1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kejahatan merupakan bentuk dari perilaku menyimpang yang selalu ada di lingkungan masyarakat. Perilaku menyimpang itu merupakan suatu ancaman terhadap norma-norma sosial yang mendasari kehidupan masyarakat. Kejahatan di samping masalah kemanusiaan juga merupakan masalah sosial, tidak hanya masalah bagi masyarakat tertentu, tetapi juga menjadi masalah yang dihadapi oleh seluruh masyarakat di dunia. Salah satu jenis kejahatan yang menonjol adalah kejahatan terhadap harta benda yaitu pencurian. Pengertian pencurian adalah pengembilan properti milik orang lain secara tidak sah tanpa seizin pemilik (Suharsoyo, 2015).
Indonesia sebagai negara hukum telah menentukan sanksi pidana penjara dalam undang-undang sebagai upaya untuk mengatasi masalah kejahatan pencurian yang di atur dalam kitab undang–undang hukum pidana (KUHP) Buku Kedua Bab XXII tentang pencurian dari Pasal 362 sampai dengan Pasal 367 KUHP. Masalah hukum dalam memberantas tindak pidana pencurian sangat komplek, sulit bagi khalayak umum untuk mengerti dan memilah pasal yang mengatur suatu permasalahan hukum. belum lagi sebagian masyarakat yang telibat kasus pencurian kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai masalah hukum pidana menjadi faktor kebingungan bagi korban maupun tersangka.
Hukum pidana adalah keseluruhan peraturan hukum yang mengatur atau
menerangkan perbuatan mana yang merupakan kejahatan atau pelanggaran, serta hukuman mana yang dapat dijatuhkan oleh karena kejahatan atau pelanggaran tersebut (Wibowo, dkk, 2018).
Perkembangan zaman memungkinkan segala aktivitas manusia menjadi lebih baik dengan kehadirannya teknologi canggih. Seperti pada mulanya penggunaan komputer hanya sebagai alat penghitung, namun kini dapat menggantikan peran ataupun tugas rumit manusia. Komputer mampu menirukan proses biologis manusia dalam pengambilan keputusan yang disebut kecerdasan buatan. Perkembang ilmu komputer begitu pesat ke berbagai aspek, penerapan ilmu komputer dalam dibidang hukum sudah banyak berkembang. Sistem pakar yang merupakan salah satu cabang ilmu komputer juga dapat diterapkan di bidang ilmu hukum pidana pencurian (Putri, dkk, 2014).
Sistem pakar merupakan teknologi komputer yang dapat bertindak sebagai pakar sehingga seseorang yang bukan pakar dapat menyelesaikan masalah serta mengambil keputusan yang biasanya dilakukan seorang pakar. Suatu permasalahan dalam sistem pakar dapat diselesaikan dengan suatu metode salah satunya dengan metode inferensi Forward Chaining (Sundari, dkk, 2017).
Penelitian ini menggunakan metode Forward Chaining karena metode tersebut salah satu teknik infrensi yang digunakan. Forward Chaining adalah metode pencarian atau teknik pelacakan yang dimulai dengan informasi yang ada penggabungan rule untuk menghasilkan suatu kesimpulan atau tujuan. Pelacakan maju ini sangat baik jika bekerja dengan permasalahan yang dimulai dengan rekaman informasi awal dan ingin dicapai penyelesaian akhir, karena seluruh proses akan dikerjakan secara berurutan maju (Fanny, dkk, 2017). Metode
Forward Chaining mesin inferensinya menggunakan informasi yang ditentukan
oleh pengguna untuk memindahkan ke logika AND dan OR hingga ditentukan sebuah objek. Semua aturan harus dipenuhi sehingga akan tercapai satu objek (Tanshidiq, dkk, 2017).
Maka dari itu sebagai upaya, dibutuhkan suatu aplikasi yang dapat menghasilkan pengetahuan dan infomasi untuk menangani masalah yang timbul di bidang hukum pidana pencurian dan diterapkan pembuatan Sistem Pakar berbasis android. Android merupakan sebuah sistem operasi untuk smartphone yang berbasis Linux. Kelebihan Android dibanding sistem operasi mobile phone atau smartphone lainnya adalah Android bersifat open source code sehingga memudahkan para pengembang untuk menciptakan dan memodifikasi aplikasi atau fitur-fitur yang belum ada di sistem operasi Android sesuai dengan keinginan mereka sendiri (Pangkey, dkk, 2016).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok permasalahan, maka rumusan masalah dalam pembuatan aplikasi ini adalah:
1. Bagaimana membuat aplikasi sistem pakar penentuan pasal tindak pencurian berdasarkan kuhp berbasis android?
2. Mengapa aplikasi sistem pakar penentuan pasal hukum pidana pencurian berbasis android dengan metode Forward Chaining di butuhkan?
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud yang ingin dicapai dalam proses pembuatan aplikasi ini adalah:
1. Membuat aplikasi berbasis android yang bisa membantu masyarakat agar lebih mudah untuk mendapatkan berbagai informasi mengenai pasal-pasal dan hukuman maksimal terhadap tindak pidana pencurian.
2. Membuat aplikasi yang bisa membantu masyarakat awam yang kurang mengerti dan memahami masalah hukum pidana pencurian.
Tujuan dari penelitian ini untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Strata Satu (S1) di Universitas BSI untuk Program Studi Teknik Informatika.
1.4. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian akan dilakukan.
Berikut akan dibahas mengenai metode penelitian:
1.4.1 Metode Pengumpulan Data
Mentode pengumpulan data merupakan suatu proses pengumpulan informasi dari berbagai sumber sehingga dapat menghasilkan data yang dapat diproses. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan mendatangi polsek cinambo kota bandung untuk mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan.
2. Wawancara
Proses memperoleh informasi dengan cara tanya jawab dengan pihak kepolisian sebagai responden agar dapat memperoleh data dan informasi.
3. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan untuk mencari teori dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal dan internet.
1.4.2 Metode Pengembangan Aplikasi
Metode pengembangan aplikasi yang digunakan untuk pembuatan aplikasi sistem pakar ini adalah Waterfall. Menurut Rosa A.S dan Shalahudin (2014:28) metode air terjun atau waterfall sering juga disebut model sekuensial linier (sequential linear) atau alur hidup klasik (classic life cycle). Model air terjun menyediakan pendekatan alur hidup terurut mulai dari analisis, desain, pengodean, pengujian, dan pemeliharaan.
1. Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak
Tahap analisis dilakukan secara intensif untuk menspesifikasikan kebutuhan sistem agar dapat dipahami sistem seperti apa yang dibutuhkan oleh user.
2. Desain
Tahap desain adalah proses multi langkah yang fokus pada desain pembuatan program sistem termasuk struktur data, arsitektur sistem, representasi antarmuka, dan prosedur pengodean. Tahap ini mentranslasi kebutuhan sistem dari tahap analisis kebutuhan ke representasi desain agar dapat diimplementasikan menjadi program pada tahap selanjutnya.
3. Pengodean
Pada tahap pengodean, desain harus ditranslasikan ke dalam program sistem.
Hasil dari tahap ini adalah program komputer sesuai dengan desain yang telah dibuat pada tahap desain.
4. Pengujian
Tahap pengujian fokus pada sistem dari segi logika dan fungsional dan
memastikan bahwa semua bagian sudah diuji. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kesalahan (error) dan memastikan keluaran yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan.
5. Pemeliharaan
Tidak menutup kemungkinan sebuah sistem mengalami perubahan ketika sudah dikiriman ke user. Perubahan bisa terjadi karena adanya kesalahan yang muncul dan tidak terdeteksi saat pengujian atau sistem harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Tahap pemeliharaan dapat mengulangi proses pengembangan mulai dari analisis spesifikasi untuk perubahan sistem yang sudah ada, tapi tidak untuk sistem baru.
1.5. Ruang Lingkup
Agar pembuatan penelitian ini sesuai dengan pembahasan yang dimaksud dan tidak meluas maka dari itu penulis membatasinya dalam ruang lingkup sebagai berikut:
1. Aplikasi ini dibuat dengan menggunakan Android Studio dan aplikasi ini dapat digunakan oleh user yang memiliki perangkat mobile berbasis android dengan versi minimal 4.4 Kitket.
2. Aplikasi ini hanya akan memberikan informasi penentuan pasal berdasarkan tindak pidana pencurian sebagai dasar hukum. Informasi yang diberikan seputar informasi pasal-pasal yang akan di kenakan dan hukuman maksimal terhadap tindak pidana pencurian berdasarkan pada KUHP Buku Kedua Bab XXII tentang pencurian dari Pasal 362 sampai dengan Pasal 365.