• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Demam berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ditemukan hampir di seluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan subtropik, baik sebagai penyakit endemik ataupun tidak.Hasil studi epidemiologi menunjukkan bahwa DBD menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur sekitar 15 tahun.

Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan dengan datangnya musim hujan, sehingga terjadi peningkatan aktivitas vektor Dengue pada musim hujan yang dapat menyebabkan penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pada manusia melalui vektor Aedes Aegypti (Putri,2013).

Penyakit DBD adalah penyakit infeksi oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan (shock) dan kematian, sampai sekarang penyakit DBD belum ditemukan obat maupun vaksinnya, sehingga satu-satunya cara untuk

(2)

mencegah terjadinya penyakit ini dengan memutuskan rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektor (Setiyawan dkk, 2019).

Vektor utama penyakit DBD di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti. Tempat perindukan yang disukai Ae. aegypti adalah genangan air yang terdapat dalam wadah tempat penampungan air artifisial misalnya drum, bak mandi, gentong, ember, dan sebagainya. Tempat penampungan air alamiah misalnya lubang pohon, daun pisang, pelepah daun keladi, lubang batu ataupun bukan tempat penampungan air misalnya vas bunga, ban bekas, botol bekas, tempat minum burung dan sebagainya (Murni dkk,2020).

Jumlah kasus demam berdarah dengue yang dilaporkan di Indonesia pada tahun 2019 sebanyak 112.954 kasus. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun 2018 sebesar 65.602 kasus. Jumlah kematian akibat demam berdarah dengue pada tahun 2019 juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2018 yaitu dari 467 menjadi 919 kematian, sedangkan hingga juli 2020 angka kesakitan mencapai 40 per 100.000 penduduk. Artinya terdapat 40 orang dari setiap 100.000 penduduk yang menderita penyakit DBD. Kementerian Kesehatan juga mencatat ada 103.781 kasus demam berdarah pada tahun 2020. Sebanyak 53,11% kasus DBD menyerang laki-laki dan 46,89% menyerang perempuan. Sedangkan kasus kematian mencapai 661 orang. Pada tahun 2021 kasus DBD menurun jika dibandingkan pada tahun 2019 dan 2020. Total kasus sementara sampai Oktober 2021, tercatat 37.646 kasus dengan angka kematian 361. Kemudian

(3)

pada tahun 2022 Kemenkes mencatat angka kesakitan pada tahun ini sebanyak 313 kasus sepanjang tiga pekan di januari 2022. Dari ratusan kasus yang terkonfirmasi DBD itu, 7 di antaranya meninggal dunia dan jumlah kasus suspek DBD mencapai 7.316 orang (Kemenkes RI, 2021).

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung mencatat bahwa selain covid- 19, penyakit DBD juga masih tinggi dan perlu diwaspadai penyebarannya.

Data Dinkes Kabupaten Bandung mencatat bahwa terjadi kenaikan kasus DBD di wilayah Kabupaten Bandung dalam rentang Agustus 2018 sampai Januari 2019, pada Agustus 2018 terjadi 28 kasus, September 135 kasus, Oktober 159 kasus, November 170 kasus, Desember 148 kasus dan sampai dengan 29 Januari terjadi 236 kasus. Kemudian pada tahun 2021, kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Bandung alami peningkatan kembali. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, kasus DBD Kabupaten Bandung selama dari Januari sampai Oktober 2021 yaitu 1.553 kasus. Sementara pada tahun 2020 kasus DBD sebanyak 1.228. Jumlah kematian karena kasus DBD per bulan di Kabupaten Bandung sampai dengan Juli 2021 itu sebanyak 20 orang. Dinkes Kabupaten Bandung juga mencatat terdapat 177 kasus pada tahun 2022, hal itu menunjukkan adanya peningkatan pada 2022 (Humas Pemkab Bandung, 2021).

WHO 2018 menyebutkan bahwa DBD merupakan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, penyakit ini sering ditemukan di daerah tropis dan subtropis di dunia. Wabah DBD biasanya akan mulai meningkat saat

(4)

pertengahan musim hujan, hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk karena meningkatnya curah hujan. Selain karena faktor cuaca penyakit DBD juga bisa disebabkan oleh faktor lingkungan, adapun hal lainnya yang dapat menyebabkan DBD adalah kebiasaan buruk masyarakat seperti kebiasaan menggantung baju (Putu dkk,2021).

Gejala awal DBD antara lain demam tinggi mendadak berlangsung sepanjang hari, nyeri kepala, nyeri saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung, kadang disertai adanya tanda-tanda perdarahan, pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan nyeri ulu hati, perdarahan saluran cerna, syok, hingga kematian. Masa inkubasi penyakit ini 3-14 hari, tetapi pada umumnya 4-7 hari. DBD menyerang pembuluh darah yang menyebabkan indikator trombosit turun drastis. Biasanya juga diikuti dengan adanya tanda-tanda syok, muntah bercampur darah, berak berwarna hitam, pendarahan dari hidung atau gusi, bintikbintik pendarahan di kulit (petekie).

(Kasmad dkk,2022). Salah satu dampak dari DBD yang harus diperhatikan adalah dehidrasi hal ini bisa terjadi akibat demam tinggi, muntah,nafsu makan menurun dan kebocoran plasma, jika tidak segera ditangani dengan benar, penderita dapat mengalami perdarahan yang dapat mengakibatkan syok hingga kematian (Prasetyo, 2021).

Mengingat kasus DBD yang akan terus meningkat pada tahun ke tahun Kemenkes merekomendasikan agar masyarakat melakukan upaya pencegahan penyakit DBD dengan cara Pemberantasan Sarang Nyamuk

(5)

(PSN) 3M Plus sebagai upaya untuk mencegah terjadinya DBD, dengan memberikan penyuluhan secara intensif kepada masyarakat tentang pentingnya pelaksanaan 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur).

Gerakan 3M merupakan cara ampuh untuk menekan angka penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (Oroh dkk, 2020).

Gerakan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah untuk mencegah penyakit DBD. Gerakan PSN DBD merupakan bagian terpenting dari kesehatan upaya pemberantasan penyakit DBD, dan merupakan bagian dari upaya mewujudkan kebersihan lingkungan serta perilaku sehat dalam rangka mencapai masyarakat dan keluarga sejahtera. Menurut Kemenkes RI, 2019, upaya pencegahan DBD yang dilakukan melalui program ini berupa: Menguras, yaitu membersihkan/menguras tempat yang dijadikan penampungan air seperti bak mandi, kendi, toren, drum, dan penampungan air lainnya. Tempat penampungan air harus digosok bersih hingga ke dinding penampungan untuk memberantas nyamuk hingga ke telurnya.

Kegiatan ini harus dilakukan setiap hari untuk memutus siklus hidup nyamuk yang dapat bertahan di tempat kering selama 6 bulan; Menutup, yaitu menutup rapat tempat-tempat yang menjadi penampungan air seperti bak mandi, toren air, kendi, dan tempat penampungan air lainnya. Kegiatan ini juga termasuk dengan mengubur barang bekas di dalam tanah agar tidak membuat lingkungan kotor dan berpotensi menjadi sarang nyamuk;

Memanfaatkan kembali barang bekas, yang dimaksud di sini adalah

(6)

memanfaatkan kembali barang bekas yang dapat didaur ulang terutama barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakkan nyamuk.

Sedangkan Plus dalam program ini adalah kegiatan-kegiatan pencegahan DBD seperti, Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, Menggunakan obat anti nyamuk, Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi untuk mencegah masuknya nyamuk ke dalam rumah, Meletakkan pakaian bekas pakai ke dalam wadah yang tertutup dan Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar serta memeriksanya secara berkala.

Upaya yang efektif dilakukan untuk mencegah dan membatasi penyebaran penyakit DBD adalah setiap keluarga melaksanakan 3M Plus minimal sekali seminggu secara rutin agar setiap rumah bebas jentik nyamuk Aedes Aegypti. Permasalahannya adalah pelaksanaan 3M Plus belum menjadi budaya masyarakat luas karena itu peranan kader dan tokoh masyarakat untuk menjadi panutan dan menggerakkan setiap keluarga untuk melaksanakan 3M Plus secara rutin sangat penting. Menurut Andriyani (2016), hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : Usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan dan dukungan keluarga yang menyangkut dengan perubahan perilaku.

Kabupaten Bandung merupakan salah satu daerah yang padat penduduk khusunya di Kecamatan Katapang yang memiliki penduduk kurang lebih 134.191 ribu, Katapang juga merupakan daerah yang masih banyak persawahannya terutama di daerah KP Leuweung Kaleng,

(7)

berdasarkan data yang didapatkan dari kader RW 04 KP Leweung Kaleng tercatat bahwa dalam 3 bulan terakhir angka kesakitan karena demam berdarah adalah sebanyak 20 orang, sedangkan untuk angka kematiannya sebanyak 4 orang.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan kepada keluarga di RW 04 KP Leweung Kaleng pada tanggal 18-20 April 2022 dengan teknik wawancara langsung ke tempat penelitian, di dapatkan hasil wawancara dengan 10 keluarga mengenai pengetahuan dan sikap keluarga terhadap penerapan 3M Plus dapat dikatakan cukup baik, tetapi untuk perilaku dalam penerapan 3M Plus masih terlihat beberapa keluarga yang masih kurang baik dalam menerapkan perilaku 3M Plus seperti kebiasaan menggantungkan pakaian, perlakuan terhadap tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, ember, dispenser, tampungan air pada belakang kulkas, drum dan vas bunga masih belum benar, sehingga penerapan perilaku 3M Plus ini masih rendah.

Pada salah satu keluarga pada saat wawancara mengatakan bahwa di Kampung Leweung Kaleng ini jarang sekali didatangi petugas kesehatan setempat. Warga berharap kontribusi dari pihak puskesmas lebih ditingkatkan lagi agar warga sekitar semakin terdorong untuk melakukan perilaku hidup bersih. Mengingat besarnya dampak dari tidak melakukan perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan lingkungan keluarga maka peneliti tertarik untuk meneliti “Gambaran Perilaku Penerapan 3M Plus Dalam Mencegah Demam Berdarah (Dengue) Pada Keluarga di Wilayah KP. Leweung Kaleng RW 04 Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung”.

(8)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka rumusan masalah penelitian yaitu Bagaimana “Gambaran Perilaku Penerapan 3M Plus Dalam Mencegah Demam Berdarah (Dengue) Pada Keluarga di Wilayah KP. Leweung Kaleng RW 04 Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung” ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui “Gambaran Perilaku Penerapan 3M Plus Dalam Mencegah Demam Berdarah (Dengue) Pada Keluarga di Wilayah KP. Leweung Kaleng Rw 04 Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung”.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden

b. Mengidentifikasi perilaku pada keluarga RW 04 tentang 3M Plus D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, menambah bahan kajian khususnya mengenai penerapan 3M Plus dalam mencegah penyakit DBD. Serta sebagai referensi bagi penelitian lain yang berhubungan dengan penerapan perilaku 3M Plus.

(9)

2. Manfaat praktis

a. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai pembelajaran untuk perawat agar lebih memahami tentang pentingnya mencegah wabah DBD dengan benar terhadap masyarakat guna meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di masyarakat.

b. Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pada keluarga mengenai Gambaran Perilaku penerapan 3M Plus dalam Mencegah Demam Berdarah

c. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan data dan informasi dasar untuk Studi Kasus selanjutnya dan sebagai referensi untuk dapat menindak lanjuti Studi Kasus mengenai Gambaran Perilaku penerapan 3M Plus dalam Mencegah Demam Berdarah.

d. Bagi Peneliti

Dapat memberikan pengalaman belajar, menambah wawasan dan pengetahuan dalam melakukan penelitian Gambaran Perilaku penerapan 3M Plus dalam Mencegah Demam Berdarah.

(10)

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Waktu

Ruang lingkup Waktu dalam penelitian ini dilakukan pada Bulan Maret – Juni 2022.

2. Ruang Lingkup Tempat

Ruang lingkup Tempat dalam penelitian ini dilakukan di Wilayah Kampung Leweung Kaleng RW 04 Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung.

3. Ruang Lingkup Materi

Ruang Lingkup Materi dalam penelitian ini adalah Keperawatan Komunitas dan Keluarga.

Referensi

Dokumen terkait

Menyusun Jadwal (Create Schedule) Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 04-20 April 2022 yang dilakukan peneliti di TK Aisyiyah Bustanul Athfal