• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Konteks Penelitian

Komunitas punklung berada disekitar wilayah Cicalengka Bandung. Mereka berdiri sejak 1998 namun komunitas ini baru diakui oleh masyarakat sekitar mulai tahun 2003 dikarenakan masih banyak pro dan kontra mengenai komunitas punklung. Alasan masyarakat yang kontra terhadap anak-anak punk yang menggunakan alat musik tradisional calung adalah karena anak punk cenderung dipersepsikan negatif jika dilihat dari penampilannya yang terkesan urakan. Meski

dipersepsikan seperti itu, komunitas tersebut bisa membuktikan bahwa anak-anak yang penampilannya urakan masih mempunyai nilai positif dengan menunjukan adanya kemauan dan kesadaran untuk melestarikan budaya leluhur. Hingga lambat laun masyarakat pun mulai membuka hati dan pikiran untuk mendukung komunitas punklung agar terus membudayakan budaya calung agar tidak punah.

Selain dengan masyarakat sekitar, komunitas punklung juga sempat mengalami konflik dengan sesama komunitas punk karena dinilai tidak sejalan dengan pemikiran mereka yang merujuk kepada penggunaan alat musik modern sebagai media penyampaian pesan komunitas- komunitas punk. Namun dengan berbagai pendekatan yang komunitas punklung lakukan, akhirnya mereka berhasil diterima oleh komunitas punk lainnya.

Punklung merupakan sebuah komunitas yang bergerak dibidang pelestarian budaya,

khususnya budaya Sunda. Punklung yang merupakan penggabungan dari kata “Punk” dan

Calung”, merupakan komunitas yang terdiri dari anak-anak punk yang mencoba pergerakan yang berbeda dari komunitas punk yang lain. Ketika komunitas punk kebanyakan memanfaatkan alat

(2)

musik modern sebagai alat untuk menyuarakan aspirasi mereka, Punklung memilih alat musik tradisional calung sebagai media komunikasi untuk menyampaikan pesan-pesan sosial melalui musik-musik yang mereka ciptakan dan mainkan.

Punk merupakan subkultur yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk

selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir pada awal tahun 1970-an.

Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.

Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi. Punk berusaha menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana namun kadang-kadang kasar, beat yang cepat dan menghentak.

Banyak yang menyalah artikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi wabah penggunaan lem berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Banyak pula yang merusak citra punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.

Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka

perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas

(3)

rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.

Punk juga merupakan sebuah gerakan perlawanan anak muda yang berlandaskan dari

keyakinan we can do it ourselves. Penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat melalui lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik, lingkungan hidup, ekonomi, ideologi, sosial dan bahkan masalah agama.

Cara anak punk berkomunikasi dengan sesama anggota komunitasnya ataupun dengan orang-orang disekitar komunitas sangatlah menarik untuk diangkat ke permukaan. Cara seseorang menyampaikan pesan ataupun gaya komunikasi tak jarang bisa dijadikan sebagai ciri khas seseorang dalam berkomunikasi. Ketika seseorang berkomunikasi diperlukan gaya komunikasi yang baik agar pesan yang disampaikan baik verbal maupun nonverbal dapat diterima dengan baik.

Gaya komunikasi didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu. Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim dan harapan dari penerima dalam kegiatan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi dalam setiap kesempatan aktifitasnya dan setiap manusia memiliki gaya komunikasi yang berbeda-beda.

Saat komunitas punklung berkumpul, masing-masing anggota mereka mempunyai gaya berkomunikasi sendiri sesuai dengan ciri khas masing-masing. Contohnya seperti informan yang peneliti temui yang kerap disebut Abah. Abah yang merupakan juru bicara komunitas punklung selalu berkomunikasi sambil menggerakan tangan. Gerakan tangan tersebut merupakan bentuk penekanan atau sebagai pelengkap dari komunikasi verbal yang tengah ia lakukan. Abah adalah

(4)

seorang lelaki 34 tahun dengan kepala plontos dan berbadan tambun. Abah menyebutkan, ketika mereka sedang berkumpul, bahasa yang mereka pergunakan untuk berkomunikasi sehari-hari adalah bahasa Sunda dengan gaya bicara yang santai, tidak kaku, seperti halnya bicara dengan teman sebaya. Meskipun usia mereka beragam, tapi tidak ada senioritas seperti halnya harus menggunakan bahas Sunda yang halus untuk orang tua. Gaya mereka saat berkomunikasi benar- benar santai dan kerap kali diselingi humor.

Budaya daerah memegang peranan penting bagi kelangsungan kebudayaan nasional. Oleh karena itu budaya daerah sudah seharusnya dipelihara dan dijaga agar tetap eksis dan terus dipelihara sepanjang waktu oleh komunitas punklung atau masayarakata di Indonesia. Dengan mengangkat budaya daerah yaitu alat musik calung dan mempelajari secara mendalam, maka kebudayaan daerah tersebut dapat dikenali dan diteruskan kepada generasi berikutnya sehingga dapat menerapkan nilai-nilai sosial dan budaya yang terkandung dalam setiap aspek kehidupan.

Selain gaya komunikasi, hal yang menarik adalah bagaimana pesan harus dikelola terlebuh dahulu sebelum akhirnya disampaikan kepada komunikan. Pengelolaan pesan itu sendiri ada dua tipe, fungsi verbal dan nonverbal. Persoalan yang akan muncul ialah, bagaimana cara menggunakan kedua kode tersebut dalam penyusunan pesan, yakni penyusunan pesan yang bersifat informatif, dan penyusunan pesan. Pengelolaan pesan yang bersifat informatif lebih banyak ditujukan pada peluasan wawancara dan kesadaran khalayak. Prosesnya lebih banyak bersifat difusi atau penyebaran sederhana, jelas, dan tidak banyak menggunakan jargon atau istilah-istilah yang kurang popular di kalangan khalayak. Pengelolaan pesan yang bersifat persuasif memiliki tujuan untuk merubah pesepsi, sikap, dan pendapat khalayak. Oleh sebab itu, penyusunan pesan persuasif memiliki sebuah proposes. Proposisi di sini ialah apa yang

(5)

dikehendaki sumber terhadap penerima sebagai hasil pesan yang di sampaikanya, artinya setiap pesan yang di buat diinginkan adanya perubahan.

Setiap komunitas punklung sedang berkumpul, topik pembicaraan mereka beragam, mulai dari seputar komunitas itu sendiri, seperti halnya jadwal manggung atau latihan, seputar budaya yang tengah berkembang, ideologi. Bahkan lingkungan sekitar pun tak luput dari pembicaraan mereka. Kehidupan pribadi pun kadang disinggung ketika berkumpul, seperti menanyakan kabar, pertanyaan seputar keluarga, bahkan pembicaraan seputar asmara pun tak luput mereka jadikan topik. Tidak ada yang dominan menjadi pembicara disetiap kali mereka berkumpul, setiap anggota mempunyai hak untuk berbicara sebanyak dan sesuai yang mereka ingin sampaikan.

Peneliti tidak mengarahkan penelitian ke arah dibalik perilaku atau penyebab mereka menjadi seorang punker. Tetapi lebih fokus pada gaya, pesan, dan nilai-nilai sosial pada yang ada dalam komunitas punklung di kabupaten Cicalengka. Mengigat, komunitas punklung di kabupaten Cicalengka mempunyai gaya, pesan, dan nilai-nilai sosial yang unik dimana proses komunikasinya bisa terjadi bukan hanya melalui komunikasi layaknya anak punk umumnya tetapi mereka juga bisa berkomunikasi berdasarkan simbol-simbol komunikasi verbal. Disamping itu, komunitas punklung dengan keunikan kerangka budayanya, memiliki tindak komunikasi yang berbeda.

Komunikasi intrabudaya anak jalanan dapat menjelaskan tentang proses, pola, prilaku, gaya dan bahasa yang di gunakan oleh mereka dalam berintraksi. Aspek–aspek tersebut tampak jelas manakala mereka berkomunikasi dengan sesama anak punk, keluarga, dan ketertiban.

Penelitian ini memilihi kualitatif sebagai metode penelitiannya. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan. Secara holistik dan

(6)

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Etnografi komunikasi memusatkan perhatian pada pola komunikasi dalam beragam masyarakat bahasa. Pola komunikasi yang dimaksud adalah penggunaan pola berbahasa oleh komunitas Punklung. Pola komunikasi tersebut terbentuk karena adanya faktor budaya yang memengaruhi cara komunitas Punklung berkomunikasi, dapat pula dikatakan bahwa etnografi komunikasi adalah bagaimana komunitas Punklung memiliki pola dalam komunikasi berdasarkan budaya yang mereka anut sehari-hari. Asumsinya adalah bahwa komunitas Punklung memungkinkan untuk memiliki pola komunikasi yang berbeda satu sama lain dengan suatu kelompok masyarakat lainnya. Pola ini menjadi semacam aturan yang disepakati sebuah kelompok masyarakat sesuai paham budayanya, begitu pula dengan komunitas Punklung. Pola yang mereka buat akan memelihara ragam (variasi) bahasa sesuai dengan nilai budaya yang dianutnya.

Fenomena di atas menarik minat peneliti untuk memberikan gambaran mengenai adanya gaya, pesan, dan nilai-nilai sosial dan kultural komunitas punklung, dengan membawa nilai budaya apakah mereka sama ataukah berbeda dengan komunitas-komunitas punk pada umumnya untuk mengetahui bagaimana komunitas punklung tersebut maka bertolak dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagai mana gaya komunikasi, pengelolaan pesan dan nilai-nilai sosial dan kultural komunitas punklung dengan mengangkat topik ”Etnografi Komunikasi pada Komunitas Punklung”.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan konteks permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana gaya komunikasi pada komunitas Punklung?

(7)

2. Bagaimana pengelolaan pesan pada komunitas Punklung?

3. Bagaimana nilai-nilai sosial dan kultural pada komunitas Punklung?

1.3. Tujuan penelitian

Sesuai dengan konteks permasalahan yang telah dikemukaan sebelumnya, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui bagaimana gaya komunikasi pada Komunitas Punklung.

2. Untuk mengetahui pengelolaan pesan pada Komunitas Punklung.

3. Untuk mengetahui Nilai-nilai sosial dan kultural pada Komunitas Punklung.

1.4. Kegunaan Penelitian

Peneliti mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat sejalan dengan tujuan penelitian yang telah di paparkan sebelumnya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik kegunaan teoritis maupun praktis.

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis peneliti berharap agar penelitian ini dapat mengembangkan kajian studi ilmu komunikasi secara umum, selain itu juga menjadi acuan, dapat memperdalam pengetahuan dan teori mengenai informasi yang berhubungan dengan studi ilmu komunikasi.

1.4.2. Keguanaa Praktis

Peneliti mengharapkan penelitian ini di gunakan sebagai referensi atau bacaan bagi peneliti lain dan memberikan manfaat tidak hanya sebagai tambahan informasi bagi yang berkepentingan, tetapi juga memberikan gamabaran mengenai bagaimana pengelolaan pesan, gaya komunikasi dan nilai-nilai sosial dan kultural pada Komunitas Punklung

Referensi

Dokumen terkait

ix ABSTRAK SOPIAN DARMAWAN, 45130068, 2017, KOMUNIKASI PERSUASIF KOMUNITAS PUNKLUNG DALAM MENARIK MINAT REMAJA, Studi Kasus Komunitas Punklung dalam Menarik Minat Remaja untuk