• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan organ reproduksi ini disebut involusi.1

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira- kira 6 minggu atau 42 hari. Namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.

Masa nifas, ibu membutuhkan latihan latihan tertentu yang dapat mempercepat proses involusi uterus.1 Sedangkan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah Bayi yang dilahirkan dengan berat yang kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intra uteri growth restriction).2

WHO menjelaskan bahwa sebesar 60 – 80% dari Angka Kematian Bayi (AKB) yang terjadi, disebabkan karena BBLR. BBLR mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami morbiditas dan mortalitas daripada bayi lahir yang memiliki berat badan normal. Masa kehamilan yang kurang dari 37 minggu dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada bayi karena pertumbuhan organ-organ yang berada dalam tubuhnya kurang sempurna.

Kemungkinan yang terjadi akan lebih buruk bila berat bayi semakin rendah. Semakin rendah berat badan bayi, maka semakin penting untuk memantau perkembangannya di minggu-minggu setelah kelahiran.3

(2)

Data badan kesehatan dunia (World Health Organization), menyatakan bahwa prevalensi bayi dengan BBLR di dunia yaitu 15,5% atau sekitar 20 juta bayi yang lahir setiap tahun, sekitar 96,5% diantaranya terjadi di negara berkembang (WHO, 2018). Upaya pengurangan bayi BBLR hingga 30% pada tahun 2025 mendatang dan sejauh ini sudah terjadi penurunan angka bayi BBLR dibandingkan dengan tahun 2012 sebelumnya yaitu sebesar 2,9%. Dengan hal ini, data tersebut menunjukkan telah terjadi pengurangan dari tahun 2012 hingga tahun 2019 yaitu dari 20 juta menjadi 14 juta bayi BBLR.3

Angka BBLR di Indonesia Nampak bervariasi , secara nasional berdasarkan analisis lanjut RISKESDAS 2018 angka BBLR adalah 6,2% prosentasi ini menurun jika dilihat dari hasil RISKESDAS tahun 2013 yang menunjukkan angka 10,2% , tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa BBLR masih menjadi penyebab angka kematian bayi atau AKB di Indonesia.2

Berdasarkan data dinas kesehatan Jawa Barat Kabupaten Garut menepati kedudukan ke-5 tertinggi dengan sejumlah 1786 bayi BBLR pada tahun 2021. RSUD Dr.Slamet Garut merupakan rumah sakit rujukan terbesar dikabupaten Garut dimana salah satu pelayanannya adalah neonatal, berdasarkan data dari rekam medik dan register Angka Kejadian Komplikasi pada Bayi Baru Lahir di Ruang Perinatologi RSUD Dr.Slamet Garut Periode Bulan Januari- Oktober 2021 menunjukan jumlah BBLR sebanyak 977 masalah pertama dengan angka tertingi sedangkan pada tahun 2021 ini di RSUD DR.Slamet Garut jumlah kematian BBLR sebanyak 174 bayi.

Salah satu indikator keberhasilan suatu negara dalam meningkatkan kesehatan masyarakat adalah dengan menurunnya angka kematian bayi (AKB). AKB merupakan banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam

(3)

1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB) adalah berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan yang memerlukan perhatian khusus di berbagai negara terutama pada negara berkembang atau negara dengan sosio-ekonomi rendah. 3

Perawatan BBLR merupakan hal yang kompleks dan membutuhkan infrastruktur yang mahal serta staf yang memiliki keahlian tinggi sehingga seringkali menjadi pegalaman yang sangat menganggu bagi keluarga. Oleh karena itu, perawatan terhadap bayi tersebut menjadi beban sosial dan kesehatan dinegara manapun. Analisis terkini menunjukkan bahwa sekitar 3 juta kematian bayi baru lahir dapat dicegah per tahun dengan menggunakan intervensi yang tidak mahal dan tepat guna. Salah satu intervensi tersebut adalah perawatan metode kangguru.4

Di Indonesia umumnya Rumah Sakit atau Klinik yang memiliki sarana inkubator yang lengkap masih terbatas jumlahnya. Selain itu penggunaan inkubator untuk merawat bayi BBLR memerlukan biaya yang tinggi. Akibat terbatasnya fasilitas inkubator, tidak jarang satu inkubator ditempati lebih dari satu bayi dan dapat meningkatkan terjadinya infeksi nosokomial dirumah sakit. Cara yang murah antara lain perawatan dengan menggunakan botol panas dan dibedung. Sayangnya, sebagai inkubator untuk mencegah bayi kedinginan (hipotermia) cara ini memiliki kekurangan karena sering berdampak buruk terhadap kondisi fisik bayi, seperti luka bakar akibat botol panas.4

Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi dan semakin banyak penelitian terkait dengan perawatan bayi BBLR, suhu bayi BBLR dapat diatasi dengan cara efektif yaitu mempertahankan suhu tubuh normal dengan sering memeluk dan menggendong bayi.

Ada satu cara yang disebut Metode Kangguru atau perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu

(4)

didekap ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu dengan cara selalu menggendongnya, sehingga metode ini sangat bermanfaat bagi BBLR untuk membantu pertumbuhannya dan menjadikan orangtua lebih percaya diri serta berperan aktif dalam merawat bayinya. 4

Metode kangguru adalah metode perawatan dini dengan sentuhan kulit ke kulit antara ibu dan bayi baru lahir dalam posisi seperti kangguru. Dengan metode ini mampu memenuhi kebutuhan asasi bayi baru lahir BBLR dengan menyediakan situasi dan kondisi yang mirip dengan rahim ibu, sehingga memberikan peluang untuk dapat beradaptasi dengan baik dengan dunia luar. Perawatan metode kangguru ini telah terbukti dapat meningkatkan berat badan bayi, menurunkan stess fisiologis ibu dan bayi serta memudahkan dan membantu keberhasilan pemberian ASI. 4

Penanganan umum perawatan BBLR setelah lahir adalah mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian minum dan pencegahan infeksi karena belum matangnya pusat pengatur panas di otak sehingga mudah terjadi stress dingin, sehingga perlu stimulasi khususnya dari ibu agar dapat membantu stabilitas pengaturan suhu bayi tersebut. Kontak kulit antara ibu dan bayi diketahui lebih efektif dalam meningkatkan panas tubuh bayi baru lahir dibandingkan perawatan incubator, karena bayi merasa aman dan nyaman dalam dekapan ibu.Bayi pada PMK merasa nyaman dan hangat dalam dekapan ibu sehingga tanda vital dapat lebih cepat stabil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perawatan metode kangguru lebih efektif dibandingkan dengan bayi dalam incubator. 23

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini penting untuk dilakukan, sehingga dapat menghindarkan bayi dari berbagai komplikasi yang dapat meningkatkan risiko kematian dan kesakitan selama kehidupan nya. Untuk itu pada kesempatan kali ini, penulis membuat

(5)

laporan tugas akhir terkait Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang Metode Kangguru pada Bayi BBLR di RSUD dr.Slamet Garut.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dengan tingginya angka kematian bayi, maka penulis dapat merumuskan masalah pada laopran tugas akhir ini adalah “Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang Metode Kangguru pada Bayi BBLR di RSUD dr.Slamet Garut Tahun 2022”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas mengenai metode kangguru pada bayi BBLR di RSUD dr.Slamet Garut Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas mengenai definisi metode kangguru pada bayi BBLR

b. Untuk mengetahui pegetahuan ibu nifas tentang manfaat metode kangguru pda bayi BBLR

c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang cara perawatan metode kangguru D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan mampu meningkatkan pembelajaran serta menjadikan acuan dan pedoman sesuai kompetensi yang ada guna memudahkan mahasiswa khususnya bidan dalam peningkatan pengetahuan dan wawasan yang lebih baik dalam bidang kesehatan.

(6)

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan edukasi dan diharapkan dapat menjadi tambahan kepustakaan.

E. Ruang Lingkup

Dengan banyaknya angka kejadian angka kematian bayi maka penulis membatasi masalah mengenai “Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang Metode Kangguru pada Bayi BBLR di RSUD dr.Slamet Garut Tahun 2022”.

Referensi

Dokumen terkait

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai