• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan suatu kota menurut Sobirin dalam Nursyahbani (2015) ialah kota yang sedang berkembang sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk dan urbansisasi dapat menimbulkan perubahan-perubahan berbagai aspek baik sosial, ekonomi, budaya, dan interaksi dengan kota disekitarnya. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, bahwa Kawasan Permukiman ialah bagian dari lingkungan hidup yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan masyarakat. Dalam pembangunan kota, laju pertumbuhan penduduk yang meningkat cepat membawa perubahan pada tingkat kualitas lingkungan permukiman (Yuniawan, 2011). Permukiman yang mengalami penurunan kualitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kepadatan bangunan; keterbatasan fasilitas di kawasan permukiman yang tidak menyesuaikan standar; kondisi bangunan; dan permasalahan lingkungan yang terjadi, hal-hal tersebut akan mengakibatkan penurunan dari kualitas permukiman dan akan sangat rentan menjadi permukiman kumuh (Muvidayanti, 2019).

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Kota Balikpapan termasuk dalam wilayah yang difungsikan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008). Kota Balikpapan sebagai pintu gerbang Provinsi Kalimantan Timur dan salah satu kota yang mengalami urbanisasi cukup pesat, dimana Kota Balikpapan mempunyai peranan penting dalam perkembangan kota khususnya pada perkembangan hunian untuk memenuhi kebutuhan dasar dari masyarakatnya (Kota Balikpapan Dalam Angka Tahun 2019). Berdasarkan dokumen Kota Balikpapan Dalam Angka Tahun 2019, dalam waktu 5 tahun terakhir Kota Balikpapan memiliki jumlah penduduk yang bertambah secara signifikan tiap tahunnya. Jumlah penduduk Kota Balikpapan penduduk pada tahun 2014 sebanyak 605.096 jiwa dan tahun 2018 sebanyak 645.727 jiwa. Dapat dikatakan bahwa laju petumbuhan penduduk di Kota Balikpapan sebesar 1,34%. Tingginya laju pertumbuhan penduduk ditambah dengan potensi strategis pada kawasan permukiman, akan memiliki implikasi terhadap peningkatan kebutuhan lahan kota sebagai lahan hunian, sehingga kebutuhan yang meningkat tanpa diiringi ketersediaan lahan yang memadai akan mengakibatkan konsekuensi ekonomi yakni harga lahan meningkat dan menyebabkan rendahnya kemampuan untuk memiliki rumah

(2)

2 (Rindarjono dalam Wilandari, 2017). Oleh sebab itu, akan mengakibatkan pemadatan bangunan pada titik-titik kawasan permukiman dan selanjutnya akan mengakibatkan kawasan- kawasan kumuh.

Perkembangan suatu kota dan pertumbuhan sektor lainnya akan menimbulkan dampak cukup besar pada perubahan tata guna lahan di Kota Balikpapan (Juliana, 2014). Ditambahkan oleh Juliana (2014) bahwa pada tahun 2009 hingga tahun 2015 terjadi peningkatan tutupan lahan pada kawasan hunian di Kota Balikpapan sebesar 13,34%. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Balikpapan, bahwa peruntukan kawasan permukiman di Kecamatan Balikpapan Kota merupakan peruntukan terbesar dibandingkan kawasan budidaya lainnya dengan total luasan 360 Ha. Dalam RP2KPKP Kota Balikpapan (2017), bahwa isu permukiman di Kecamatan Balikpapan Kota antara lain penurunan kualitas permukiman pada kawasan kumuh di permukiman perkotaan; Hal ini menjadikan tantangan Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) sesuai arahan RPJPN 2005-2025 tentang zero slum dan Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015-2019 tentang kawasan permukiman dan insfrastruktur permukiman. Disebutkan pada kebijakan tersebut bahwa belum optimalnya upaya pencegahan degradasi lingkungan hidup kota; Belum optimalnya penyediaan dan pengelolaan infrastruktur serta penataan kota;

Masih adanya masyarakat miskin dan pengangguran; serta pembangunan perumahan dan Prasarana, Sarana, Utilitias (PSU) yang tidak merata. Dengan beberapa pernyataan tersebut akan merubah persepsi seseorang terhadap Kecamatan Balikpapan Kota, hal ini selinear dalam penelitian García (2013) yakni permukiman informal sebagai sumber daya untuk mengubah citra kawasan tersebut dalam menghadapi persepsi yang kurang baik terhadap masyarakat.

Dilansir dalam media informasi online Marketing Communication pada pembahasan City Branding Kota Medellin (Aruman, 2019), kebijakan publik yang bertujuan untuk mengatasi masalah perkotaan khususnya kawasan permukiman telah ada sejak beberapa dekade di negara berkembang. Salah satu kebijakan awalnya berasal dari pembenahan permukiman, hal ini menyebabkan penyebarluasan makna baru atau kemajuan yang lebih baik dari proses strategi branding itu sendiri. Strategi ini digunakan guna menghasilkan kawasan permukiman pada suatu kota yang mengalami penurunan kualitas untuk mengatasi stigma sosial terkait persepsi seseorang atau golongan masyarakat terhadap kawasan tersebut.

Menurut Cavia Fernandez et al. (2013) dalam penelitian Luthfi dan Widyaningrat (2018) menyatakan bahwa branding bukan dipandang sebagai cara untuk mengelola suatu kota, melainkan dipandang sebagai metode penyampaian citra yang baik (positif) dan bertujuan meningkatkan persepsi terhadap stakeholder.

(3)

Dalam hasil penelitian Sukmaraga dan Nirwana (2019), City Branding dianggap sangat penting sebagai jaringan isosiasi atau persepsi di dalam masyarakatnya untuk menarik sebuah potensi dari sebuah kawasan. Hal ini sesuai perkataan oleh Nur (2017), bahwasannya City Branding penting dalam berbagai fungsi kota salah satunya ialah popularitas kota itu sendiri.

Dalam menentukan ukuran city branding perlu adanya standar atau pendekatan, menurut Anholt dalam Ipsos (2020) penelitian terkait Ipsos Public Affairs: Anholt Ipsos Nation Brands Index (NBI) menyatakan bahwa citra yang kuat dan positif adalah suatu aset paling berharga pada zaman sekarang bagi suatu negara, kota, atau kawasan. Dimana pada tahun 1996, Simon Anholt menciptakan istilah nation branding dan city branding yang berfokus dalam bidang penelitian dan praktik terkait perumusan strategi citra kawasan tersebut. Dalam mengukur city branding terdapat indikator-indikator The Anholt Ipsos City Branding Index (CBI), dalam penilaian dan pemajuan reputasi suatu tempat untuk meningkatkan keberhasilan terdapat enam dimensi dalam mengukur city branding atau dikenal dengan Hexagonal City Branding.

Sehingga dari pendekatan tersebut, city branding dapat melakukan perubahan citra dari suatu kota bahkan salah satu objek dari suatu kota.

Kecamatan Balikpapan Kota memiliki tiga kelurahan yang terdapat titik permukiman kumuh serta satu kelurahan berpotensi kumuh tepatnya pada Kelurahan Klandasan Ilir pada permukiman pinggiran sungai. Permukiman kumuh pada Kecamatan Balikpapan Kota termasuk skala Lingkungan Prioritas I. Permasalahan yang terjadi terdiri dari beberapa indikator yakni ketidakteraturan dan kepadatan dari bangunan antar rumah; tidak terlayaninya cakupan dan kualitas jalan lingkungan; tidak terpenuhinya penyediaan air bersih dan air minum; saluran drainase yang tidak terpelihara; tidak memiliki fasilitas pengelolaan air limbah;

fasilitas pengelolaan jaringan persampahan yang tidak terpelihara; dan kurangnya pengamanan bahaya kebakaran (RP2KPKP Kota Balikpapan, 2017). Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu, dimana indikator prioritas dalam penentuan kondisi layak huni di Kota Balikpapan yang pertama ialah kebersihan dari lingkungan itu sendiri, sehingga sangat selinear terhadap kondisi yang ada pada permukiman pada kawasan perkotaan Kecamatan Balikpapan Kota (Sekar, 2016). Kawasan Permukiman Kecamatan Balikpapan Kota termasuk pada kawasan dengan tingkat kekumuhan ringan jika dilihat dari Keputusan Wali Kota Balikpapan Nomor 188.45-285 Tahun 2019.

Di Kota Balikpapan terdapat salah satu penerapan city branding dalam merubah citra dari suatu objek kawasan permukiman. Dilansir dalam Tribun Kaltim (2020), bahwa terdapat permukiman yang sebelumnya kumuh menjadi suatu kawasan objek wisata. Menurut hasil wawancara dengan Ketua RT.32 Kelurahan Klandasan Ilir Kota Balikpapan yang bernama Ibu

(4)

4 Sri Rahayu (2020), bahwa kampungnya telah berubah menjadi lebih baik dari pada sebelumnya. Hal ini berawal dari inisiatif ketua RT untuk membuatkan lomba Clean, Green, and Healthy (CGH) pada tahun 2018 bertepatan untuk merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia untuk lingkungan kampung mereka. Tujuan utama dilakukannya pembenahan ialah untuk memperbaiki lingkungan kawasan agar menjadi lebih nyaman untuk dihuni oleh masyarakat. Konsep warna-warni muncul dari arahan ketua RT, kemudian masyarakat mulai menata masing – masing blok perumahan. Kegiatan ini dikerjakan secara swadaya oleh masyarakat, lalu perlahan kampung ini tidak lagi kumuh dan menjadi salah satu destinasi baru wisata di Balikpapan berupa kampung wisata di tengah perkotaan dan pesisir Kota Balikpapan.

Sejak tahun 2018, berdasarkan Data Jumlah Pengunjung Kampung Wisata oleh Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata dari tahun 2018-2020 bahwa kawasan ini memiliki kenaikan dari jumlah wisatawan karena keunikan bangunan dan keindahan lanskap yang ditawarkan. Hal ini sesuai pernyaataan sebelumnya, bahwa terdapat penurunan kualitas permukiman pada kawasan permukiman Kecamatan Balikpapan Kota dan kampung tersebut merupakan bagian dari ruang lingkup penelitian sehingga memiliki karakteristik kawasan permukiman yang sama pada wilayah penelitian. Namun dari fenomena tersebut, terdapat sebuah potensi yang bisa didapatkan dan dikembangkan jika kualitas permukiman pada kawasan ditingkatkan.

Berdasarkan isu dan permasalahan yang terjadi bahwa berdasarkan penelitian García (2013), secara alamiah perkembangan hunian akan mengakibatkan bergesernya persepsi masyarakat terhadap kawasan dan menurunkan citra dari kawasan tersebut atau bisa dikatakan kawasan tidak memiliki esensi nilai branding kota pada Kecamatan Balikpapan Kota. Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan dan isu yang dijelaskan maka diperlukannya penelitian terkait analisa pengaruh nilai indeks branding di kawasan permukiman terhadap kualitas permukiman. Sehingga penelitian ini memiliki luaran dengan judul Kajian Pengaruh Dimensi Hexagonal City Branding Terhadap Kualitas Permukiman Pada Kawasan Peruntukan Permukiman di Kecamatan Balikpapan Kota, Kota Balikpapan.

1.2 Rumusan Masalah

Terdapat beberapa masalah yang terjadi pada Kawasan Permukiman Kecamatan Balikppan Kota antara lain:

1. Dalam RP2KPKP Kota Balikpapan Tahun 2017, dinyatakan bahwa permukiman yang mengalami penurunan kualitas dinyatakan kumuh. Kecamatan Balikpapan Kota memiliki urgensi yang sama dengan dua kecamatan lainnya (Kecamatan Balikpapan Barat dan Timur). Kecamatan Balikpapan Kota memiliki tiga kelurahan yang terdapat

(5)

titik permukiman kumuh serta satu kelurahan berpotensi kumuh tepatnya pada Kelurahan Klandasan Ilir pada permukiman pinggiran sungai. Permukiman kumuh pada Kecamatan Balikpapan Kota termasuk skala Lingkungan Prioritas I. Kawasan Permukiman Kecamatan Balikpapan Kota telah dimandatkan dalam Keputusan Wali Kota Balikpapan Nomor 188.45-285 Tahun 2019.

2. Kualitas lingkungan pada Kawasan Permukiman Kecamatan Balikpapan Kota tersebut masih kurang baik yang disebabkan oleh berbagai faktor. Hal ini telah disebutkan dalam Laporan Memorandum Program Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) Kota Balikpapan Tahun 2017, bahwasannya disebabkan karena beberapa perihal antara lain, ketidakteraturan dan kepadatan dari bangunan antar rumah; tidak terlayaninya cakupan dan kualitas jalan lingkungan; tidak terpenuhinya penyediaan air bersih dan air minum; saluran drainase yang tidak terpelihara; tidak memiliki fasilitas pengelolaan jaringan air limbah; fasilitas pengelolaan jaringan persampahan yang tidak terpelihara; dan kurangnya pengamanan bahaya kebakaran.

3. Secara alamiah perkembangan hunian akan mengakibatkan bergesernya persepsi masyarakat terhadap kawasan atau kawasan tidak memiliki esensi nilai branding kota pada Kawasan Permukiman Kecamatan Balikpapan Kota.

Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan, maka didapatkan rumusah masalah terkait peningkatan kualitas permukiman berdasarkan pendekatan branding dengan metode pendekatan Hexagonal City Branding. Sehingga didapatkan rumusan masalaha penelitian yakni “Bagaimana Kajian Pengaruh Dimensi Hexagonal City Branding Terhadap Kualitas Permukiman Pada Kawasan Peruntukan Permukiman di Kecamatan Balikpapan Kota, Kota Balikpapan?

1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah “Melakukan Kajian Pengaruh Dimensi Hexagonal City Branding Terhadap Kualitas Permukiman Pada Kawasan Peruntukan Permukiman di Kecamatan Balikpapan Kota, Kota Balikpapan”. Adapun dari tujuan diturunkan pada ketiga sasaran penelitian sebagai berikut,

1. Menganalisis Penilaian Dimensi Hexagonal City Branding Pada Kawasan Peruntukan Permukiman di Kecamatan Balikpapan Kota;

2. Menganalisis Penilaian Kualitas Permukiman Pada Kawasan Peruntukan Permukiman

(6)

6 di Kecamatan Balikpapan Kota; dan

3. Menganalisis Pengaruh Nilai Dimensi Hexagonal City Branding Terhadap Nilai Kualitas Permukiman Pada Kawasan Peruntukan Permukiman di Kecamatan Balikpapan Kota.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari ruang lingkup wilayah, ruang lingkup pembahasan, dan ruang lingkup substansi. Ruang lingkup penelitian ada pada penjelasan berikut.

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah atau lokasi penelitian yang dijadikan objek penelitian adalah Kawasan Peruntukan Permukiman di Kecamatan Balikpapan Kota. Dimana pada penelitian ini menggunakan ruang lingkup dari Setiap RT pada Kawasan Peruntukan Permukiman Kecamatan Balikpapan Kota. Jumlah RT pada Kawasan Peruntukan Permukiman di Kecamatan Balikpapan Kota berjumlah 131 RT dari 200 RT di Kecamatan Balikpapan Kota. Hal tersebut dilakukan berdasarkan batasan teori dan pendekatan pada penelitian ini. Kecamatan Balikpapan Kota terletak pada barat daya Kota Balikpapan dengan batas sebagai berikut.

Batas Utara : Kecamatan Balikpapan Tengah;

Batas Timur : Kelurahan Damai Bahagia dan Damai Baru, Kecamatan Balikpapan Selatan;

Batas Selatan : Selat Makassar; dan Batas Barat : Teluk Balikpapan;

Oleh karena itu maka, ruang lingkup wilayah penelitian disajikan dalam bentuk peta pada gambar 1.1 sebagai berikut.

(7)

Gambar 1. 1 Peta Ruang Lingkup Wilayah Penelitan

Sumber: RTRW Balikpapan, 2012-2032; BAPPEDALITBANG, 2016; dan Hasil Olah Data, 2021

(8)

8 1.4.2 Ruang Lingkup Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini yaitu mencakup teori-teori terkait pendekatan kualitas permukiman dan dimensi branding kota dengan pendekatan Hexagonal City Branding.

Pembahasannya mengenai tingkat pengaruh antara kedua pembahasan dalam menentukan nilai pengaruh upaya peningkatan kualitas permukiman dengan dimensi branding kota. Upaya yang dilakukan dari pengaruh tersebut ialah dengan melihat nilai pengaruh yang ada dari indeks branding kota terhadap nilai kualitas permukiman.

Penelitian ini menggunakan penilaian secara observasi kawasan dalam memenuhi data pada sasaran pertama dan kedua. Oleh karena itu, akan berkaitan dengan pertanyaan penelitian dan diperlukan untuk menjadi acuan dalam perumusan tujuan yakni Kajian Pengaruh Dimensi Hexagonal City Branding Terhadap Kualitas Permukiman Pada Kawasan Peruntukan Permukiman di Kecamatan Balikpapan Kota, Kota Balikpapan.

1.4.3 Ruang Lingkup Substansi

Ruang lingkup substansi dalam penelitian ini mencakup hal-hal materi pembahasan dan batasan variabel yang berkaitan perumusan Kajian Pengaruh Dimensi Hexagonal City Branding Terhadap Kualitas Permukiman Pada Kawasan Peruntukan Permukiman di Kecamatan Balikpapan Kota, Kota Balikpapan. Teori-teori yang terdapat dalam penelitian ini juga melalui pendekatan terhadap kualitas permukiman. Teori lainnya yang juga menjadi substansi, seperti kawasan permukiman, kualitas permukiman, branding kota, dan Hexagonal City Branding, serta modifikasi sesuai kebutuhan penelitian dan analisis-analisis yang akan dijadikan metodologi dalam penelitian ini.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat pada dunia pendidikan dan terlebih lagi kepada stakeholder terkait peningkatan kualitas permukiman di Kota Balikpapan. Terdapat manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut.

1.5.1 Manfaat Teoritis

Dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu perencanaan wilayah dan kota terkait studi perencanaan permukiman perkotaan khususnya dengan pendekatan branding kota yakni persepsi masyarakat terhadap kawasannya.

1.5.2 Manfaat Praktis

Memberikan alternatif atau ide strategi peningkatan permukiman kepada pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penanganan permukiman dengan pendekatan branding

(9)

kota di perkotaan Kota Balikpapan. Dari pendekatan yang digunakan akan menggambarkan karakteristik kawasan didominasi oleh fungsi kegiatan pada kawasan tersebut, sehingga dalam memberikan strategi kawasan permukiman akan mempertimbangkan persepsi masyarakat yang telah didapatkan dari potensi di kawasan tersebut.

1.6 Pola Pikir Penelitian

Berikut adalah pola pikir dalam bentuk kerangka penelitian Kajian Pengaruh Dimensi Hexagonal City Branding Terhadap Kualitas Permukiman Pada Kawasan Peruntukan Permukiman di Kecamatan Balikpapan Kota, Kota Balikpapan pada gambar 1.2.

Gambar 1. 2 Pola Pikir Penelitian Sumber: Analisa Penulis, 2021

Referensi

Dokumen terkait

4.1087 Ilmy Amiqoh Ilmu Administrasi Publik 4.1088 Dikhla Rif`A Ilmu Administrasi Publik 2.39 4.1089 Elfananda Istiqlalia Ilmu Administrasi Publik 4.1090 Hamida Condrowati Jayadi

Mitra Djamal FMIPA Detection of heavy metal compounds using surface enhanced Raman spectroscopy SERS substrate Program Staf Exchange dan Research Grant 9 Dr.. FMIPA Development of 2D