BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) keluarga berencana merupakan tindakan seseorang atau pasangan suami istri untuk mencegah kelahiran yang tidak diinginkan, menentukan jumlah anak yang diinginkan dan mengatur jarak kehamilan. Program KB bertujuan untuk menjarangkan kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi. Metode-metode kontrasepsi yang ada di Indonesia saat ini meliputi Metode Amenore Laktasi (MAL), Keluarga Berencana Alamiah (KBA), kontrasepsi progestin, senggama terputus, metode barier, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), kontrasepsi kombinasi, dan kontrasepsi mantap.1
Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu 249 juta. Di antara negara ASEAN, Indonesia dengan luas wilayah terbesar tetap menjadi negara dengan penduduk terbanyak, jauh di atas 9 anggota negara lain.2 Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berdasarkan data dan informasi (Dukcapil) kementerian dalam negeri mencatat jumlah penduduk Indonesia mencapai 275,36 juta jiwa pada bulan Juni 2022. Jumlah tersebut bertambah 1,48 juta jiwa (0,54%) dibandingkan dengan bulan Desember 2021.
Jawa Barat tercatat sebagai provinsi dengan penduduk terbanyak, yaitu sebanyak 48,64 juta jiwa (17,66%) dari total penduduk Indonesia.
Masalah Kependudukan merupakan salah satu masalah bagi setiap negara termasuk Indonesia. Dengan laju pertumbuhan yang cukup tinggi, persebaran penduduk yang tidak merata dan kualitas sumber daya manusia yang harus ditingkatkan. Laju pertumbuhan penduduk ditentukan oleh tingkat kelahiran dan kematian, adanya perbaikan pelayanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian penduduk rendah, sedangkan laju tingkat kelahiran tetap tinggi hal ini merupakan penyebab utama ledakan jumlah penduduk. Semakin besar persentase kenaikan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) maka semakin tinggi jumlah penduduknya.
Kenaikan tersebut akan membawa dampak bagi negara Indonesia.3
Salah satu upaya pemerintah untuk menanggulangi laju pertumbuhan penduduk yaitu dengan cara menurunkan angka kelahiran dengan penerapan program Keluarga Berencana (KB). Program KB yang ditujukan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dengan mengajak seluruh masyarakat pasangan usia subur untuk menjadi akseptor KB. Selain untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, program KB juga untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil yang berkualitas, menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan untuk mempersiapkan kehidupan dalam mendukung upaya peningkatan kualitas generasi mendatang. 4
Berdasarkan data WHO bahwa penggunaan kontrasepsi tertinggi terjadi peningkatan berada di Negara Asia dan Amerika Latin, dan terendah di Sub-Sahara Afrika. Di Afrika dari 23,6% menjadi 28,5%, di Asia telah meningkat sedikit dari 60,9% menjadi 61,8%, sedangkan di Amerika Latin dan Karibia tetap stabil pada
66,7%. Menurut BKKBN, pengguna kontrasepsi di antara pasangan usia subur tahun 2019 sebesar 62,5% mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 63,27%. Hasil SDKI tahun 2017 juga menunjukkan angka yang lebih tinggi pada KB aktif yaitu sebesar 63,6%.5
Berdasarkan dari data BKKBN 2019, di Indonesia jumlah pasangan usia subur dan peserta KB aktif sampai bulan September 2019 yang menggunakan jenis kontrasepsi Intra Uterine Devices (IUD) sebanyak 7,4%. Pada umumnya masyarakat memilih metode non MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), sehingga metode KB MKJP seperti IUD, Implant, Medis Operatif Pria (MOP) dan Medis Operatif Wanita (MOW) kurang diminati.6 Jumlah pasangan usia subur dan peserta KB aktif sampai bulan September 2019 di Provinsi Jawa Barat yaitu 7.964.494. Pasangan usia subur yang menjadi akseptor KB IUD (9,2%), dengan total jumlah 5.324.322. Jumlah peserta KB aktif di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2018 yang menggunakan kontrasepsi IUD (10,7%).6 Jumlah akseptor KB IUD di wilayah kerja PMB Bidan W pada tahun 2022 sebesar (16%).
Dari data profil kesehatan 2018, memperlihatkan masih rendahnya pengunaan MKJP di karenakan masih rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai kelebihan dari metode MKJP dan keterbatasan jumlah tenaga terlatih serta sarana yang ada. Dari keseluruhan jumlah peserta KB modern, hanya 17,8% diantaranya yang menggunakan KB MKJP, lainnya penggunaan non MKJP. 7
Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Honglianta R. Saragih bahwa ada hubungan pengetahuan ibu pasangan usia subur dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD, responden dengan kategori pengetahuan cukup yaitu 33 orang (34%), kategori tidak menggunakan IUD yaitu 33 orang (34%) dan menggunakan IUD yaitu 6 orang (6,2%). Berdasarkan hasil uji chi square dengan nilai signifikansi yaitu 0,001 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. 1 Rendahnya penggunaan IUD salah satunya dipengaruhi kurangnya pengetahuan akseptor tentang kelebihan dari metode kontrasepsi IUD dan lebih mengetahui efek samping dari IUD.
