• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perusahaan pada dasarnya membutuhkan dana untuk dapat menjalankan kegiatan operasionalnya dalam hal ini pendanaan merupakan salah satu aspek penting bagi perusahaan (Astuti, 2012). Menurut Utami (2014) menyatakan bahwa kebijakan pendanaan sebagai salah satu kebijakan yang sangat penting bagi perusahaan, karena berkaitan langsung dengan perolehan sumber dana yang akan digunakan dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Ada dua sumber pendanaan bagi perusahaan yaitu dana internal dan dana eksternal (Rajagukguk et.

al, 2017). Dana internal perusahaan salah satunya bersumber dari laba ditahan sedangkan untuk dana eksternal perusahaan bersumber dari hutang (Oktariyani &

Hasanah, 2019). Menurut Purnianti & Putra (2016) berdasarkan pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai pendanaan internal untuk sumber pembiayaan, mereka hanya akan menggunakan pembiayaan eksternal jika dana internal tidak mencukupi. Pada kenyataannya perusahaan dalam mengembangkan usahanya membutuhkan dana eksternal sebab dana internal yang ada pada perusahaan tidak mencukupi (Mulyati, 2014).

Sumber pendanaan dengan menggunakan utang memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat memberikan keuntungan selain itu juga dapat memberikan kerugian bagi perusahaan (Purnianti & Putra, 2016). Dalam hal ini kelebihan yang dimaksud utang dapat digunakan sebagai penghematan pajak serta dapat meningkatkan nilai perusahaan (Astuti, 2012). Disisi lain utang juga memiliki

(2)

kelemahan yaitu semakin tinggi utang maka semakin besar pula risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan. Pendanaan perusahaan dengan menggunakan utang yang terlalu tinggi akan meningkatkan risiko keuangan perusahaan dan pada akhirnya dapat mengakibatkan perusahaan mengalami krisis keuangan ( Rajagukguk et. al, 2017).

Salah satu fenomena yang terjadi yaitu meningkatnya perkara kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) sepanjang tahun 2018 meningkat signifikan dari tahun sebelumnya. Dari penelusuran yang dilakukan pada lima pengadilan niaga di indonesia ada 411 perkara, dengan 297 perkara PKPU, dan 194 perkara pailit pada 2018. Sementara pada 2017 tercatat ada 353 perkara dimana 238 merupakan perkara PKPU, dan 115 perkara pailit. Ditelisik lebih dalam, perusahaan manufaktur jadi sektor industri yang paling banyak dibawa terjerat. Ada 69 permohonan PKPU, dan 17 permohonan pailit.

Perusahaan tekstil, garmen, baja, hingga plastik adalah beberapa sektor yang sering dimohonkan. Sektor properti juga cukup banyak dimohonkan PKPU maupun pailit. Ada 69 permohonan PKPU dan 22 permohonan pailit. Namun, jangkauan sektor ini lebih luas, mengidentifikasi pengembang, kontraktor sipil, kontraktor listrik, hingga pengelola wisata maupun hotel dalam kategori ini.

Sementara sektor paling minim yang diajukan dalam industri teknologi informasi yang jangkauannya mulai dari perusahaan peranti lunak, penyedia alat dan jasa perangkat teknologi, hingga penyedia internet. Untuk sektor ini, ada 6 permohonan PKPU, dan 3 permohonan pailit (Winarto, 2018).

Berdasarkan kasus diatas dapat terlihat bahwa terjadinya peningkatan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) yang dilakukan oleh beberapa

(3)

perusahaan disebabkan oleh tingginya tingkat hutang yang dimiliki perusahaan.

Perusahaan tersebut dalam mendanai kegiatan usahaanya menggunakan hutang tanpa melihat kesanggupan perusahaan dalam membayar kewajiban tersebut.

Sehingga perusahaan mengalami kesulitan dalam membayar kewajibannya. Hal tersebut mengakibatkan beberapa perusahaan mengalami kebangkrutan.

Untuk itu kebijakan hutang sangat penting bagi perusahaan dalam mempertimbangkan keputusan pendanaan secara tepat (Husna & Wahyudi, 2016).

Kebijakan hutang perusahaan merupakan tindakan yang dilakukan manajemen perusahaan dalam memenuhi kegiatan operasional perusahaan dengan pendanaan yang berasal dari hutang (Ramadhani & Barus, 2018). Tujuan dari adanya kebijakan hutang yaitu agar perusahaan dapat mengelola dananya secara efektif (Mardiyati et. al, 2018). Kebijakan hutang akan mendorong pihak manajer untuk lebih berhati-hati dalam mengoptimalkan penggunaan dana dengan hutang karena perusahaan memiliki kewajiban untuk melakukan pembayaran atas bunga dan pinjaman pokoknya secara periodik (Oktariyani & Hasanah, 2019).

