat dilihat dari beberapa sudut

(7)

pandang, yaitu dari pemilik modal dan dari manajemen yang mengelola sumber daya yang ada.

Salah satu manfaat laba adalah untuk memprediksi perubahan laba perusahaan tahun yang akan datang. Perubahan laba merupakan kenaikan laba atau penurunan laba per tahun. Penilaian tingkat keuntungan investasi oleh investor didasarkan oleh kinerja keuangan perusahaan, dapat dilihat dari tingkat perubahan laba dari tahun ke tahun. Para investor dalam menilai perusahaan tidak hanya melihat laba dalam satu periode melainkan terus memantau perubahan laba dari tahun ke tahun (Lusiana, 2008 dalam Oktanto dan Nuryanto, 2014:64).

Perubahan laba merupakan kenaikan laba atau penurun laba pada periode tertentu (Purnawati, 2005:24 dalam Wulansari, 2013:3). Perubahan laba adalah kenaikan atau penurunan atas laba yang dihasilkan perusahaan yang terjadi dalam suatu periode dengan periode lainnya (Putri, 2010 dalam Asmar 2013:3). Perubahan relatif atas laba diperoleh berdasarkan selisih antara laba pada suatu periode tertentu dengan periode sebelumnya lalu dibagi dengan laba pada periode sebelumnya (Harahap, 2013:310). Laba yang dimaksud tersebut adalah laba bersih yang merupakan laba setelah dikurangi beban bunga dan pajak.

Seperti halnya PT Kereta Api Indonesia (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia yang menyelenggarakan jasa angkutan kereta api. Perkembangan persaingan dunia usaha jasa semakin persat, termasuk pada bidang transportasi masal. Semua perusahaan transportasi baik darat, laut dan udara bersaing secara ketat untuk mendapatan konsumen atau pemakai jasa transportasi. Kondisi tersebut menuntut perusahaan transportasi untuk meningkatkan kemampuan menghasilkan laba melalui peningkatan

(8)

pendapatannya agar eksistensi dan kontinuitas perusahaan dapat tetap terpelihara.

Dengan kondisi tersebut, diharapkan PT Kereta Api Indonesia dapat tetap bertahan dan berkembang sehingga menjadi asset nasional yang berperan dalam pembangunan nasional.

Seperti yang dirangkum bisnis.liputan6.com pada 6 Januari 2016 Jakarta-- P ereta pi ndonesia (Persero) sepanjan 2015 er asil men atatkan pendapatan se esar p 13,5 triliun. umla ini le i renda jika di andin kan den an tar et an di anan kan awal ta un 2015 se esar p 15,7 triliun. irektur tama di ukmoro mengun kapkan dirin a sen aja mentar etkan an ka an tin i den an arapan pen apaiann a tidak jau dari tar et. a un 2014 kita pen apaian pendapatan p 10,6 triliun, kita langsung 2015 lompat di Rp 15,7 triliun, pencapaian kita ga jauh dari itu Rp 13,5 trilun, itu sudah luar biasa," kata Edi di Gedung Jakarta Railway Center (JRC), (Ilyas Istianur Praditya:2016).

Pertumbuhan laba PT. KAI semakin meningkat dari tahun ke tahun dimana kondisi tersebut tidak lepas dari pembelian aktiva yang sangat signifikan pada tahun

Prospek Industri Kereta Api kedepanya menjanjikan. Hal itu dapat dilihat dari data jumlah produksi angkutan Kereta Api pada tahun 2010-2014, yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. Jumlah penumpang berangkat pada tahun 2014 adalah sebesar 3.738 juta orang dengan pertumbuhan sebesar 17% per tahun dari tahun 2010. Jumlah Kilometer penumpang pada tahun 2014 di Pulau Jawa sebesar 19.601 Km dan Pulau Sumatera sebesar 795 km. Rata – rata jarak perjalanan per penumpang Pulau Jawa pada tahun 2014 sebesar 72 Km dan Pulau Sumatera sebesar 101 Km. Berdasarkan data di atas, permintaan jasa kereta api

(9)

dapat diprediksi akan meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan jumlah penumpang. Volume penumpang kereta api meningkat sebesar 17% per tahun dari tahun 2010-2015. Namun, pada periode tahun 2010-2011, volume angkutan penumpang mengalami penurunan dan meningkat kembali pada periode 2011-2014. Selanjutnya, bedasarkan data diatas, wilayah Jawa memiliki potensi permintaan yang sangat besar dan apabila digarap dengan baik akan menghasilkan pendapatan yang signifikan bagi KAI sebagai penyedia jasa angkutan kereta api.

