• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam penglihatan manusia terdapat juga bentuk kelainan penglihatan, salah satunya yaitu Miopia yang merupakan anomali refraksi pada mata di mana titik fokus bayangan jatuh di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat di jelaskan pada kondisi refraksi dimana cahaya yang sejajar akan difokuskan oleh mata di depan retina.

Miopia berasal dari istilah "muopia" yang dalam bahasa Yunani, berarti menutup mata. Miopia merupakan manifestasi kabur pada jarak baca jauh istilah populernya: nearsightedness "rabun jauh". Penglihatan jarak jauh dapat dipulihkan dengan menerapkan lensa minus (cekung) yang tepat atau lensa kontak sesuai ukuran atau prosedur dimana modifikasi daya bias kornea berkurang. Miopia adalah masalah yang sangat signifikan, bukan hanya karena tingginya prevalensi, tetapi juga karena dapat berkontribusi pada morbiditas visual dan meningkatkan risiko kondisi yang mengancam penglihatan (mis., retina detasemen, dan glaukoma). Karena Miopia dikaitkan dengan berkurang penglihatan jarak tanpa koreksi, itu bisa menjadi faktor pembatas dalam pilihan pekerjaan.

(2)

Secara global WHO memperkirakan bahwa lebih dari 285 juta orang di dunia memiliki gangguan penglihatan dan 42% dari ini disebabkan oleh kesalahan bias yang tidak dikoreksi. Prevalensi miopia dan miopia tinggi meningkat secara global pada tingkat yang mengkhawatirkan, dengan peningkatan signifikan dalam risiko gangguan penglihatan dari kondisi patologis yang terkait dengan miopia tinggi, termasuk kerusakan retina, katarak dan glaukoma. Dampak miopia sulit ditentukan, karena tidak ada definisi standar miopia dan miopia tinggi, dan pengakuan bahwa miopia dapat menyebabkan gangguan penglihatan dibatasi oleh tidak adanya kategori penyakit retina miopia yang jelas yang menyebabkan gangguan penglihatan permanen. (World Health Organization , 2015-2017).

Survey Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2017. Kelainan refraksi merupakan permasalahan okular yang paling sering ditemukan di seluruh dunia.

Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi merupakan penyebab utama gangguan penglihatan di dunia, atau mencakup 53% dari seluruh penyebab gangguan penglihatan derajat sedang dan berat. Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi merupakan penyebab terbanyak kedua kebutaan setelah katarak, atau sebanyak 21% dari seluruh penyebab kebutaan di dunia pada tahun 2015.

(3)

Miopia yang tidak terkoreksi mencegah individu dari melihat benda yang jauh dengan jelas. Selain itu, kondisi segmen posterior berubah dari mata rabun beresiko untuk pengembangan mata lainnya. Faktor risiko penting untuk pengembangan Miopia sederhana adalah riwayat keluarga Miopia. Faktor risiko terjadinya Miopia adalah faktor keturunan dan faktor lingkungan. Sehingga diperlukan adanya studi faktor risiko dalam upayah pencegahan Miopia, (Wulandari, 2018).

Dalam beberapa kasus Miopia semu, jarak tanpa bantuan penglihatan dapat ditingkatkan dengan terapi penglihatan. Prevalensi Miopia bervariasi sesuai usia dan faktor lainnya. Prevalensi Miopia meningkat pada kelompok usia sekolah dan dewasa muda di Amerika Serikat dan negara maju. (American Optometric Association, 2006).

Sekitar 23.7% anak-anak dengan orang tua yang menderita miopia dan membaca lebih dari dua buku dalam satu minggu mempunyai mata dengan panjang aksial 0.7 mm (miopia berat) berbanding 2.5% anak-anak tanpa kedua orang tua menderita miopia dan membaca dua atau kurang buku dalam satu minggu. Selain itu, anak-anak yang banyak menghabiskan waktu dengan aktivitas luar mempunyai risiko yang rendah terkena miopia.

(4)

Upaya pencegahan myopia dapat diawali dengan mengidentifikasi faktor risiko terjadinya miopia. Salah satu faktor ekstrinsik yang berpengaruh dalam perkembangan miopia adalah aktivitas melihat dekat atau nearwork dan kurangnya aktifitas di luar ruang. Adanya kemajuan teknologi dan telekomunikasi, seperti televisi, komputer, video game, dan lain-lain, secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan aktivitas melihat dekat. Peneliti dari Chinese University of Hong Kong mengamati anak yang banyak menghabiskan waktunya pada aktivitasaktivitas jarak dekat (nearwork activity) seperti belajar, membaca, menggunakan komputer, bermain video game, dan menonton televisi. Tingginya akses terhadap anak terhadap media visual ini apabila tidak diimbangi dengan pengawasan ketat terhadap perilaku berisiko seperti jarak melihat yang terlalu dekat saat membaca atau menggunakan media visual serta istirahat yang kurang dapat meningkatkan terjadinya miopia pada anak sekolah (Huang, Chang, & Wu, 2015).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah prevalensi Kejadian Miopia pada Anak Sekolah Dasar’’?

(5)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini adalah untuk mengetahui Prevalensi kejadian kelainan refraksi khususnya Prevalensi Kejadian Miopia pada rentang usia anak Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan gambaran informasi dan pengetahuan tentang Prevalensi Kejadian Miopia pada rentang usia Anak Sekolah Dasar.

2. Manfaat Praktisi

a. Manfaat bagi Institusi

Dengan hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi terbaru bagi dunia keilmuan dan menjadi manfaat sebagai salah satu referensi penelitian dan kepustakaan.

b. Manfaat bagi Peneliti Selanjutnya

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan terbaru mengenai Prevalensi Kejadian Miopia pada rentang usia Anak Sekolah Dasar serta dapat mengaplikasikan di tempat kerja.

(6)

E. Ruang Lingkup penelitian

1. Lingkup Masalah

Masalah yang akan diteliti dibatasi dengan masalah mengenai angka kejadian Miopia, prevalensi serta kecenderungn gender yang dialami pada Anak Sekolah Dasar.

2. Lingkup Keilmuan

Penelitian ini merupakan bidang keilmuan Refraksi Optisi khususnya ilmu Refraksi Klinik, fisiologi persepsi dan penglihatan, Metodologi Penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Standar Luas Ruang Kerja Kantor Pemerintahan .... 19 Tabel 2.2 Persyaratan Tata Bangunan dan