• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Bandung telah menjadi salah satu tujuan wisata bagi para wisatawan lokal maupun mancanegara, sehingga pada tanggal 25 september 2013 di Beijing, UNESCO telah menetapkan Kota Bandung sebagai kota wisata dunia yang bersaing secara global dengan kota-kota di berbagai Negara. Kota Bandung menduduki posisi ke 21 di dunia sebagai kota wisata dunia, sedangkan di benua Asia kota Bandung menduduki posisi ke 4, sehingga Kota Bandung menjadi kota yang di unggulkan di Indonesia (Maylanny Christin & Siti Faridani Fauzan, 2015). Sebagai salah satu kota wisata dunia, tentunya kota Bandung harus memiliki fasilitas publik bagi masyarakatnya, salah satunya adalah sarana transportasi publik. Untuk menunjang sarana transportasi dalam bidang pariwisata, pemerintah menghadirkan Bandung tour on the bus atau lebih dikenal dengan Bus Bandros, yang bertujuan untuk mengantarkan para wisatawan mengelilingi kota Bandung menuju tempat-tempat bersejarah yang menjadi ciri khas kota Bandung. Dengan adanya wisata bus bandros ,masyarakat kota ataupun luar kota bahkan wisatawan manca negara dapat melihat indahnya kota Bandung sekaligus dapat mengetahui sejarah-sejarah di Kota Bandung, tentunya akan memberikan pengalaman yang baru dan berbeda bagi setiap wisatawan.

Untuk memberikan pengalaman yang unik dan terciptanya pengalaman yang menarik bagi wisatawan maka di perlukan Experiential marketing. Pada experiential marketing, perusahaan tidak hanya berorientasi pada fitur dan benefit,

(2)

tetapi juga emosi pelanggan harus di perhatikan dengan memberikan fasilitas- fasilitas yang dapat memberikan kepuasan bagi pelanggan, sehingga tercapai memorable experience sehingga membuat pelanggan ingin mengulang kembali

pengalamanya (loyal) terhadap jasa perusahaan dan bahkan pelanggan rela untuk mengeluarkan uang lebih agar dapat menikmati pengalaman baru menggunakan fasilitas lain yang ditawarkan oleh perusahaan. (Aditya Fajar Santosa, 2017)

Unsur-unsur seperti sense, feel, think, act, dan relate yang dijadikan pedoman, yang membedakan konsep Experiential Marketing dengan konsep Tradisional. Sense ditujukan terhadap rasa dengan tujuan untuk menciptakan pengalaman melalui panca indra, feel ditujukan terhadap Perasaan yang berhubungan dengan perasaan yang paling dalam dan emosi pelanggan, think ditujukan terhadap intelektual dengan tujuan menciptakan kesadaran, act ditujukan terhadap tindakan yang berhubungan dengan keseluruhan individu (pikiran dan tubuh) untuk meningkatkan hidup dan gaya hidupnya, relate ditujukan untuk menghubungkan pelanggan secara individu dengan masyarakat, atau budaya (Amir Hamzah, 2007).

Konsep experiential marketing berusaha menghadirkan pengalaman yang unik, positif dan mengesankan bagi para wisatawan. Sehingga wisatawan akan merasa terkesan dan akan tertanam dalam benak mereka pengalaman yang dinikmati di sepanjang perjalanan mereka. Sehingga nantinya tidak hanya akan membuat wisatawan menjadi loyal tetapi juga akan membuat wisatawan menyebarkan informasi mengenai produk atau jasa dari perusahaan tersebut secara word of mouth. Dari waktu ke waktu konsep yang memberikan perhatian khusus terhadap pengalaman yang dialami wisatawan ketika menikmati produk

(3)

jasa ini terus berkembang. Selain itu, semakin banyak juga perusahaan yang menerapkan konsep ini dalam menjalankan bisnisnya. Mereka menerapkan konsep experiential marketing sesuai dengan tujuan dan kebutuhan mereka masing-masing (Hendry Awang N, 2014).

Konsep ini juga bertujuan untuk mendorong perusahaan agar semakin kreatif memikirkan bagaimana langkah pemasaran untuk menarik minat konsumen agar membeli dan menjadi loyal terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan. Pada masa sekarang, konsumen tidak akan menoleh kepada suatu produk yang tidak dibungkus dengan pengalaman yang unik (Susanta, 2006).

