1 A. Latar Belakang
Anak secara secara garis besar merupakan manusia laki-laki atau perempuan yang belum mencapai tahap dewasa secara fisik dan mental, atau setidaknya belum mencapai masa pubertas. Dan anak dikategorikan berada pada usia-usia masa bayi hingga masa-masa sekolah dasar, atau bahkan hingga masa remaja tergantung penggolongannya (Husni, 2014). Perbedaan antara seorang anak dan seorang dewasa adalah seorang anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan yang paling pesat adalah di tiga tahun pertama kehidupan (Sullivan SA, 2015). Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur anak. Tidak saja menjadi besar secara fisik, tetapi ukuran dan struktur organ dalam tubuh dan otak meningkat. Anak tersebut memiliki kemampuan yang lebih besar untuk belajar, mengingat dan berfikir. Sedangkan perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif, yaitu perubahan-perubahan psikofisis yang merupakan hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi yang bersifat psikis dan fisik pada diri anak secara berkelanjutan, yang ditunjang oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan (Elizabeth B. Hurlock, 2014).
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan berat badan yaitu, faktor herediter (keturunan), pengetahuan ibu, nutrisi, masalah perilaku makan (Basic feeding rules), dan keadaan kesehatan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan
dalam masa pertumbuhan tersebut adalah faktor makan. Karena makan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, dengan makan tubuh mendapatkan nutrisi dan energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup. Oleh karena itu, orang tua harus terlebih dahulu mengajarkan anak aturan dasar makan (Basic feeding rules) di awal pemberian MPASI. Dengan memberikan makanan yang enak kaya akan rasa seperti (garam, gula, micin), bukan makanan yang hambar, agar anak lahap ketika makan. Pemberian makan tidak hanya sekedar kenyang, tetapi harus memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan itu sendiri, oleh karena itu perlu diberlakukan suatu aturan dalam cara memberikan makan pada anak terutama anak usia 12-36 bulan, karena anak usia 12-36 bulan sudah mulai bisa di ajarkan untuk makan sendiri dan makan bersama keluarga atau anggota keluarga lain walaupun mereka belum mampu dan masih harus sering di latih untuk makan sendiri (Manikam R, 2013).
Masalah yang mempengaruhi pertumbuhan pada anak yang sering orang tua keluhkan yaitu permasalahan berat badan kurang karena anak sulit makan. Sebagian orang tua masih beranggapan bahwa solusi sulit makan adalah pemberian vitamin/suplemen sehingga mereka seringkali meminta dokter untuk meresepkan vitamin penambah nafsu makan. Adapun sebagian besar orang tua sering kali membanding-bandingkan pertumbuhan anaknya dengan anak yang lain, contohnya membandingkan berat badan. Padahal, berat badannya masih dikategorikan baik.
Hanya saja orang tua yang terlalu mengkhawatirkan dan menyamakan pertumbuhan berat badan anaknya dengan anak lain. Di sisi lain, orang tua juga kurang penerapan aturan makan pada anak sehingga anak tidak bisa mengenal rasa lapar dan kenyang.
Bahwa menurut (Bonnin, 2015), masalah makan pada anak lebih banyak disebabkan oleh kurangnya perilaku makan, yang dapat diatasi dengan menerapkan makan. Basic feeding rules diciptalan oleh seorang profesor psikiatrik dan pediatrik dari Amerika Serikat yang bernama Irene Chatoor (Bonnin, 2015). Peraturan basic feeding rules ini terdiri dari : peraturan jadwal pemberian makan, lama makan, peraturan lingkungan yang kondusif untuk anak makan, sampai cara pemberian makan, baik dari jumlah porsi maupun urutan pemberian makan (Chatoor, 2014).
Aturan dasar makan (Basic feeding rules) itu sendiri harus dilakukan karena setelah diobservasi kebanyakan orang tua cenderung memberikan waktu makan pada anak lebih dari 30 menit dari waktu yang dianjurkan karena anak biasanya makan sambil bermain, menonton televisi atau gadget, yang memakan waktu lama. Memang sebetulnya ketika anak makan di alihkan dengan mainan, menonton televisi atau gadget, anak akan mau makan dan itulah kebanyakan cara orang tua untuk membujuk anaknya makan.