Sedangkan untuk jumlah Produksi Angkutan Kereta Api Barang pada tahun 2010-2014, dengan banyaknya ton yang dimuat di Pulau Jawa adalah sebesar 11.241 ribu ton dengan pertumbuhan sebesar 30% dari tahun 2010.

Jumlah Kilometer ton pada tahun 2014 di pulau Jawa adalah sebesar 3.573 juta kilometer ton dan di Pulau Sumatera sebesar 6.311 juta kilometer ton. Rata-rata jarak angkutan tiap ton di Pulau Jawa pada tahun 2014 sebesar 318 Km dan Pulau Sumatera sebesar 284 Km. Pertumbuhan Angkutan Kereta Api Barang lebih tinggi daripada Kereta Api Penumpang dikarenakan pada segmen angkutan barang, pengguna jasa membutuhkan kepastian kedatangan dan volume angkut (karena terikat kontrak pengiriman), keamanan, kemudahan bongkar/muat, serta kemudahan klaim jika terjadi masalah dalam pengiriman. Dalam hal ini, kereta api memiliki keunggulan dibandingkan moda transportasi darat lainnya yang menggunakan jalan raya (bumn, 2015).

Seperti yang dirangkum finance detikcom pada tanggal 10 Desember 2013, Jakarta-- Tahun 2008 PT Kereta Api Indonesia mengalami kerugian Rp. 80 miliar. Namun pada tahun 2013 PT KAI berhasil meraup untung Rp. 400 miliar

(10)

sejalan dengan perubahan strategi dan budaya SDM. Direktur Logistik dan Aset Produksi PT KAI Joko Margono mengatakan beban keuangan PT KAI semakin tahun makin berat, terutama seperti pembayaran uang pensiunan pegawai yang per tahunnya bisa mencapai Rp 450 miliar. Beliau mengatakan PT KAI tidak ingin terus membebani negara dan terus menggantungkan diri pada investasi dari pemerintah. Meskipun semakin hari kebutuhan terus bertambah, peralatan, lokomotif dan lainnya makin tua usiannya. Maka langka yang lakukan adalah mengtransformasi PT KAI dengan mengubah Corporate Culture, yaitu dengan mengirimkan pegawai ke China tiap tiga bulan, bejalar di sana agar ada transfer pengetahuan dan informasi mengenai kondisi perkereta apian di sana. PT KAI juga melakukan investasi besar-besaran seperti membeli 1.200 gerbong untuk angkutan kontainer, investasi di Kuala Namu, investasi double track, investasi memperbesar kapasitas penumpang di Jabodetabek dari 400.000 penumpang per hari ditingkatkan menjadi 1,5 juta penumpang per hari. Dengan berbagai upaya tersebut, pada 2008 PT KAI rugi Rp 80 miliar tapi pada 2013 ini keuntungan kami sudah mencapai Rp 400 miliar” (Hendra:2013).

Penulis menggunakan rasio aktivitas khususnya (Activity Ratio). Kasmir (2014:172) menjelaskan aktivitas keuangan perusahaan tercermin dari laporan keuangannya dengan mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam men unakan aktiva dan sum er da a perusa aan an dimilikin a”. asio aktivitas digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola aset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Dari hasil pengukuran ini, akan

(11)

diketahui berbagai hal yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan sehingga manajemen dapat mengukur kinerja mereka selama ini. Hasil yang diperoleh misalnya dapat diketahui seberapa kali perputaran modal kerja, perputaran aktiva tetap dan perputaran aktiva dalam periode tertentu. Kemudian hasil ini dibandingkan dengan hasil pengukuran beberapa periode sebelumnya. Dengan demikian. Dari hasil ini pengukuran ini jelas bahwa kondiri perusahaan periode ini mampu atau tidak untuk mencapai target yang telah ditentukan. Apabila tidak mampu untuk mencapai target, pihak manajemen harus mampu mencari sebab- sebab tidak tercapainya target yang telah ditentukan tersebut. Kemudian, dicarikan upaya perbaikan yang dibutuhkan. Namun, apabila mampu mencapai target yang telah ditentukan, hendaknya dapat dipertahankan atau ditingkatkan untuk perode berikutnya.