Menurut penelitian Ita Arbaiyah dkk, diketahui bahwa banyaknya responden memiliki pengetahuan kurang disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan seperti Puskesmas sehingga informasi mengenai IUD tidak diketahui responden selain itu banyaknya responden memiliki pendidikan terakhir SMA.7
Beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang tidak menggunakan kontrasepsi antara lain, faktor predisposisi yaitu pengetahuan, sikap dan unsur- unsur lain yang ada didalam individu.8 Menurut penelitian Bella Rahayu, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (p=0,000). Hasil ini sesuai dengan teori Budiman & Riyanto, yang mengatakan bahwa ada hubungan langsung antara sikap dan perilaku seseorang. Apabila seseorang memiliki sikap yang positif terhadap sesuatu, bukan berarti perilakunya juga positif. Namun, jika sikap yang negatif cenderung perilakunya akan negatif pula.9
Pengetahuan memiliki hubungan yang signifkan dengan penggunaan alat kontrasepsi, semakin baik pengetahuan seseorang maka semakin rasional seseorang dalam menggunakan kontrasepsi. Selain itu tingginya tingkat pendidikan seseorang akan mendukung, mempercepat dalam penerimaan informasi KB pada pasangan usia subur. Informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan membantu klien dalam memilih dan menentukan jenis kontrasepsi yang dipakai. Informasi yang baik akan memberikan kepuasan klien pada penggunaan kontrasepsi yang lebih lama lagi sehingga meningkatkan pengguna KB.8
Rendahnya pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi IUD disebabkan oleh kurangnya informasi tentang manfaat menggunakan kontrasepsi IUD sehingga sikap pasangan usia subur dalam memilih IUD masih sangat rendah yang berdampak pada tindakan dalam pemilihan kontrasepsi IUD. Keadaan tersebut sangat mempengaruhi keputusan pasangan usia subur untuk menggunakan kontrasepsi IUD.10
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan diwilayah kerja PMB W pada tanggal 21 Maret 2023. Dari 10 wanita pasangan usia subur didapatkan 7 wanita pasangan usia subur tidak mengetahui tentang KB IUD yaitu : pengertian, manfaat, kelemahan, efek samping, indikasi dan kontra indikasi, 3 wanita pasangan usia subur mengetahui tentang kontrasepsi IUD. 7 wanita pasangan usia subur memiliki sikap yang negatif tentang kontrasepsi IUD dimana wanita pasangan usia subur menganggap kontrasepsi IUD hal yang menakutkan. 3 wanita pasangan usia subur menganggap bahwa kontrasepsi IUD salah satu kontrasepsi yang sangat efektif, tidak mempunyai efek samping hormonal, dapat digunakan dalam metode
jangka panjang dan hanya sekali pemasangan. Dari 3 orang wanita pasangan usia subur alasan menggunakan kontrasepsi IUD yaitu, tidak mengganggu produksi ASI, tidak perlu bolak balik ke fasilitas kesehatan, tidak terjadi kenaikan berat badan dan adanya dukungan dari suami.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap pada wanita pasangan usia subur dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD di PMB W Kabupaten Bandung Barat tahun 2023.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah, apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap pada wanita pasangan usia subur dengan pemilihan kontrasepsi IUD di PMB W?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap pada wanita pasangan usia subur dengan pemilihan kontrasepsi IUD di PMB W
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan wanita pasangan usia subur mengenai kontrasepsi IUD
b. Untuk mengetahui sikap wanita pasangan usia subur mengenai kontrasepsi IUD
c. Untuk mengetahui pemilihan kontrasepsi IUD pada wanita pasangan usia subur
d. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan pada wanita pasangan usia subur dengan pemilihan kontrasepsi IUD
e. Untuk menganalisis hubungan sikap pada wanita pasangan usia subur dengan pemilihan kontrasepsi IUD
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu seputar kontrasepsi IUD pada wanita pasangan usia subur.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengguna akseptor KB IUD pada wanita pasangan usia subur, dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan bagi penulis dalam menganalisis Laporan Tugas Akhir ini.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kebidanan ini di fokuskan terhadap wanita pasangan usia subur karena masih rendahnya pengguna alat kontrasepsi jangka panjang salah satunya IUD di Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini didasari dari ilmu kebidanan dengan lingkup asuhan kebidanan.