Penerapan experiential marketing didasarkan pada pengalaman emosional konsumen. Pengalaman emosional dapat diciptakan dengan menciptakan merek yang yang memberikan pengalaman yang tak terlupakan kepada pelanggannya, dengan dukungan pemasaran yang baik juga tentunya. Lalu akan tercipta perasaan positif dan emosi terhadap merek. Timbulnya perasaan puas dan ingin mengulangi pengalaman yang didapat, inilah yang banyak diterapkan oleh produsen untuk menghadapi ketatnya persaingan di mana banyak sekali produk sejenis dengan hanya sedikit perbedaan spesifikasi antara satu sama lain. Selain itu, penerapan experiential marketing mampu membuat suatu produk menjadi produk berlevel premium (Gresivonda & Astuti, 2014).

kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya. Bila konsumen puas atas suatu produk atau jasa, mereka cenderung akan terus membeli dan menggunakan serta memberi tahu orang lain tentang pengalaman (experience) mereka yang menyenangkan dengan produk/jasa

(4)

tersebut (Gresivonda & Astuti, 2014). Kepuasan mempunyai hubungan dengan minat beli ulang, kepuasan konsumen akan mendorong minat beli ulang sehingga perlu untuk diperhatikan oleh perusahaan (Wingsati, Prihandono, & Artikel, 2017) Minat pembelian ulang ialah suatu komitmen konsumen yang terbentuk setelah konsumen melakukan pembelian terhadap suatu produk atau jasa, komitmen ini timbul karena kesan positif terhadap suatu merek, dan komsumen merasa puas terhadap pembelian tersebut (Wingsati & Prihandono, 2017). Minat beli ulang merupakan bagian dari perilaku pembelian konsumen di mana kesesuaian antara performa dari produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan meng-hasilkan minat konsumen untuk mengkonsumsinya lagi di masa akan datang (Adiputra, 2016).

Maka berdasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh experiential marketing, fasilitas wisata terhadap kepuasan wisatawan dengan judul “Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Minat Beli Ulang Wisatawan Deangan Kepuasan Wisatawan Sebagai Variabel Intervening Pada Bus Bandros di Kota Bandung”.

(5)

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang penelitian serta untuk memberikan batasan terhadap permasalahan yang akan dibahas, maka identifikasi masalah yang diterapkan sebagai berikut:

1. Gambaran Experiential Marketing pada Bus Bandros di Kota Bandung.

2. Kepuasan dan Minat Beli Ulang wisatawan pada Bus Bandros di Kota Bandung.

3. Experiential Marketing berpengaruh terhadap Minat Beli Ulang melalui Kepuasan wisatawan.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka penulis akan merumuskan beberapa rumusan penelitian, sebagai berikut.

1. Bagaimana pengaruh experiential marketing terhadap kepuasan wisatawan pada Bus Bandaros di Kota Bandung?

2. Bagaimana pengaruh kepuasan wisatawan terhadap minat beli ulang pada Bus Bandros di Kota Bandung?

3. Bagaimana pengaruh experiential marketing terhadap minat beli ulang wisatawan melalui kepuasan wisatawan pada Bus Bandros di Kota Bandung?

(6)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mencari data dan informasi yang diperlukan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai pengaruh experiential marketing terhadap minat beli ulang wisatawan dengan kepuasan

sebagai variabel intervening pada Bus Bandros di Kota Bandung. Informasi yang didapatkan dikumpulkan dan disusun dalam bentuk laporan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Komunikasi pada program studi Manajemen Universitas BSI.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan pada penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh experiential marketing terhadap kepuasan wisatawan pada Bus Bandros di Kota Bandung.

2. Pengaruh kepuasan wisatawan terhadap minat beli ulang wisatawan pada Bus Bandros di Kota Bandung.

3. Pengaruh experiential marketing terhadap minat beli ulang wisatawan melalui kepuasan wisatawan pada Bus Bandros di Kota Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi tambahan bagi mahasiswa dan pembaca lainnya tentang Pengaruh Experiential Marketing

(7)

Terhadap Minat Beli Ulang Wisatawan Dengan Kepuasan Wisatawan Sebagai Variabel Intervening pada Bus Bandros di Kota Bandung.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Bagi Perusahaan

Dengan adanya penelitian ini penulisan harapkan dapat menjadi sumbangan dan bahan masukan yang bermanfaat bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan mengenai Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Minat Beli Ulang Wisatawan Dengan Kepuasan Wisatawan Sebagai Variabel Intervening pada Bus Bandros di Kota Bandung.

2. Bagi penulis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis mengenai manajemen pemasaran khususnya mengenai pengaruh experiential marketing, minat beli ulang dan kepuasan, yang telah penulis

dapatkan selama kuliah sehingga penulis mampu membandingkan teori- teori yang didapatkan diperkuliahan dengan penerapan yang sebenarnya dilingkungan usaha yang nyata.

3. Bagi pihak lain yang berkepentingan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai tambahan pengetahuan dibidang pemasaran. Khususnya pengaruh experiential marketing, minat beli ulang dan kepuasan.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

As for the observation sheet using 10 core competence on pedagogical competence, namely mastering the characteristics of students, mastering learning theories and educational principles