Berikut merupakan ringkasan dari tingkat working capital turnover (WCTO), total assets turnover (TATO) dan operating profit margin (OPM) yang di hasilkan PT Kereta Api Indonesia selama tahun 2008 sampai dengan 2015

Tabel I.2

Working Capital Turnover (WCTO), Total Assets Turnover (TATO), Operating Profit Margin (OPM) dan Laba pada PT Kereta Api Indonesia

Perode 2008 – 2015 Tahun WCTO

(x)

TATO (x)

OPM (%)

Laba

(dalam ribuan rupiah) 2008 1,2010 0,7612 -0,0188 (82.632.817)

2009 1,3060 0,8726 0,0322 155.724.200

2010 1,3345 0,9298 0,0417 216.404.613

2011 1,5341 1,0047 0,0330 201.244.481

2012 1,5027 0,7774 0,0610 425.104.843

2013 1,5029 0,5637 0,0652 560.716.837

2014 1,6061 0,6202 0,0822 860.878.658

2015 1,7411 0,6225 0,1002 1.396.988.150

Sumber: Annual Report PT KAI Perode 2008-2015

(12)

Berdasarkan ringkasan laporan keuangan PT Kereta Api Indonesia periode 2007 sampai dengan 2015, dapat kita pelajari bahwa perusahaan mengalami kerugian pada tahun 2008 dan dapat kembali meraih keuntungan di tahun berikutnya. Bahkan pada tahun 2012 perubahan laba PT Kereta Api Indonesia lebih dari 100%. Hal ini disebabkan karena investasi pembelian aset dan pengoperasianaset yang sangat maximal. Bahkan aktiva pada tahun 2013 meningkat 70% dari tahun sebelumnya. Keputusan ini berdampak sangat besar bagi pembaharuan dan pemanfaatan aset yang dimiliki perusahaan, sehingga target laba yang sudah direncanakan tahun sebelumnya dapat dimaximalkan pada tahun berjalan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, menjadi pemikiran bagi penulis untuk melakukan penelitian den an judul “Pengaruh Working Capital Turnover (WCTO), Total Assets Turnover (TATO) dan Operating Profit Margin (OPM) Terhadap Perubahan Laba (Studi Kasus Pada PT Kereta Api Indonesia Periode 2008-2015).

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Adapun isi dari indentifikasi dan rumusan masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1.2.1. Identifikasi Masalah

1. Working Capital Turnover cenderung naik dari tahun 2008-2011 kemudian sedikit mengalami penurunan di tahun 2012 dan 2013 dan dapat kembali naik pada tahun 2014 sampai 2015 yang dikarenakan pendapatan terus meningkat dari tahun 2008-2015.

(13)

2. Nilai Total Assets Turnover (TATO) cenderung naik pada tahun 2008 sampai 2011 kemudian mengalami penurunan dari tahun 2012 sampai 2015, dikarenakan pendapatan meningkat tidak terlalu signifikan akan tetapi pembelian aktiva meningkat signifikan pada tahun 2012 dan 2013 sehingga mengakibatkan banyaknya aktiva lama yang pengoprasiannya kurang produktif.

3. Nilai Operating Profit Margin (OPM) cenderung meningkat dari tahun 2008 sampai 2015 dikarenakan pendapatan jasa cenderung meningkat sehingga dapat meningkatkan laba operasional, kasus tersebut disebabkan adanya perbaikan dan penambahan asset yang berakibat adanya ketertarikan dan kepercayaan customer dalam menggunakan jasa kereta api.

