• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN EKONOMI

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PANCASILA DALAM KEHIDUPAN EKONOMI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN EKONOMI

Istiyanti

Guru SMA Muh Kota Magelang

Abstract

Since Pancasila accepted as a principle of living in a society, nation and state, then the Ideological life of the nation has been steady and serene, an atmosphere of life that is very helpful to create excitement to the life of the nation in its various aspects.

In the meantime conceptual thoughts about Pancasila economy began to grow in the New Order era to the present discussion Reform Order Pancasila economy more widely discussed by experts and practitioners. Even the recent House of Representatives discusses more intense, particularly in relation to the elaboration of the understanding of economic democracy.

Through this paper, the authors will discuss the extent to which the ideology of Pancasila has actually penetrated into the heart of economic beings citizen of Indonesia. In other words, we want to see how far the concept of Pancasila economy

increasingly accepted and implemented them in real economic life of everyday society, both economic actors directly and government and all members of society.

Keywords: Economic Pancasila

A. IDEOLOGI PANCASILA

Ideolog adalah sejumlah doktrn, kepercayaan dan smbol-smbol sekelompok masyarakat atau satu bangsa yang menjad pegangan dan pedoman kerja (perjuangan) untuk mencapa tujuan masyarakat atau bangsa tu. Pancasla yang merupakan jwa dan pandangan hdup bangsa telah danggap mampu membawa seluruh bangsa Indonesa menuju ke arah kehdupan yang merdeka, bersatu, dan berdaulat, meskpun belum sepenuhnya mencapa tahap masyarakat yang adl dan makmur, yang tata tentrem karta raharja.

Apabla dalam teor ekonom Barat (Klasik – Neoklasik – Keynesian) dasumskan bahwa hakekat manusa adalah egois dan selfisb, sedangkan dalam teor ekonom “Tmur” (Marxian) manusa danggap bersemangat kolektif, maka dalam masyarakat Pancasla manusa mencar kesembangan antara hdup sebaga prbad dan hdup sebaga warga masyarakat, antara kehdupan mater dan kehdupan rokhan. Manusa Pancasla yang berketuhanan Yang Maha Esa, selan homo – economicus, sekalgus homo – metafisikus dan homo – mysticus (Mubyarto, 1991).

Hal n berart bahwa dalam ekonom Pancasla manusa tdak hanya dlhat dar tata seg saja yatu nstngk ekonomnya, tetap sebaga manusa bulat, manusa seutuhnya. Sebaga manusa yang utuh a berfikir, bertingkah laku dan berbuat, tidak berdasar rangsangan ekonom saja, tetap juga terangsang

oleh faktor-faktor sosial dan moral. Faktor sosal dalam hubungannya dengan manusa lan dan masyarakat d mana a berada, dan faktor moral dalam hubungan manusa sebaga ttah Allah dengan pencptanya.

Memang setap masyarakat mempunya atau menganut sstem nla tertentu, yatu sstem preferens yang danggap dsepakat oleh seluruh anggota masyarakat. Tanpa sstem nla tertentu tdak akan ada kebudayaan dan sstem peradaban tertentu.

Bangsa Indonesa dapat mencapa kemerdekaan dan dapat bertahan sebaga satu bangsa adalah karena memlk sstem nla. Sstem nla atau falsafah dasar bangsa Indonesa yang sekarang sudah menjad deolog bangsa adalah Pancasla. Karena Pancasla sudah dsepakat menjad falsafah dasar yang menjad pandangan dan pegangan hdup bangsa, maka a menjad moral kehdupan bangsa, menjad deolog yang menjwa perkehdupan bangsa d bdang-bdang sosal budaya, sosal ekonom, sosal poltk dan pertahanan keamanan.

Kalau moraltas teor ekonom Adam Smth adalah kebebasan (liberalisme), dan moraltas teor ekonom Marx adalah dktator mayortas kaum

“proletar”, maka moraltas ekonom Pancasla mencakup seluruh asas Pancasla yatu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan Sosial.

(2)

B. PENERAPAN IDEOLOGI PANCASILAPENERAPAN IDEOLOGI PANCASILA DALAM EKONOMI

Pancasla dasar negara dapat “dterapkan” dalam kehdupan ekonom bangsa, negara, dan masyarakat sebaga berkut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa. Roda perekonoman dgerakkan oleh rangsangan-rangsangan ekonom, sosal dan moral;

2. Kemanusaan Yang Adl dan Beradab. AdaAda kehendak kuat dar seluruh masyarakat untuk mewujudkan kemerataan sosial (egalitarian), sesua asas-asas kemanusaan;

3. Persatuan Indonesa. Prortas kebjaksanaan ekonom adalah pencptaan perekonoman nasonal yang tangguh. In berart nasonalsmeIn berart nasonalsme menjwa setap kebjaksanaan ekonom.

4. Kerakyatan yang dpmpn oleh Hkmat Kebjaksanaan dalam Permusywaratan/

Perwaklan. Koperas merupakan sokoguruKoperas merupakan sokoguru perekonoman dan merupakan bentuk palng kongkrt dar usaha bersama.

5. Keadlan Sosal bag Seluruh Rakyat Indonesa.

Adanya mbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan d tngkat nasonal dengan desentralsas dalam pelaksanaan kebjaksanaan ekonom untuk mencapa keadlan ekonom dan keadlan sosal.

Dar sudut lma “aturan man” yang dturunkan dar setap sla dalam Pancasla kta bsa melhat sejauh mana aturan man tersebut telah bsa dtegakkan dalam masyarakat. Msalnya dalam sla Persatuan Indonesa kta bsa menelt setap kasus kebjaksanaan ekonom yang hendak dambl, apakah akan menyumbang atau tdak pada penngkatan ketangguhan atau ketahanan ekonom nasional. Lebih spesifik Ketangguhan atau ketahanan ekonomi nasional. Lebih spesifik lagi bisa diambil contoh apakah setap hutang baru atau “kerja sama”

ekonom dengan negara lan bsa “menyumbang”

atau sebalknya “mengancam” ketangguhan dan ketahanan ekonom nasonal.

Sebaga contoh palng serng menjad bahan perdebatan hangat adalah pengamblan kebjaksanaan yang menyangkut untung rug (trade off) antara pertumbuhan dan pemerataan, yang amat erat berkatan dengan sla ke dua, sla ketga, dan sla ke lma. Apabla sla ke dua “memerntahkan”

penngkatan pemerataan sosial secara terus menerus tanpa mengorbankan pertumbuhan, maka para pengambl kebjaksanaan perlu mempertmbangkan berbaga alternatf kebjaksanaan untuk memberkan

bobot lebh besar pada kebjaksanaan pemerataan tersebut.

Kemudan bagamana dengan “kesembangan”

bsa dtentukan dalam praktek pelaksanaan. Msalnya dewasa n sudah semakn banyak dtemukan data yang menunjukkan kebrhaslan program-program pemerataan khususnya d Pulau Jawa meskpun rupanya belum terjad d luar Pulau Jawa. Dalam pada tu tmbul “masalah baru” berupa semakn senjangnya “kemakmuran” antara Jawa dan Luaan Barat dan Indonesa Bagan Tmur. Pulau-pulau luar jawa khususnya Sumatera yang dulu lebh “makmur”

dbandngkan Jawa, sekarang semakn “dlampau”

oleh Jawa.

Data Susenas dar BPS msalnya menunjukkan bahwa pada tahun 1970 “pendapatan” penduduk Jawa 35 % d bawah “pendapatan” rata-rata penduduk luar Jawa. Tetap perbandngan n 30 tahun kemudan berbalk, yatu kn justru

“pendapatan” penduduk luar Jawa 20 % d bawah rata-rata pendapatan penduduk luar Jawa. Maka kta lhat bahwa pembangunan yang berpedoman pada satu perencanaan sentral ternyata belum mampu mewujudkan keadilan sosial bag penduduk seluruh wlayah Indonesa.

Demkan dengan data emprk n bsa kta lhat bahwa “aturan man” ekonom Pancasla dengan 5 slanya tdak saja menghadap tantangan dalam

“dspln” penerapannya, tetap sfat tantangannya tu sendr bsa berubah dar waktu ke waktu, d mana dperlukan kewaspadaan terus-menerus dalam menjaga ketepatan pelaksanaannya.

Mengapa masalah-masalah tersebut muncul nampaknya dsebabkan antara lan; (1) mash adanya pennggalan sstem budaya feodal; (2) kemajemukan bangsa dan (3) geografi Indonesia yang menyebar amat luas dar Sabang sampa Merauke.

C. PANCASILA, ETIKA EKONOMI, DAN DUNIA BISNIS.

Dalam melaksanakan sstem ekonom usaha bersama berdasar asas kekeluargaan, kta mengenal tga pelaku utamanya yatu koperasi, usaha negara dan usaha swasta. Dar seg pandangan disiplin nasional yang harus atau wajb d patuh, kta harus menyatakan bahwa masng-masng pelaku ekonom tersebut mempunya etika kerja sendr-sendr yang berbeda satu dengan yang lan.

Koperas sebaga organsas ekonom yang berwatak sosial merupakan organsas atau perkumpulan orang (bukan perkumpulan modal) yang dbentuk

(3)

oleh para anggotanya untuk melayani kepentngan mereka, yatu membantu memperjuangkan kepentngan mereka, khususnya dalam upaya menngkatkan kesejahteraannya. In berart misi dan etika kerja (perkumpulan) koperas adalah pelayanan sebak-baknya dan semaksmal mungkn kepada anggota. Maka ukuran palng mendasar untuk menla berhasl tdaknya koperas adalah manfaat pelayanan kepada anggotanya.

Dtnjau dar seg n maka keuntungan atau ssa hasl usaha (SHU) adalah sekunder, yang kalau ada memang akan sangat menyenangkan semua anggota.

Namun seandanya SHU tdk ada pada akhr tahun buku, tetap selama tahun yang bersangkutan setap anggota koperas sudah merasa kepentngannya dilayani dan diperjuangkan oleh perkumpulan koperas sehngga kesejahteraan mereka benar-benar menngkat, maka bsa dkatakan bahwa ms koperas telah berhasl. Msalnya anggota KUD peternak sap perah sudah akan menganggap KUD berhasl, apabla KUD bsa secara teratur memasarkan hasl produks susu para peternak, syukur dengan harga yang selalu bertambah bak, yang mengakbatkan kenakan pendapatan dan kesejahteraan anggota.

Etka ekonom usaha negara hampr sama dengan etka ekonom (perkumpulan) koperas yatu melayani tetap sekalgus melindungi kepentngan umum. Orentas pada pelayanan dan perlndungan kepentngan umum nlah ms utama usaha negara atau Badan Usaha Mlk Nagara (BUMN). Inlah yang terkandung dalam pengertan “cabang- cabang prodks yang pentng bag negara dan yang menguasa hajat hdup orang banyak”, yang harus dpergunakan untuk menngkatkan kesejahteraan rakyat secara maksmal (sebesar-besar kemakmuran rakyat).

Dalam pada tu usaha swata yang memperoleh kesempatan luas dalam perekonoman Indonesa yang menganut sistem pasar, berfungs sebaga wadah pemupukan modal. Pemupukan modal hanya bsa dcapa melalu pemupukan keuntungan usaha dar waktu ke waktu (reinvestasi). Oleh sebab tu setap usaha swasta harus mengejar keuntungan. Inlah msa atau etka kerja usaha swasta secara sempt. Usaha swasta harus dan wajb memperoleh keuntungan (laba) dar usahanya. Laba tulah perangsang usahanya.

Etka ekonom usaha swasta adalah memproduksi dan menyediakan barang dan jasa kepada masyarakat, dengan mengambil keuntungan uang dar kegatan dan usahanya tu. Usaha swasta berkembang karena ada keuntungan yang bsa dperoleh dan dpupuk.

Atas dasar uraan tersebut d atas dapat dsmpulkan bahwa setap pelaku ekonom yatu

koperas, usaha negara, dan usaha swasta, masng- masng-masng mempunya landasan etika dalam melaksanakan ms tugasnya dalam perekonoman nasonal. Secara rngkas bsa dkatakan bahwa koperasi merupakan sektor swadaya dan merupakan perkumpulan orang untuk menngkatkan pemerataan, serta mewujudkan keadlan sosal; Usaha swasta merupakan sektor pemupukan modal masyarakat untuk menngkatkan pertumbuhan ekonomi; sedangkan usaha negara merupakan sektor perlindungan dan pelayanan kebutuhan masyarakat banyak untuk menjaga atau memelhara stabilitas ekonom nasonal.

Salah satu kesultan besar penegakan etka ekonom adalah menetapkan “dar mana akan dmula dan oleh sapa” etka ekonom harus dtegakkan oleh perorangan dan masyarakat, maka kesultannya basanya terletak pada stuas dan klm masyarakat yang tdak membantu dlaksanakannya etka ekonom tersebut. Iklm masyarakat justru serng merangsang dan menggoda untuk “melanggar” aturan man yang ada.Menurut pengamatan penuls dalam kenyataan, penegakan etka bangsa d bdang ekonomi dan bisnis tdak terlalu mudah. Kecenderungan orang dan masyarakat bisnis untuk “bersaing secara sengit”, yang berart menyngkrkan asas kekeluargaan, serng lebh nampak khususnya dengan banyaknya contoh gejala monopoli, oligopoli dan konglomerasi yang menonjolkan keuntungan usaha sendr dengan mengecualkan usaha orang lan.

D. EKONOMI PANCASILA SEBAGAI EKO-EKONOMI PANCASILA SEBAGAI EKO- NOMI MORAL

Menurut Mubyarto (1991) bahwa ekonom Indonesa atau perekonoman Indonesa mempunya sistem dan moral tersendr yang bsa dkenal, dan sfat-sfat sstem serta moral ekonom Indonesa tu memang telah melandas atau menjad pedoman aneka perlaku ekonom perorangan, kelompok-kelompok dalam masyarakat, pengusaha, pemerntah, dan negara. Sstem serta moral yang dmaksud bersumber pada ideologi bangsa Indonesa yatu Pancasila. Kelma sla dalam Pancasla menggambarkan secara utuh semangat kekeluargaan (gotong royong) dalam upaya mewujdukan suatu keadlan sosal bag seluruh dan masyarakat Indonesa.

Bahwa ekonom Indonesa lebh menonjol sebaga ekonomi moral, dan bukan ekonom yang terlalu rasional, serng dbahas para pakar ekonom dalam katan upaya menerangkan fenomena menurunnya efisiensi ekonomi Indonesia khususnya

(4)

di sektor Industri. Penurunan efisiensi sektor ndustr n sangat jelas bersumber pada proteksi yang berlebihan. Sumber kedua dari inefisiensi adalah bentuk pasar yang monopolistik. Efisiensi industri yang rendah sebaga akbat proteks dan berkembangnya praktek-praktek monopol kemudan menjad

“beban ekonom” yang berat pada waktu kta harus mula mengalhkan pasar barang-barang manufaktur dar pasar domestk ke pasar ekspor, yatu sesudah penermaan dvsa kta jatuh akbat merosotnya nla ekspor d pasar duna sebaga akbat era globalsas, ternyata bangsa Indonesa belum mampu bersang dengan produk negara lan.

Efisiensi industri yang rendah sebagai akibat proteks dan berkembangnya praktek-praktek monopol kemudan menjad “beban ekonom”

yang berat pada waktu kta harus mula mengalhkan pasar barang-barang manufaktur dar pasar domestk ke pasar ekspor.

Tolerans bangsa Indonesa terhadap sstem dan cara kerja yang tidak efisien, nampaknya sudah merupakan bagan dar sstem nla bangsa yang sudah berjalan lama. In berart sama dengan tolerans atas berkembangnya “sstem” ekonomi biaya tinggi,

Tolerans kta terhadap inefisiensi barangkal ddasarkan pada pengalaman bahwa memang bangsa Indonesa mampu bertahan bertahun- tahun, meskipun ekonomi berjalan tidak efisien.

Tetap sebalknya drasakan pula bahwa gejolak- gejolak masyarakat mudah muncul ke permukaan jka masyarakat mula merasakan ancaman-ancaman terhadap keadilan. Maka bsa dsmpulkan bahwa dalam ekonom Pancasla yang menunjang tngg asas keadlan sosal bag seluruh rakyat. Rupanya apabla harus memlh antara keadlan sosal dan efisiensi, kita akan cenderung mengorbankan efisiensi. Efisiensi sebagai lawan keadilan rupanya analog dengan dlema (trade off) antara pertumbuhan dan pemerataan.

Dua orang penelt dar Unverstas Nasonal Australa (ANU) menemukan bahwa transfer pendapatan neto (nett transfer Income) dar 10 desl (klas) pendapat keluarga. Dengan menggunakan data Susenas DIY tahun 1991 dtemukan dua kesmpulan sebaga berkut:

Pertama, keluarga d kota rata-rata menerma transfer pendapatan yang jauh lebh besar dbandng rata-rata keluarga d desa (17% d kota dbandng 2,7

% d desa dar pendapatan total pertahun).

Kedua, keluarga-keluarga berpendapatan tngg rata-rata menerma pendapatan transfer neto positif lebh besar dbandng rata-rata keluarga berpendapatan rendah (mskn), fenomena n

nampak tdak berbeda d kota maupun d desa Desa. Semakn kaya seseorang ternyata secara neto a lebh banyak “menerma” dar pada “member”.

Sebalknya semakn mskn seseorang ternyata a secara neto setap tahunnya lebh banyak member dar pada menerma (Martn dan Dearden, 1991).

Penemuan penelan lan yang nampaknya sejalan dengan data tersebut antara lan d Propns Rau.

Nelayan d sana meskpun relatf tngg dbandngkan pendapatan rata-rata nelayan d Jawa, tap termasuk salah satu yang terendah dalam masyarakat Rau.

Penyebabnya karena adanya berbaga pungutan (bak resm maupun tdak resm). Seandanya pungutan- pungutan tersebut hlang, suatu hal yang hampr mustahl, maka pendapatan mereka bsa menngkat menjad 5 atau 10 kal lebh besar (Mubyarto, 1991)

Sebenarnya fenomena n bukanlah fenomena baru dalam perekonoman pedesaan kta. Kurang berkembangnya ekonom komodt perkebunan rakyat sepert karet, kelapa sawt, cengkeh, kop antara lan dsebabkan terlalu banyaknya “pungutan” atas penermaan petan, sehngga untuk karet msalnya petan hanya menerma palng banyak 40 % dar harga fob (Mubyarto, 1991) Harga yang rendah dan tdak adanya perangsang untuk menngkatkan mutu hasl hasl produks petan, tdak memberkan garah bag upaya penngkatan produks. Maka dalam hal karet rakyat msalnya sstem PIR BUN yang dkenalkan pemerntah sejak tahun 1977 dutujukan antara lan untuk menngkatkan penermaan petan karet menjad palng sedkt 70 % dar harga fob.

Demkan kranya jelas bahwa ekonomi moral yang tdak semata-mata rasional harus kta aku sudah melekat pada sstem nla dan budaya bangsa Indonesa. Meskpun kta secara terbuka ngn mengks habs sfat-sfat rrasonal yang tercermn dalam efisiensi dan produktivitas yang rendah dalam perekonoman Indonesa, tokh pada akhrnya kta menghadap “tantangan” berpa moral ekonom bangsa yang tdak sepenuhnya bersfat negatf.

Secara jujur dalam hat nuran kta sebaga bangsa mash selalu terselp perasaan was-was jangan-jangan pengamblan plhan yang semata-mata rasonal justru akan merugkan dalam jangka panjang dan justru akhrnya akan kta sesal.

E. PENUTUPPENUTUP

Wawasan ekonom Pancasla memberkan semacam pegangan kepada setap pelaku ekonom dalam melaksanakan ms dan tugasnya masng- masng, dalam upaya memajukan kehdupan

(5)

ekonomnya masng-masng, dan dalam upaya memajukan kehdupan ekonom negara, bangsa dan masyarakat.

Ideolog ekonom Pancasla adalah “aturan man” yang mengkat setap pelaku ekonom, yang apabla dpatuh secara penuh akan mengakbatkan tertb dan teraturnya perlaku setap warga negara.

Ketertban serta keteraturan perlaku n pada glrannya akan menyumbang pada kematapan dan efektifitas usaha perwujudan keadilan sosial.

Etka Ekonom Pancasla bersumber pada UUD 1945 khususnya pasal 33 sebaga sistem ekonomi kekeluargaan, dan pada Pancasla sebaga pedoman etik yang memberkan semangat dan gerak pembangunan nasonal.

Apabla wawasan ekonom Pancasla sudah kta terma sebaga satu-satunya pegangan etk sstem dan kebjaksanaan pembangunan nasonal, maka a berubah menjad acuan nasonal yang harus dpatuh oleh setiap warga negara. Gratifikasi (hadiah) dan sangs atas pelaksanaan atau pelanggaran aturan etk memang bersfat etk pula, yang pengawasannya tdaklah bsa dlakukan oleh aparat negara dan

pemerntah saja. Pengawasan n harus melekat pada hakekat moral masyarakat bangsa secara keseluruhan bak dalam kelompok-kelompok kecl maupun kelompok besar.

Tujuan akhr pembangunan nasonal sesungguhnya sangat mula, d mana tujuan tersebut adalah sebagamana tersrat pada sla ke lma yatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Secara lebh lengkap pembangunan nasonal harus mampu (1) memajukan kesejahteraan umum; (2) memajukan kecerdasan kehdupan bangsa, dan; (3) mewujudkan keadlan sosal bag seluruh rakyat.

Untuk mewujudkan tersebut, maka sudah seharusnya ms pembangunan ekonom tdak hanya dbatas pada upaya menngkatkan pertumbuhan ekonom saja, tetap mencakup sekalgus pertumbuhan dengan pemerataan (growth with equity).

Inlah pembangunan ekonom yang menekankan pada pembangunan manusanya, yang hanya bsa terlaksana apabla ada partisipasi secara total dar seluruh rakyat. Hanya dengan pembangunan ekonom yang demkan, akan terwujud suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Martn Ravallon and Dearden L. 1991. The Distributional Outcaomes of A “Mooral Economy”, Workng paper.

Mubyarto. 1991. Ideologi Pancasila dan Ekonomi. BP7 Pusat, Jakarta.BP7 Pusat, Jakarta.

Mubyarto dan Boedono.1991. Ekonom Pancasla, Yogyakarta, BPFE UGM.

Referensi

Dokumen terkait

Dựa trên quá trình phân tích những ưu và nhược điểm của các sản phẩm hiện có, ứng dụng những thành tựu của khoa học kĩ thuật, đặc biệt là công nghệ vi điều khiển và kết nối không dây,