• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) mengkategorikan remaja sebagai penduduk dengan umur 10 – 24 tahun dan belum pernah menikah (Fatkhiyah et al., 2020). Maka, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah periode perkembangan dari anak–anak ke dewasa awal yang mencakup perubahan baik secara fisik, sosial, kognitif, emosional dan mental yang berlangsung antara usia 10 hingga 24 tahun di mana masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri.

Remaja yang berusaha mencari jati dirinya (self identity) lebih lanjut menurut Erikson (Dupe, 2020) diperhadapkan dengan berbagai pertanyaan menyangkut keberadaan dirinya, siapa saya, akan menjadi apa saya, apa peran saya dalam keluarga, masyarakat, dan dalam kehidupan beragama. Jika remaja berhasil memahami dirinya, maka dia akan menemukan jati dirinya dan memiliki kepribadian yang sehat. Namun sebaliknya apabila gagal, maka remaja akan mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion), kurang dapat menyesuaikan diri, baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain.

Pemahaman remaja terhadap dirinya sendiri dapat disebut dengan konsep diri.

Konsep diri memiliki peranan penting dalam menentukan tingkah laku, karena konsep diri merupakan pandangan dan perasaan kita tentang diri

(2)

sendiri bersifat psikologis, sosial dan fisik. Perkembangan konsep diri individu di mulai dari usia muda dan akan terus berlanjut hingga sepanjang masa kehidupan, pada usia remaja terjadi perkembangan identitas apabila pada masa ini seseorang individu gagal melewati akan menyebabkan citra diri, gangguan perkembangan diri, harga diri rendah, perubahan identitas bahkan kebingungan peran yang berujung pada konsep diri yang negatif (Apriliyanti & Ridha, 2016).

Goni, dkk, 2011, dalam Akbar, 2020 menjelaskan konsep diri termasuk dalam referensi tentang bagaimana seseorang melihat diri sendiri, tidak hanya secara fisik maupun dari perspektif sosial, tetapi juga dalam yang paling pribadi seseorang yang menjadi bagian kehidupannya, sehingga konsep diri terbagi menjadi beberapa aspek, 1) Pemenuhan diri, yaitu bagaimana seseorang melihat diri mereka dalam kaitannya dengan mencapai tujuan dan tujuan hidup mereka, 2) Otonomi, persepsi sejauh mana setiap orang membuat keputusan tentang kehidupan mereka sesuai dengan kriteria mereka sendiri, 3) Kejujuran, sejauh mana seseorang menganggap dirinya jujur dan layak. 4) Konsep diri secara emosional, bagaimana orang melihat diri mereka dalam kaitannya dengan penyesuaian atau regulasi emosional (etis atau moral).

Menurut Candles, dalam Ranny, 2017 mengemukakan bahwa remaja memiliki penilaian diri sendiri tepat dan menampakkan kehidupan bahagia, karena dapat menerima keberadaan dirinya sendiri sebagaimana adanya, walaupun terkadang timbul perasaan tidak berarti, namun demikian pada

(3)

dasarnya mereka memiliki pandangan yang positif tetang diri mereka. Pada remaja yang memiliki konsep diri negatif menurut Nur Ekasari 2008, dalam Ranny 2017 mengungkapkan bahwa remaja yang memiliki konsep diri negatif merupakan remaja yang tidak baik terhadap dirinya sendiri, atau tidak dapat menerima keadaannya sendiri (Ranny, 2017).

Pada remaja yang tinggal di pusat pelayanan sosial atau yang disebut juga panti pemberdayaan sosial akan mengalami perubahan konsep diri, perubahan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor lingkungan, latar belakang keluarga, dan pendidikan. Remaja yang tinggal di pusat pelayanan sosial ini dapat dikatakan sebagai Remaja Penyandang Masalah Kesejahtaran Sosial (PMKS) yang selanjutnya disebut remaja PMKS.

Menurut Peratuaran Mentri Sosial Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disingkat PMKS adalah perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun sosial secara memadai dan wajar.

Berdasarkan Open data masalah kesejahteraan sosial ini mencapai 5.861.842 kasus yang melingkupi anak jalanan, anak terlantar, dan korban kekerasan yang tersebar diseluruh desa di Jawa Barat (Open Data Jabar, 2021). Dari tingginya masalah kesejahteraan sosial maka negara melakukan berbagai upaya penyelamatan terutama pada remaja guna menekan laju kasus

(4)

keterlantaran, salah satunya melalui Pusat Pelayanan Sosial Griya Binda Remaja (PPSGBR).

Unit Pelayanan Teknis Daerah Pusat Pelayanan Sosial Griya Bina Remaja Provinsi Jawa Barat yang kemudian disingkat UPTD PPSGBR, Dinas Sosial, Provinsi Jawa Barat ini, merupakan salah satu pusat pelayanan sosial yang berada di bawah pembinaan Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat.

remaja yang tinggal di pusat pelayanan ini terdiri dari 50 orang remaja yang dibina selama 5 bulan didalam asrama. Merujuk pada Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 75 tahun 2017 tentang tugas pokok, fungsi, rincian tugas unit dan tata kerja unit pelaksana teknis dinas di lingkungan Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, sasaran dari UPTD PPSGBR adalah remaja terlantar/putus sekolah yang berusia 17-21 tahun dan mewakili salah satu dari 11 kriteria keterlantaran, yaitu : Berasal dari keluarga fakir miskin, anak yang mengalami perlakuan salah, diterlantarkan orangtua/keluarga, kehilangan hak asuh orangtua/kelaurga, tidak pernah sekolah atau tidak sekolah lagi dan tidak tamat SMP, makan kurang dari 2x sehari, memiliki pakaian kurang dari 4 stel layak pakai, bila sakit tidak berobat, yatim/piatu/yatim piatu, tinggal bersama bukan orangtua kandung yang miskin.

Remaja yang tinggal di UPTD PPSGBR ini berasal dari beberapa kriteria keterlantaran/pada satu individu terdapat beberapa piilihan kriteria keterlantaran, dengan persentase 88% atau 44 orang dengan kriteria keluarga kurang mampu, 12% sisanya berasal dari remaja yang pernah mengalami kekerasan dalam keluarga (KDRT) yang mencapai 9 orang, diterlantarkan

(5)

orangtua 10 orang, kehilangan hak asuh orang tua mencapai 5 orang, kemudian remaja lulus SD terdapat 2 orang, remaja dengan makan kurang dari 2 kali sehari terdapat 5 orang, remaja yang memiliki pakaian kurang dari 4 stel hanya ada 2 orang, sedangkan remaja yang tidak pernah diobati dilayanan kesehatan terdapat 13 orang, remaja yang tergolong yatim/piatu/yatim piatu mencapai 8 orang, dan terakhir klien dengan kriteria keterlantaran bekerja pada saat usia dibawah 18 tahun ada 8 orang.

Berbagai latar belakang kriteria keterlantaran inilah menjadi salah satu faktor pembetuk konsep diri pada remaja, berdasarkan informasi yang didapatkan peneliti dari seorang sikolog yang bertugas di PPSGBR Dinas Sosial, Provinsi Jawa Barat mengenai konsep diri pada remaja PMKS khususnya anak terlantar dan putus sekolah di Pusat Pelayanan Sosial Griya Bina Remaja (PPSGBR) Provinsi Jawa Barat ini, masih mengindikasikan adanya konsep diri yang rendah. Hal ini ditunjukkan dengan sikap pernyataan remaja bahwa mereka tidak mengenal siapa dirinya yang sebenarnya, sehingga para remaja tidak memilki kompetensi sosial yang baik, cenderung menarik diri, dan malu untuk mengungkapkan pendapatnya sendiri.

Berdasarkan fenomena latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk mengangkat judul “Gambaran Konsep Diri pada Remaja Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di UPTD Panti Pemberdayaan Sosial Griya Bina Remaja Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat “

(6)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yakni bagaimanakah “Gambaran Konsep Diri pada Remaja Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di UPTD Panti Pemberdayaan Sosial Griya Bina Remaja Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat “.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Gambaran Konsep Diri pada Remaja Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di UPTD Panti Pemberdayaan Sosial Griya Bina Remaja Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Gambaran Konsep Diri pada Remaja Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di UPTD Panti Pemberdayaan Sosial Griya Bina Remaja Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat.

b. Mengidentifikasi empat skala konsep diri : Pemenuhan Diri, Otonomi, Kejujuran dan Konsep Diri Emosional pada Remaja Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di UPTD PPSGBR Provinsi Jawa Barat.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi dan sarana referensi untuk pengaplikasian ilmu yang telah di

(7)

dapat kepada pihak-pihak terkait serta menambah wawasan khususnya mengenai gambaran konsep diri remaja penyandang masalah kesejahteraan sosial di UPTD PPSGBR Provinsi Jawa Barat.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Responden

Bagi responden hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk memahami gambaran perkembangan mental/jiwa terutama konsep diri pada remaja.

b. Bagi UPTD PPSGBR Provinsi Jawa Barat

Bagi UPD PPSGBR Provinsi Jawa Barat penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi dalam menyusun perencanaan yang terkait dengan permasalahan Gambaran konsep diri remaja penyandang masalah kesejahteraan sosial di UPTD PPSGBR Provinsi Jawa Barat.

c. Bagi Pekerja Sosial di UPTD PPSGBR

Dari hasil penelitian ini diharapkan Peksos di UPTD PPSGBR sebagai pembimbing para remaja di panti pemberdayaan sosial ini mampu meningkatkan konsep diri para remaja.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Materi

Meninjau mengenai “Gambaran Konsep Diri Remaja Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di UPTD PPSGBR Provinsi Jawa Barat”

(8)

Penelitian ini termasuk dalam bidang keilmuan yang terkait dengan ilmu keperawatan jiwa, keperawatan anak dan keperawatan keluarga.

2. Ruang lingkup tempat dan waktu pelaksanaan

Ruang lingkup penelitian ini adalah Remaja di UPTD PPSGBR Provinsi Jawa Barat. Waktu penelitian pada bulan Juli-Agustus 2022.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

이에 필자는 첫째, 중국 전통 농업에 대한 강조, 둘째, 세계 농업사상 중국 고대 농업의 주도 지위 확보, 셋째, 고 대 농업구의 통합과 통일적다민족국가의 확립이라는 세 가지 측면을 서술의 특징으로 지적하였다.. 각국의 역사교과서는 한편으로는 자국민에게 민족의식의 고취와 국 가에 대한 자부심을 높이고, 애국심을 심어주는 기능을

Diah Imaningrum,