• Tidak ada hasil yang ditemukan

bab i pendahuluan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "bab i pendahuluan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas hidup sumber daya manusia, menurut Kementerian Kesehatan yang tertulis dalam Undang-undang No. 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut Badan Kesehatan Dunia/WHO (World Health Organization) tahun 1948 mendefinisikan kesehatan sebagai suatu keadaan fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau pun kelemahan.

Salah satu program pemerintah dalam upaya meningkatkan kesehatan di Indonesia melalui Program Indonesia Sehat dari agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan, semuanya ditujukan sebagai upaya dalam mewujudkan keluarga-keluarga sehat.

(2)

Keluarga menurut Undang-undang No. 52 Tahun 2009 Bab 1 Pasal 1 ayat 6 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan menyebutkan keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dengan anak (duda) atau ibu dengan anaknya (janda). Allender & Spradley, (1997) dalam buku H.M. Abi Muhsin (2012) memberikan alasan mengapa keluarga menjadi penting, karena keluarga sebagai sistem membutuhkan pelayanan kesehatan seperti halnya individu agar dapat melakukan tugas sesuai perkembangannya.

Menurut Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012 salah satu masalah kesehatan yang ada pada keluarga adalah Penyakit Tidak Menular (PTM) yang menjadi penyebab utama kematian secara global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular. PTM juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM, sedangkan di negara- negara maju, menyebabkan 13% kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab terbesar (39%).

(3)

Berdasarkan the Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, 58 juta penduduk Amerika (29% populasi) menderita tekanan darah tinggi, atau hipertensi (Chobanian et al., 2003) Action Plan For High Blood Pressure (2012). Menurut Asosiasi Jantung Amerika (2005), kira- kira empat dari 10 orang Amerika-Afrika menderita tekanan darah tinggi.

Menurut DATIN tahun 2015, sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia.

Berdasarkan profil kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2016 di Jawa Barat ditemukan 790.382 orang kasus hipertensi (2,46% terhadap jumlah penduduk ≥ 18 tahun), dengan jumlah kasus yang diperiksa sebanyak 8.029.245 orang, tersebar di 26 Kabupaten/Kota, dan hanya 1 Kabupaten/Kota (Kab. Bandung Barat) tidak melaporkan kasus hipertensi. Dalam JSK volume 3 nomor 4 tahun 2018 hasil penelitian yang dikutip oleh Cindy Cahya Adhania dari Dinas Kesehatan Kota Bandung menunjukkan bahwa penyakit dengan jumlah kasus terbanyak pada kategori penyakit sistem pembuluh darah adalah hipertensi primer, prevalensi tertinggi dengan angka 10,41%. Berdasarkan profil kesehatan

(4)

Kota Bandung, pada tahun 2015 tercatat 1.799.591 kunjungan rawat jalan di Puskesmas wilayah Kota Bandung.

Penyakit hipertensi juga menjadi penyakit yang paling banyak ditemukan di Puskesmas Ibrahim Adjie, pada tahun 2018 dalam laporan tahunan tercatat data sebanyak 4,63% kasus hipertensi baru ditemukan dari hasil penjaringan di wilayah kerja puskesmas yaitu wilayah Cibangkong, Kebon Waru dan Kebon Gedang. Sebanyak 58% merupakan kelompok usia 60-69 tahun, 19% kelompok usia diatas 70 tahun dan 23% merupakan kelompok usia 50-59 tahun. Data tersebut menunjukkan bahwa hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak ditemukan dibanding dengan data kasus lainnya.

Komplikasi pada peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan.

Berdasarkan fakta tersebut, alternatif pemecahan masalah pada pencegahan sekunder penyakit tidak menular harus digaris bawahi, yang paling mendasar adalah motivasi yang mendukung terhadap tercapainya

(5)

tujuan Program PPTM (Pengendalian Penyakit Tidak Menular) khususnya dalam pencegahan sekunder penyakit tidak menular (Kemenkes RI, 2017).

Pencegahan tersebut dapat dilakukan melalui program asuhan keperawatan yang melibatkan peran keluarga, mengingat tingkat kesehatan individu berkaitan dengan tingkat kesehatan keluarga, begitu juga sebaliknya dan tingkat fungsional keluarga sebagai unit terkecil dari komunitas dapat mempengaruhi derajat kesehatan diatasnya.

Perawat sebagai salah satu yang memberikan pelayanan kesehatan berperan penting dalam memberdayakan peran keluarga untuk mencegah terjadinya komplikasi pada individu dengan hipertensi melalui asuhan keperawatan keluarga dengan cara berpartisipasi secara langsung dalam melakukan pengkajian dan dapat menggunakan data temuannya untuk mengembangkan serta melaksanakan kebijakan di bidang kesehatan sebagai upaya pemecahan masalah kesehatan seperti hipertensi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang dalam penanganannya harus diperhatikan secara komprehensif. Oleh karena itu perlu dillakukan perencanaan yang tepat disesuaikan dengan data yang diperoleh untuk memberikan intervensi atau pelayanan kesehatan pada keluarga dalam membantu keluarga mencapai derajat kesehatan yang diinginkan dengan mengambil langkah peningkatan pemberdayaan peran keluarga.

(6)

B.

Perumusan Masalah

Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan keluarga Tn. A pada Ny. L dengan gangguan sistem kardiovaskuler : hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adjie?

C.

Tujuan

1. Tujuan umum

Menggambarkan asuhan keperawatan keluarga Tn. A pada Ny. L dengan gangguan sistem kardiovaskuler : hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adjie.

2. Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian keluarga Tn. A pada Ny. L dengan gangguan sistem kardiovaskuler : hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adjie.

2. Mampu merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawatan keluarga Tn. A pada Ny. L dengan gangguan sistem kardiovaskuler : hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adjie.

3. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga Tn. A pada Ny. L dengan gangguan sistem kardiovaskuler : hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adjie.

4. Mampu melakukan tindakan keperawatan keluarga Tn. A pada Ny.

L dengan gangguan sistem kardiovaskuler : hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adjie.

(7)

5. Mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan keluarga Tn. A pada Ny. L dengan gangguan sistem kardiovaskuler : hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adjie.

D.

Manfaat Penyusunan Tugas Akhir

1. Manfaat teoritis

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan secara teoritis dan dapat memberikan gambaran untuk mengatasi, memecahkan dan mencegah masalah yang akan terjadi pada keluarga Tn. A pada Ny. L dengan gangguan sistem kardiovaskuler : hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Ibrahim Adjie.

2. Manfaat praktis a. Bagi masyarakat

Memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan perawatan terhadap keluarga dengan hipertensi.

b. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan keluarga pada klien dengan hipertensi.

c. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan tentang keadaan atau status kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat, dan dapat dijadikan sarana untuk menyusun

(8)

kebijaksanaan dalam menyusun strategi pengembangan sistem pelayanan kesehatan yang akan memudahkan pencarian alternatif pemecahan terhadap masalah hipertensi.

d. Bagi penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus deskriptif tentang pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan klien hipertensi.

Referensi

Dokumen terkait

Glossary hapü sub- tribe, clan hau wind, breeze, breath, vital essence, vitality of human life hauwai damp; type of healing known as body sauna hinengaro mind, intellect hui