4. Perubahan Laba PT Kereta Api Indonesia sedikit fluktuatif yaitu mengalami kerugian pada tahun 2008 kemudian dapat kembali manghasilkan laba di tahun 2008 sampai dengan 2010 dikarenakan adanya perbaikan serta penambahan unit dan sarana, pada tahun 2010 sempat mengalami penurunan laba 0,7% dikarenakan meningkatnya beban pokok pendapatan dan dapat kembali meningkat sebesar 111% pada tahun 2011 dikarenakan adanya pembelian investasi aktiva yang cukup besar.

1.2.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat working capital turnover yang diperoleh pada PT Kereta Api Indonesia tahun 2008-2015?

2. Bagaimana tingkat total assets turnover yang diperoleh pada PT Kereta Api Indonesia tahun 2008-2015?

(14)

3. Bagaimana tingkat operating profit margin yang diperoleh pada PT Kereta Api Indonesia tahun 2008-2015?

4. Bagaimana tingkat perubahan laba yang diperoleh pada PT Kereta Api Indonesia tahun 2008-2015?

5. Seberapa besar pengaruh working capital turnover secara parsial terhadap perubahan laba pada PT Kereta Api Indonesia tahun 2008-2015?

6. Seberapa besar pengaruh total assets turnover secara parsial terhadap perubahan laba pada PT Kereta Api Indonesia tahun 2008-2015?

7. Seberapa besar pengaruh operating profit margin secara parsial terhadap perubahan laba pada PT Kereta Api Indonesia tahun 2008-2015?

8. Seberapa besar pengaruh working capital turnover, total assets turnover dan operating profit margin secara simultan terhadap perubahan laba pada PT Kereta Api Indonesia tahun 2008-2015?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penetilian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi, yang merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas BSI Bandung dan untuk membantu menganalisis rasio-rasio keuangan pada PT Kereta Api Indonesia guna memberikan gambaran untuk menentukan keputusan atau kebijakan guna dapat memaximalkan seluruh sumber daya perusahaan dengan lebih efektif dan efisien di masa yang akan datang.

(15)

1.3.2. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahi tingkat working capital turnover yang diperoleh pada PT Kereta Api Indonesia tahun 2008-2015.

2. Untuk mengetahi tingkat total assets turnover yang diperoleh pada PT Kereta Api Indonesia tahun 2008-2015.

3. Untuk mengetahi tingkat operating profit margin yang diperoleh pada PT Kereta Api Indonesia tahun 2008-2015.

4. Untuk mengetahi tingkat perubahan laba yang diperoleh pada PT Kereta Api Indonesia tahun 2008-2015.

5. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh working capital turnover secara parsial terhadap perubahan laba pada PT Kereta Api Indonesia tahun 2008-2015.

6. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh total assets turnover secara parsial terhadap perubahan laba pada PT Kereta Api Indonesia tahun 2008-2015.

7. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh operating profit margin secara parsial terhadap perubahan laba pada PT Kereta Api Indonesia tahun 2008-2015.

8. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh working capital turnover, total assets turnover dan operating profit margin secara simultan terhadap perubahan laba pada PT Kereta Api Indonesia tahun 2008-2015.

(16)

1.4. Manfaat Penetilian

Hasil dari penelitain dan analisis ini diharapkan dapat bermanfaaat bagi beeberapa pihak, diantaranya:

1.4.1. Manfaat Akademik

1. Bagi peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan serta pmahaman dengan mempraktikan ilmu yang telah diperoleh secara teori di lapangan kerja.

2. Bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang Working Capital Turnover, Total Assets Turnover dan Operating Profit Margin terhadap Perubahaan Laba

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Bagi pihak perusahaan yang terkait dengan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi manajemen tentang pentingnya pengelolaan rasio keuangan pada PT Kereta Api Indonesia, sehingga dapat memberikan informasi secara cepat, tepat waktu dan efektif agar dapat membantu proses pengambilan keputusan di masa yang akan datang.

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas Xi

Penyusunan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir yang merupakan syarat untuk meraih gelar sarjana dalam Ekonomi Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara