• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat ini kapasitas produksi biodiesel semakin meningkat, yang mana seiring peningkatan biodiesel akan meningkatkan kuantitas dari crude glycerol. Crude glycerol merupakan hasil produk samping biodiesel yang umumnya memiliki kemurnian yang rendah dan kandungan pengotor yang bervariasi tergantung dengan metode, jenis alkohol, dan katalis yang digunakan (Nurul Fitriah, 2017). Komponen pengotor yang terdapat pada crude glycerol harus dihilangkan agar kualitas gliserol meningkat dan memiliki nilai jual yang tinggi, dimana kadar kemurnian gliserol komersil menurut standar mutu SNI 06-1564-1995 yaitu >80% yang selanjutnya akan digunakan pada industri.. Berikut merupakan hasil peningkatan produksi biodiesel 3 tahun terakhir berdasarkan data (Rekonsilasi EBTKE, 2019) yakni:

Gambar 1. 1 Grafik Produksi Biodiesel

Gliserol merupakan bahan mentah yang biasanya digunakan pada produk farmasi sebagai pelarut bahan obat-obatan, kosmetik sebagai agen anti inflamasi, produk makanan sebagai pelarut untuk pemberian warna, pencegah kristalisasi gula pada permen dan es. Meskipun memiliki aplikasi yang luas, penggunaan crude glycerol dibatasi oleh tingkat kemurniannya, karena pengotor akan mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologisnya (Monteiro dkk.,2018). Untuk memenuhi

- 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000 7.000.000 8.000.000 9.000.000

2017 2018 2019

Volume(kL)

Tahun

(2)

2 kebutuhan gliserol di berbagai industri tidak didukung dengan banyaknya pasokan yang tersedia, dimana kebutuhan gliserol di Indonesia masih harus didatangkan dari luar negeri karena Indonesia sendiri masih belum terdapat pabrik yang memproduksi gliserol. Selain itu ditinjau dari aspek ekonomi, pemurnian gliserol dapat memberikan nilai tambah pada hasil produksinya, sedangkan jika ditinjau dari aspek lingkungan, pemurnian gliserol dapat mengurangi limbah yang dihasilkan dari produksi biodiesel, karena limbah biodiesel seringkali dibuang tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu, sehingga dapat mencemari lingkungan. Dari dua permasalahan diatas maka perlu dilakukan suatu upaya yakni dengan proses pemurnian crude glycerol lebih lanjut agar didapatkan kemurnian yang tinggi.

Proses pemurnian crude glycerol secara umum dapat dilakukan dengan proses distilasi, filtrasi, adsorpsi, pertukaran ion menggunakan resin dan ekstraksi.

Pemilihan metode yang sesuai didasarkan pada karakteristik crude glycerol yang akan dimurnikan. Ditijau berdasarkan penelitian (suseno,2019) dan (Ningsih,2019) bahwa kemurnian crude glycerol awal yang cukup tinggi >50%

akan lebih baik dilakukan proses pemurnian dengan perlakuan secara fisik tanpa perlu perlakuan secara kimia, sedangkan jika ditinjau berdasarkan penelitian (Mardiah,2013) bahwa kemurnian crude glycerol awal yang rendah akan lebih baik jika dilakukan proses pemurnian dengan perlakuan secara fisik dan kimia.

Selain itu metode kombinasi juga banyak digunakan dalam pemurnian, dengan harapan hasil kemurnian gliserol yang diperoleh lebih optimal. Telah dilakukan beberapa penelitian untuk mengurangi pengotor, khususnya pada crude glycerol yang merupakan produk samping biodiesel dengan proses adsorpsi. Adsorpsi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyerap senyawa pengotor yang terdapat pada crude glycerol dengan beberapa kelebihan yaitu dapat beroperasi pada temperature dan tekanan ambient, konsumsi energi yang rendah dan ketersediaan adsorben yang luas sehingga dapat menghemat biaya (Hunsom, 2015). Pada penelitian ini digunakan fly ash hasil dari limbah industri PLTU sebagai adsorben.

Limbah fly ash memiliki banyak kegunaan, tetapi penggunaan fly ash masih terbatas sebagai bahan campuran pembuat beton. Namun pemanfaatan fly ash sebagai adsorben telah banyak dikembangkan melalui penelitian seperti yang

(3)

3 dilakukan oleh (Chien Jung Lin,2005). Pada penelitian Chien Jung Lin, fly ash digunakan sebagai adsorben, hanya saja difokuskan untuk penyisihan logam berat.