Perusahaan dinilai beresiko apabila memiliki porsi hutang yang terlalu besar, namun sebaliknya apabila perusahaan menggunakan hutang yang kecil atau tidak sama sekali perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal perusahaan yang dapat meningkatkan operasional perusahaan (Narita, 2012). Untuk itu penggunaan utang harus dapat dikendalikan, agar tidak melebihi batas wajar penggunaan utang bagi perusahaan (Purnianti & Putra, 2016).

Kebijakan utang juga sebagai penentuan berapa besar utang yang akan digunakan perusahaan dalam mendanai asetnya yang ditunjukkan oleh rasio antara total utang dengan total aset (Dewi, 2015). Menurut Mardiyati et. al (2018). Rasio ini

(4)

menunjukkan seberapa besar aset yang dimiliki perusahaan yang dibiayai oleh utang. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin tidak menguntungkan, karena akan semakin besar risiko kesulitan keuangan yang mungkin dapat terjadi di dalam perusahaan (Bernardin & Tifani, 2019).

Salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan yaitu struktur aset. Struktur aset menggambarkan besarnya alokasi dana dari masing- masing kompenen aset, baik aset lancar maupun aset tetap (Mulyati, 2014). Aset tetap sering kali dijadikan sebagai jaminan yang dapat meyakinkan pihak eksternal dalam memberikan pinjaman, sehingga jika perusahaan memiliki aset tetap yang besar maka akan lebih mudah dalam memperoleh pinjaman (Rajagukguk et. al, 2017). Besarnya aset tetap yang dimiliki perusahaan maka akan menentukan seberapa besarnya penggunaan hutang perusahaan tersebut.

Semakin banyak aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan mengindikasikan bahwa perusahaan dapat memenuhi kewajibannya termasuk hutang (Surya &

Rahayuningsih, 2012). Menurut (Novianti, 2016) semakin tinggi struktur aktiva yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin tinggi perusahaan dalam menggunakan utang, begitu pula sebaliknya semakin rendah struktur aktiva yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin rendah pula utang yang digunakan perusahaan.

Selain itu pertumbuhan penjualan juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan hutang. Pertumbuhan penjualan menggambarkan tingkat pertumbuhan penjualan yang dapat dilihat dari bertambahnya kuantitas penjualan serta peningkatan harga dalam penjualan yang dilakukan perusahaan (Utami, 2014). Perusahaan dengan tingkat penjualan yang relatif stabil dapat lebih

(5)

mudah serta memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil (Mulyanti & Priastari, 2016). Menurut Rajagukguk et. al, (2017) Semakin tinggi pertumbuhan penjualan maka semakin tinggi pinjaman yang didapatkan, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat penjualan yang tinggi dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Dengan demikian semakin tinggi pertumbuhan penjualan maka semakin tinggi kebijakan hutang (Ramadhani & Barus, 2018).

BUMN mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional (Emay, Fajar, & Suparwo, 2019). Dalam hal ini PT Pindad Enjiniring Indonesia merupakan salah satu anak perusahaan BUMN yaitu PT Pindad (persero) yang mengelola bisnis di bidang usaha permesinan &

manufaktur meliputi pekerjaan logam, kayu, plastik industri dan pekerjaan khusus. Selain itu juga mengelola bisnis perniagaan meliputi pengadaan barang dan jasa guna memenuhi berbagai macam kebutuhan akan suku cadang mesin, ATK, bahan baku produksi, barang-barang umum termasuk percetakan serta jasa transportasi. Bidang usaha pelayanan kesehatan meliputi pelayanan kesehatan secara menyeluruh baik untuk karyawan PT Pindad maupun masyarakat umum.

PT Pindad Enjiniring Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahaanya selain menggunakan dana internal perusahaan juga menggunakan dana eksternal yaitu penggunaan dana yang berasal dari hutang.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dapat terlihat pada gambar 1.1 rata-rata kebijakan hutang yang diproksikan debt to asset (DAR) mengalami peningkatan pada PT Pindad Enjiniring Indonesia pada periode 2016-2018 sebagai berikut:

(6)

Sumber: Laporan Keuangan PT Pindad Enjiniring Indonesia data diolah

Gambar 1.1

Rasio Pertumbuhan Kebijakan Hutang yang di proksikan oleh debt to asset (DAR) Pada PT Pindad Enjiniring Indonesia Periode 2016-2018