Berbagai alasan dan segala macam cara orang tua lakukan agar anak mau makan, ketika aturan makannya saja kurang diterapkan maka semakin anak tumbuh dewasa, semakin sulit anak untuk disiplin dalam hal makan. Salah satu contoh aturan dasar pemberian makan yaitu, waktu makan hanya 20-30 menit. Karena waktu itulah anak akan mengenal rasa lapar dan kenyang. Anak tidak boleh diberikan mainan atau menonton televisi saat makan karena, dari kebiasaan tersebut anak tidak bisa melatih otot-otot makannya dengan benar bahkan anak tidak menyadari bahwa ia sedang makan. Maka dari itu, anak harus belajar mengunyah dengan benar, menelan dengan benar, dan merespon setiap makanan yang masuk
dalam mulutnya. Apabila ada distraksi apapapun itu, contohnya menonton televisi atau gadget, anak tersebut akan fokus pada sesuatu yang menarik. Ketika tidak diberikan apa yang mereka inginkan, nantinya anak akan semakin sulit untuk makan. Karena kegagalan dalam penerapan basic feeding rules ini berpotensi mengakibatkan gangguan laju pertumbuhan berat badan (Husaini, 2015).
Laju pertumbuhan berat badan merupakan percepatan pertumbuhan berat badan yang dapat diukur menggunakan acuan dengan grafik dalam Kartu Menuju Sehat (KMS). Adapun kriteria laju pertumbuhan berat badan yaitu : jika berat badan baik berarti grafik berat badan tersebut lebih dari -2 sampai dengan 2 standar deviasi (SD). Jika berat badan kurang baik, grafik berat badan kurang dari -3 sampai dengan kurang dari -2 standar deviasi (SD). Pertumbuhan anak dapat di ketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan berikutnya dihubungkan dengan sebuah garis. Sehingga, orang tua tahu ketika berat badan anak turun dan berat badan anak naik setelah melakukan penerapan basic feeding rules.
Melakukan penerapan basic feeding rules pada anak di mulai dengan anak harus bisa membedakan rasa lapar dan kenyang, anak memiliki kesempatan makan 3 kali sehari dalam jarak waktu 3-4 jam, makan cemilan hanya boleh dua kali diluar jadwal makan, makan hanya boleh 30 menit, makan harus bersama- sama dengan keluarga dan tidak boleh makan sendiri, saat makan anak didudukan di high chair , saat makan tidak boleh anak di iming-imingi dengan mainan, televisi atau gadget , lingkungan yang menyengkan dan tidak boleh ada paksa untuk makan (penelitian
terdahulu, IDAI 2016). Orang tua juga sebaiknya bersama-sama ikut menerapkan aturan dasar praktik pemberian makan pada anak atau yang di sebut basic feeding rules ini, karena anak akan lebih mudah menerapkan aturan ini dengan meniru cara makan orang tuanya. Pada pengenalan basic feeding rules, terapis dapat menjelaskan prinsip dari regulasi eksternal dan internal. Tujuannya adalah anak akan makan karena adanya sinyal makan dari lingkungan luar (eksternal), seperti makan bersama keluarganya, dan juga mengenali sinyal makan dari dirinya sendiri (internal), misalnya rasa lapar dan kenyang (Baliwati, 2013).
Presentase orang tua di Indonesia pada tahun 2018 menunjukan bahwa 63 % orang tua berkonsultasi dengan beberapa dokter, mengeluhkan kesulitan menerapkan aturan makan pada anak sehingga anak sulit makan dan berat badannya kurang sesuai. Salah satu masalahnya yaitu tidak menerapkan perilaku makan yang kurang benar. Di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2019 melaporkan ke Dinas Kesehatan sebesar 40 % orang tua cenderung membujuk dan menenangkan anak dengan berbagai macam cara supaya anak mau makan. Dan bila anak tidak mau makan orang tua seringkali menggantinya dengan susu formula atau ASI secara berlebihan atau anak diiming-imingi mainan, menonton televisi atau gadget. Cara ini mengakibatkan anak selalu kenyang, tidak disiplin dalam hal makan, dan semakin sulit mengenal perilaku makan yang benar.
Orang tua yang berkonsultasi dengan dokter anak di Rumah Sakit Kartini dengan keluhan anak sulit makan dan berat badan tidak bertambah, mereka datang untuk berkonsultasi bagaimana cara mengatasinya. Ada juga beberapa orang tua yang mengkhawatirkan kenaikan berat badan anak, padahal berat badan anak
tersebut masih dikategorikan baik. Salah satu solusi yang dokter sering berikan kepada orang tua cenderung mereka harus mengenalkan perilaku makan kepada anak (Basic Feeding Rules). Karena memang setelah observasi, orang tua lah yang tidak menerapkan aturan dasar makan di awal dengan benar. Sehingga seiring bertambahnya usia anak, orang tua akan mengalami kesulitan dalam hal penerapan perilaku makan pada anak. Inilah alasan orang tua berkonsultasi dengan dokter anak di Rumah Sakit Kartini dan meminta solusi agar masalah makan pada anak bisa teratasi.
Rumah sakit Kartini merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Bandung Provinsi Jawa Barat yang melakukan pelayanan tindakan operatif.
Melakukan penelitian di Rumah Sakit Kartini karena adanya pelayanan kesehatan salah satunya terdapat poli anak sehat (khusus orang tua yang berkonsultasi masalah anak), banyaknya orang tua yang berkonsultasi masalah anak sulit makan. Dari banyaknya orang tua yang berkonsultasi mengenai masalah makan pada anak yang menyebabkan berat badan anak tidak naik, maka dari itu di haruskan adanya aturan dasar praktik pemberian makan. Aturan ini menerangkan bagaimana jadwal makan dan bagaimana menolong anak untuk belajar merasakan sinyal untuk makan.
Jumlah pasien saat ini dengan orang tua yang berkonsutasi mengenai masalah makan pada anak usia 12-36 bulan, yang berkunjung di bulan April 2022 dan berkunjung kembali di bulan Juli 2022 di Ruang Poli Anak Sehat Rumah Sakit Kartini terdapat 64 orang. Permasalahannya karena kurang penerapan aturan makan pada anak atau basic feeding rules, dan 1-2% memiliki masalah makan yang serius dan berkepanjangan (dr.Ricki R,SpA.CIMI).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul “Hubungan Antara Penerapan Basic Feeding Rules Dengan Laju Pertumbuhan Berat Badan Pada Anak Usia (12-36 Bulan) Di Rumah Sakit Kartini ”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan basic feeding rules berhubungan dengan laju pertumbuhan berat badan pada anak?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penerapan basic feeding rules dan laju pertumbuhan berat badan pada anak usia (12- 36 bulan).
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tentang penerapan basic feeding rules.
b. Mengidentifikasi laju pertumbuhan berat badan pada anak.
c. Menganalisis hubungan penerapan basic feeding rules dengan laju pertumbuhan berat badan di wilayah Rumah Sakit Kartini.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharap mampu menjadi referensi dan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penerapan basic feeding rules dengan laju pertumbuhan berat badan pada anak usia (12- 36 bulan).
2. Manfaat Praktisi a. Bagi peneliti
Penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk perencanaan meningkatkan pertumbuhan berat badan balita guna mewujudkan sumber daya manusia yang sehat.
b. Bagi pihak perguruan tinggi
Manfaat penelitian ini bagi pihak perguruan tinggi yaitu dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa terhadap penerapan basic feeding rules dan laju pertumbuhan berat badan yag baik pada anak usia (12-36 bulan).
c. Bagi Rumah Sakit
Manfaat penelitian ini bagi pihak Rumah Sakit yaitu data yang diperoleh dari peneliti dapat dijadikan suatu tolak ukur serta upaya Rumah Sakit dalam meningkatkan pengetahuan orang tua.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Agustus 2022. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit kartini. Materi dalam penelitian adalah keperawatan anak meliputi hubungan penerapan basic feeding rules dengan laju pertumbuhan berat badan pada anak usia (12-36 bulan).