1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan masalah yang pernah bahkan sampai sekarang masih dialami di seluruh negara di belahan bumi manapun. Berbagai upaya telah dilakukan. Mulai dari lingkup daerah, regional, nasional dan internasional. Tak terkecuali Indonesia, kemiskinan pun masih dialami dan menimpa Indonesia.
Berbagai kebijakan pemerintah pada kemiskinan belum mampu menghapus kemiskinan (Puspita, 2015).
Data yang dikeluarkan BPS menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah penduduk miskin, namun secara kualitatif belum ada perubahan yang nyata.
Kondisi kemiskinan di Indonesia semakin memprihatinkan tiap tahunnya. Laju Pada tahun 2004 jumlah penduduk miskin di Indonesia sebesar 36,10 juta jiwa, namun karena terjadi krisis ekonomi pada tahun 2005 mengakibatkan jumlah penduduk miskin kembali meningkat. Pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin sebesar 39,30 juta jiwa. Jumlah penduduk miskin kembali menurun pada tahun 2007 sebesar 37,17 juta jiwa. Jumlah penduduk miskin terus mengalami penurunan hingga tahun 2012 sebesar 28,59 juta jiwa, namun dengan adanya penurunan jumlah penduduk miskin tersebut belum mencerminkan keadaan Indonesia semakin membaik (Ramdani, 2015).
Masyarakat mempunyai hak untuk mendapatkan sandang, pangan dan papan yang layak demi terciptanya masyarakat yang sejahtera. Apabila salah satunya masih ada yang belum terpenuhi, maka kesejahteraan tidak akan tercapai. Untuk
terealisasinya hal tersebut, pemerintah mengadakan berbagai program penanggulangan kemiskinan, yaitu berupa bantuan dana sosial yang diberikan kepada masyarakat miskin (Suryani, Handoko, & Nurfitria, 2015).
Kebijakan Program Rastra juga merupakan bagian dari Sistem Ketahanan Pangan Nasional, yang dilaksanakan dalam rangkaian upaya mencapai kemandirian dan kedaulatan pangan. Karena pangan adalah salah satu dari hak asasi manusia dan sebagai komoditas strategis yang dilindungi oleh Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Sananugraha, 2017).
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah guna mengentaskan kemiskinan yaitu dengan menyalurkan bantuan berupa beras bersubsidi atau sering disebut dengan Beras Sejahtera (RASTRA). Namun, dalam penerapannya masih terdapat beberapa kesalahan yang menjadikan penyaluran Rastra ini kurang efektif. Sampai saat ini jika dilihat dalam penelitian, pemerintah dan masyarakat kurang bekerja sama dalam pelaksanaan program beras sejahtera. Pemerintah kurang memberikan informasi mengenai program ini kepada masyarakat (Rumondor, Lengkong, & Palar, 2016).
Selain itu, seringkali terjadi salah sasaran dalam penyaluran subsidi Rastra ini. Dimana masyarakat yang seharusnya tidak berhak menerima bantuan malah menerima bantuan dan yang berhak malah tidak menerima bantuan tersebut.
Kesalahan tersebut dapat mengakibatkan kesenjangan sosial yang makin jauh dan juga mengakibatkan beberapa pihak menjadi tidak percaya lagi kepada pemerintah. Banyak aspek yang harus diperbaiki dalam penyaluran bantuan ini, salah satunya yaitu proses seleksi kategori masyarakat miskin yang harus
diperketat lagi dan lebih teliti lagi. Karena proses seleksi ini termasuk kedalam tahapan awal dalam penyaluran bantuan dari pemerintah.
Untuk itu dibutuhkan sebuah sistem pendukung keputusan. Dengan adanya sistem pendukung keputusan (SPK) bertujuan untuk melakukan pengambilan keputusan dengan lebih cepat dan akurat. Dengan adanya kemampuan sistem dalam pengambilan keputusan sesuai dengan metode yang dirancang maka diharapkan proses penyeleksiannyapun menjadi lebih cepat selesai. Kemampuan mengambil keputusan yang cepat dan cermat akan menjadi kunci keberhasilan dalam persaingan global dan untuk mengambil sebuah keputusan tentu diperlukan analisis-analisis dan perhitungan yang matang, tergantung dengan banyak sedikitnya kriteria yang mempengaruhi permasalahan yang membutuhkan suatu keputusan (Suryani, Handoko, & Nurfitria, 2015).
Maka dalam penulisan Skripsi ini penulis tertarik untuk membangun sebuah Sistem Penunjang Keputusan dengan judul “Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerima Subsidi Beras Sejahtera (RASTRA) Pada Kelurahan Cibeunying Kabupaten Bandung”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut maka dapat diidentifikasi masalah- masalah sebagai berikut :
1. Sistem penyeleksian penerima subsidi RASTRA di Kelurahan Cibeunying belum bisa dikatakan baik karena dalam prosesnya masih menggunakan cara manual dan belum adanya sistem yang terkomputerisasi.
2. Petugas Kelurahan mengalami kesulitan dalam melakukan proses seleksi dalam menentukan siapa saja yang berhak menerima Subsidi RASTRA.
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka dapat disimpulkan perumusan maslah sebagai berikut :
1. Bagaimana meningkatkan efektifitas dan efisiensi kinerja petugas Kelurahan dalam proses penyeleksian penerima subsidi RASTRA ?
2. Bagaimana cara membuat sistem yang memudahkan pekerjaan petugas Kelurahan dalam menangani RASTRA ?
3. Bagaimana membuat aplikasi yang memudahkan petugas Kelurahan dalam menentukan siapa saja yang berhak menerima subsidi RASTRA ?
1.4. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan Skripsi ini, yaitu:
1. Membantu Instansi terkait untuk memperlancar program kebijakan subsidi Beras Sejahtera (RASTRA) agar lebih efektif dan efiesien.
2. Membangun Sistem Penunjang Keputusan (SPK) dalam proses seleksi penerima subsidi beras sejahtera (RASTRA) sebagai solusi alternatif untuk meminimalisir kesalahan.
Tujuan penulisan Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Strata Satu (SI) pada program Studi Sistem Informasi di Universitas BSI Bandung.
1.5. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013). Dalam metode penelitian ini ada beberapa hal yang perlu ditentukan, yaitu :
1.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2013). Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan guna keperluan penelitian penulis menggunakan beberapa metode, yaitu :
A. Observasi
Data dikumpulkan langsung dengan cara melakukan pengamatan langsung di Kelurahan Cibeunying Jl. Awiligar No.57, Cibeunying, Cimenyan, Kab.Bandung pada objek yang diteliti.
B. Wawancara
Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai langsung atau tanya jawab kepada narasumber yaitu Bapak Dayat Sutisna selaku Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Cibeunying, Ibu Dewi Ratnasari selaku Kasi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Cibeunying dan Bapak Deki Rahmatullah DJ.Amd selaku Sekretaris Kelurahan Cibeunying apabila ada sesuatu yang tidak dimengerti yang dilakukan dengan sistematis dan berdasarkan tujuan penelitian. Cara ini dimaksudkan untuk kemudahan mendapatkan data.
C. Studi Pustaka
Pengumpulan data dilakukan dengan melihat dan mengambil data-data yang terdapat dalam buku-buku, jurnal, skripsi dan literatur yang berkaitan.
1.5.2 Metode Pengembangan Sistem
Dalam perancangan aplikasi pada skripsi ini penulis menggunakan metode air terjun (waterfall). Model Waterfall adalah Model Air Terjun kadang
dinamakan siklus hidup klasik (classic life cyle), dimana hal ini menyiratkan pendekatan yang sistematis dan berurutan (sekuensial) pada pengembangan perangkat lunak. Pengembangan perangkat lunak dimulai dari spesifikasi kebutuhan pengguna dan berlanjut melalui tahapan-tahapan perencanaan (planning), pemodelan (modeling), konstruksi (construction), serta penyerahan sistem perangkat lunak ke para pelanggan/pengguna (deployment), yang diakhiri dengan dukungan berkelanjutan pada perangkat lunak yang dihasilkan (Pressman, 2015). Tahapan yang ada dalam model waterfall adalah sebagai berikut :
A. Communication
Pada tahap awal ini, penulis melakukan pengumpulan informasi tentang kebutuhan konsumen/pengguna yang berasal dari konsumen/pelanggan itu sendiri.
B. Planning
Setelah proses communication, kemudian penulis menetapkan rencana untuk pengerjaan software yang meliputi tugas - tugas teknis yang akan dilakukan, risiko yang mungkin terjadi, sumber yang dibutuhkan, hasil yang akan dibuat, dan jadwal pengerjaan.
C. Modelling
Pada proses modeling ini penulis menerjemahkan syarat kebutuhan ke sebuah perancangan perangkat lunak yang dapat diperkirakan sebelum dibuat coding. Proses ini berfokus pada rancangan struktur data, arsitektur software, representasi interface, dan detail (algoritma) prosedural.
D. Construction
Construction merupakan proses membuat kode (code generation). Coding atau pengkodean merupakan penerjemahan desain dalam bahasa yang bisa dikenali oleh komputer. Programmer akan menerjemahkan transaksi yang diminta oleh user. Tahapan inilah yang merupakan tahapan secara nyata dalam mengerjakan suatu software, artinya penggunaan komputer akan dimaksimalkan dalam tahapan ini. Setelah pengkodean selesai maka akan dilakukan testing terhadap sistem yang telah dibuat. Tujuan testing adalah menemukan kesalahan-kesalahan terhadap sistem tersebut untuk kemudian bisa diperbaiki.
E. Deployment
Tahapan ini bisa dikatakan final dalam pembuatan sebuah software atau sistem. Setelah melakukan analisis, desain dan pengkodean maka sistem yang sudah jadi akan digunakan user. Kemudian software yang telah dibuat harus dilakukan pemeliharaan secara berkala.
1.6. Ruang Lingkup
Agar pembahasan tidak terlalu melebar dan hanya berfokus pada permasalahan yang telah dipaparkan, maka ruang lingkup yang dipakai adalah : 1. Aplikasi dibuat untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di Kelurahan
Cibeunying dan digunakan untuk penyeleksian penerima subsidi beras sejahtera (RASTRA).
2. Kriteria dan bobot kelayakan penerima subsidi Rastra sudah ditentukan oleh pihak Kelurahan Cibeunying.
3. Hasil dari penilaian tersebut digunakan sebagai pendukung keputusan siapa saja yang berhak menerima subsidi RASTRA.
4. Aplikasi ini hanya dapat digunakan oleh petugas Kelurahan yang berwenang dalam menentukan siapa yang berhak menerima subsidi RASTRA dan yang tidak berhak, dalam hal ini adalah Kasi Pemberdayaan Masyarakat.