Berdasarkan gambar 1.1 diatas, menunjukkan bahwa debt to asset ratio (DAR) pada PT Pindad Enjiniring Indonesia periode 2016-2018 mengalami kenaikkan dan cenderung tinggi. Pada tahun 2016 debt to asset ratio (DAR) terendah terjadi pada triwulan II sebesar 40,7% sedangkan tertinggi terjadi pada triwulan IV sebesar 89,8%. Pada tahun 2017 debt to asset ratio (DAR) terendah terjadi pada triwulan I sebesar 91,2% sedangkan tertinggi terjadi pada triwulan IV sebesar 100,7%. Pada tahun 2018 debt to aset ratio (DAR) terendah terjadi pada triwulan I sebesar 100,2% sedangkan tertinggi terjadi pada triwulan III sebesar 101,6%. Rata-rata debt to asset ratio (DAR) pada PT Pindad Enjiniring Indonesia sebesar 86,9%, sedangkan standar rata-rata industri untuk debt to asset ratio (DAR) sebesar 35% (Kasmir, 2014). Hal tersebut menunjukkan bahwa aktiva

(7)

yang ada di dalam perusahaan cenderung lebih besar dibiayai oleh hutang. sebab total hutang hampir mendekati total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Kondisi ini dinilai kurang baik bagi perusahaan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Kebijakan Hutang Ditinjau Dari Struktur Aktiva Dan Pertumbuhan Penjualan Pada PT Pindad Enjiniring Indonesia”.

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan, maka penulis mengidentifikasi masalah yang dapat di identifikasi sebagai berikut:

1. Kebijakan hutang yang diproksikan debt to asset pada PT Pindad Enjiniring Indonesia mengalami peningkatan yang cenderung tinggi.

2. Struktur aset mengalami fluktuaktif dan cenderung menurun pada PT Pindad Enjiniring Indonesia.

3. Pertumbuhan penjualan tidak stabil dan cenderung menurun pada PT Pindad Enjiniring Indonesia.

1.2.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur aset pada PT Pindad Enjiniring Indonesia periode 2016- 2018?

(8)

2. Bagaimana pertumbuhan penjualan pada PT Pindad Enjiniring Indonesia periode 2016-2018?

3. Bagaimana kebijakan hutang pada PT Pindad Enjiniring Indonesia periode 2016-2018?

4. Seberapa besar pengaruh struktur aset terhadap kebijakan hutang pada PT Pindad Enjiniring Indonesia periode 2016-2018?

5. Seberapa besar pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap kebijakan hutang pada PT Pindad Enjiniring Indonesia periode 2016-2018?

6. Seberapa besar pengaruh struktur aset dan pertumbuhan penjualan terhadap kebijakan hutang pada PT Pindad Enjiniring Indonesia periode 2016-2018?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari, mengevaluasi, mengumpulkan data sesuai dengan pembahasan yang diteliti, kemudian data yang telah diolah, dianalisis dan disajikan interprestasinya. Serta mengimplementasikan pengetahuan yang didapat selama perkuliahan. Selain itu juga sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan S1 Program Studi Akuntansi pada Universitas BSI Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang akan diteliti, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(9)

1. Untuk mengetahui struktur aset pada PT Pindad Enjiniring Indonesia periode 2016-2018.

2. Untuk mengetahui pertumbuhan penjualan pada PT Pindad Enjiniring Indonesia periode 2016-2018.

3. Untuk mengetahui kebijakan hutang pada PT Pindad Enjiniring Indonesia periode 2016-2018.

4. Untuk mengetahui pengaruh struktur aset terhadap kebijakan hutang pada PT Pindad Enjiniring Indonesia periode 2016-2018.

5. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap kebijakan hutang pada PT Pindad Enjiniring Indonesia periode 2016-2018.

6. Untuk mengetahui pengaruh struktur aktiva dan pertumbuhan penjualan terhadap kebijakan hutang pada PT Pindad Enjiniring Indonesia periode 2016- 2018.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademis

Dengan adanya penelitian ini, penulis berhadap hasilnya dapat berguna untuk berbagai pihak, diantaranya:

1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis serta melatih kemampuan teknis dan analisis yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan dalam melakukan pendekatan terhadap suatu masalah.

(10)

2. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan serta dapat dijadikan sebagai bahan referensi apabila ingin melakukan penelitian yang sama.

1.4.2. Manfaat Praktis 1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta informasi yang berguna untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya terkait tentang kebijakan hutang.

2. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi serta ilmu pengetahuan bagi pihak pembaca.

Referensi

Dokumen terkait

Partisipasi anggaran pada PT Pindad Persero sudah baik, namun demikian pihak manajemen PT Pindad Persero harus tetap mempertahankan partisipasi aktif setiap karyawan dalam penyusunan