Fly ash dapat dimanfaatkan sebagai adsorben karna pemanfaatannya cukup efektif dan biayanya murah. Selain itu fly ash memiliki keistimewahan dalam hal komposisinya, dengan kandungan utama fly ash berupa senyawa silika, alumina, serta beberapa oksida lainnya. Adapun senyawa tersebut memiliki kemampuan yang digunakan sebagai adsorben (Wardhana,2006). Namun permukaan partikel fly ash memiliki bentuk rantai glassy, sangat rapat dan stabil sehingga fly ash perlu diaktivasi terlebih dahulu untuk menghasilkan suatu ikatan polimer yang kuat (Suci,2019).

Berdasarkan penjelasan diatas maka dipilih proses pemurnian crude glycerol hasil dari produk samping biodiesel melalui proses adsorpsi fisik menggunakan fly ash sebagai adsorben. Variasi yang digunakan adalah massa adsorben dan waktu adsorpsi. Karakterisasi terhadap produk gliserol hasil pemurnian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif meliputi kadar gliserol, densitas, viskositas, kadar air, kadar abu, kadar MONG dan warna.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh variabel percobaan yakni massa adsorben dan waktu adsorpsi terhadap gliserol hasil pemurnian?

2. Bagaimana hasil karakterisasi gliserol hasil pemurnian?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari pengaruh variabel percobaan yakni massa adsorben dan waktu adsorpsi terhadap gliserol hasil pemurnian.

2. Menguji dan menganalisa hasil karakterisasi gliserol hasil pemurnian.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(4)

4 1. Memberikan informasi mengenai metode pemurnian gliserol dengan

memanfaatkan limbah fly ash sebagai adsorben.

2. Menyajikan informasi dari karakterisasi hasil pemurnian gliserol menggunakan fly ash sebagai adsorben dengan menggunakan metode adsorpsi.

3. Memberikan solusi masalah penanganan limbah fly ash dengan memanfaatkannya sebagai adsorben dalam pemurnian gliserol.

(5)

5 1.5. Kerangka Pemikiran Penelitian

Gambar 1. 2 Kerangka Penelitian

Proses Pemisahan Secara Fisik dalam

Pemurnian Crude Glycerol Hasil Produk

Samping Biodiesel dengan Fly Ash sebagai Adsorben Teknologi

Pemurnian

Ion Exchange (Nasir, 2019)

Filtrasi Membran (Dhabhai, 2016)

Distilasi Vakum (Suseno, 2019) Adsorpsi

Murah

Hemat Energi Kemurnian >95%

Harga resin mahal

Hemat Energi

Harga membran mahal

Produk kualitas baik

Konsumsi energi tinggi

Aktivator Adsorben

NaOH (Puspitarini dkk, 2019)

H2SO4 (Faradilla dkk, 2016)

HCl (Ningsih, 2019) KOH

Dapat menghasilkan ikatan yang kuat dengan

Si dan Al

Memerlukan suhu 450ºC selama 2 jam

Memerlukan suhu 105ºC selama 12 jam

Terbentuk ikatan yang lebih padat

Bersifat higroskopis yang dapat menyerap

kandugan air

Pengeringan pada 110ºC selama 34 jam

Mengurangi kandungan oksida alkali

Adsorben Karbon Aktif (Ardi, 2014)

Bentonit (Anzar, 2018)

Semen Putih (Lestari, 2015)

Menghilangkan zat warna

Menghilangkan kandungan logam

Hasil limbah, murah

Harus dilakukan pemanasan agar adsorpsi efektif

Ion alumunium dan silikanya dapat digantikan oleh magnesium dan besi Sebagai pemucat warna agar

lebih jernih

Fly Ash

Harga relatif mahal

Kemurnian yang didapat tidak terlalu tinggi

Digunakan untuk adsorbat bersifat anion

Referensi

Dokumen terkait

On the subject of girls the authors warn that young females are likely to be “unimpressed by your mastery of a game involving wizards, or your understanding of Morse Code.” Boys are

On the subject of girls the authors warn that young females are likely to be “unimpressed by your mastery of a game involving wizards, or your understanding of Morse Code.” Boys are