• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pencegahan hipertensi dalam program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) di wilayah kerja Puskesmas Bontoramba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pencegahan hipertensi dalam program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) di wilayah kerja Puskesmas Bontoramba"

Copied!
285
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

PERILAKU PENCEGAHAN HIPERTENSI DALAM

PROGRAM GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BONTORAMBA

AULIA RAHMA NIGGA K111 14 039

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

DEPARTEMEN PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

RINGKASAN

Universitas Hasanuddin Fakultas Kesehatan Masyarakat Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Aulia Rahma Nigga

“Perilaku Pencegahan Hipertensi Dalam Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bontoramba”

(xv + 127 halaman + 6 tabel + 7 lampiran)

Hipertensi merupakan kondisi medis dimana terjadinya peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu yang lama) yaitu melebihi 140/90 mmHg.

Puskesmas Bontoramba merupakan puskesmas dengan data hipertensi tertinggi yakni 971 orang. Oleh karena itu, pemeriksaan hipertensi merupakan program utama GERMAS di Kabupaten Jeneponto sejak tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pencegahan hipertensi dalam program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) di wilayah kerja Puskesmas Bontoramba.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Bontoramba pada tanggal 13 Februari - 13 Maret 2018. Adapun masyarakat yang telah mengikuti program GERMAS yakni sebanyak 219 orang. Terdapat 34 orang yang terdiri dari masyarakat hipertensi dan non hipertensi yang diperoleh dengan menggunakan teknik snowball sampling. Pengumpulan data diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam (indepht interview) dan observasi dengan informan menggunakan instrumen penelitian yakni pedoman wawancara dan lembar observasi. Analisis data kualitatif dilakukan melalui reduksi data, penyajian data dan verifikasi data, kemudian disajikan dalam bentuk narasi. Adapun teknik pemeriksaan keabsahan data kualitatif menggunakan uji kredibilitas data dilakukan dengan triangulasi yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perilaku masyarakat baik hipertensi maupun non hipertensi untuk pencegahan hipertensi dalam program GERMAS di wilayah kerja Puskesmas Bontoramba yakni niat sebagai bentuk pengendalian penyakit hipertensi sejak dini. Adapun promosi kesehatan yang diperoleh melalui sosialisasi program GERMAS di Puskesmas Bontoramba dilaksanakan sekali dalam seminggu oleh petugas tetap dan petugas lain. Perlindungan umum dan khusus yang diperoleh melalui aktifitas fisik yang dilakukan adalah aktifitas berat, ringan dan olahraga yaitu 1, 2, 3, 4, 6, dan 7 kali. Konsumsi buah dan sayur yakni 1-3 kali dengan jenis yang beragam. Sedangkan, diagnosis awal dan perawatan tepat waktu yang diperoleh melalui pemeriksaan kesehatan secara rutin dilakukan 1-2 kali dengan pemeriksaan tekanan darah dan laboratorium.

Saran bagi masyarakat agar turut berpartisipasi aktif dalam program GERMAS dengan cara mengikuti setiap kegiatan yang diadakan oleh tim Puskesmas. Saran bagi Puskesmas Bontoramba agar lebih mengefektifkan penyuluhan dan penyebaran informasi kesehatan terkait cara pencegahan penyakit hipertensi dalam program GERMAS yang saat ini dicanangkan oleh pemerintah sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam rangka mewujudkan perilaku sehat.

Kata Kunci : Pencegahan, Hipertensi, GERMAS Daftar Pustaka : 96 (1965 – 2017)

(6)

vi

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW yang telah mengajarkan umat manusia dari alam kebodohan menuju alam kepintaran seperti sekarang ini dengan segala karunia-Nya.

Penelitian ini berjudul “Perilaku Pencegahan Hipertensi Dalam Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) Di Wilayah Kerja Puskesmas Bontoramba” yang tentunya dianalisis dari hasil pengumpulan data di lokasi penelitian. Harapan penulis, semoga hasil penelitian mampu menjadi salah satu referensi yang baik untuk meningkatkan upaya pencegahan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan dan keterbatasan, baik dari segi isi maupun cara penulisan.

Namun, bantuan dan dukungan dari beberapa pihak berupa materi maupun dorongan moril, hingga pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus dari hati kepada Prof. Dr. dr. H. Muh. Syafar, MS selaku pembimbing I dan Dr. Mappeaty Nyorong, MPH selaku pembimbing II atas motivasi dan masukan untuk berbuat yang terbaik dan menjadikan skripsi ini bermanfaat untuk masa depan. Sebab dari arahan dan bimbingan kedua beliau sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

(7)

vii

Tidak lupa pula penulis haturkan kepada orang tua saya yang tercinta Ibunda Nurhidayat Caya dan Ayahanda Alm. Samparaja Nigga, SE atas segala bentuk dukungan, motivasi, doa, dan restu yang tak pernah henti untuk kelancaran dan kesuksesan saya. Semoga gelar Sarjana yang saya perjuangkan saat ini menjadi kado awal menuju sukses dan kebahagiaan bagi keluarga di masa mendatang. Tak lupa pula terimakasih kepada saudara Ilfa Raehana Nigga, Ismy Syatirah Nigga dan Humnah Reskiyah Nigga atas dukungan dan penyemangat meraih setiap impian menuju kesuksesan.

Selanjutnya, penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli Abdullah, M.Kes, selaku dekan beserta seluruh dosen dan karyawan yang telah memberikan bantuan fasilitas serta bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

2. Dr. Suriah, SKM., M. Kes, selaku ketua departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku beserta seluruh dosen dan staf yang senantiasa memberikan bantuan serta bimbingan selama penulis menyusun skripsi.

3. Dr. Healhty, SKM, M.Kes, Rismayanti, SKM., M.Kes dan Dr. Suriah, SKM., M. Kes, selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan demi kesempurnaan tulisan ini.

4. Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto, Pimpinan dan Petugas Promosi Kesehatan Puskesmas Bontoramba, dan seluruh informan yang

(8)

viii

telah memberikan banyak bantuan dan dukungan selama penulis melakukan penelitian.

5. Paman Tri Kamalsah Raden, ST yang senantiasa menjadi wali dalam membimbing dan mendorong penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

6. Kakanda Mesra Rahayu, SKM., M.Kes dan Muh. Iqbal Ahmad, SKM., M.Kes yang tidak pernah bosan memberi motivasi yang menginspirasi untuk pengembangan diri penulis. Terima kasih atas segala kebaikan dan bantuannya selama ini terutama ilmu yang bermanfaat untuk perbaikan penyusunan skripsi ini.

7. Kakanda Andi Muslimah Nurul Fitratullah, S. Pt., Yuni Atmy, S.S, dan Nurinayah Sewang, S.Pd yang senantiasa memberikan bantuan, dukungan dan motivasi demi terselesaikannya skripsi ini.

8. Kakanda Athen yang senantiasa memberikan bantuan, dukungan dan motivasi demi terselesaikannya skripsi ini dengan tepat waktu.

9. Teman-teman Srikandi, angkatan 2014 Peminatan PKIP FKM Unhas, terimakasih atas segala kebersamaan dalam menempuh pendidikan dan meraih cita-cita bersama, terima kasih atas segala kritik dan saran yang sangat membangun bagi pribadi penulis.

10. Sahabat The Pinkers dan Barakele serta sahabat-sahabat yang setia menjadi sejarah perjalanan penulis dalam menjalani pendidikan di FKM Unhas, Terima kasih telah menjadi penyemangat dan motivasi penulis baik suka maupun duka.

(9)

ix

11. Teruntuk rekan dan saudara perjuangan para pengurus Forma PKIP FKM Unhas, HPMT Kom. Unhas, Tridarma UKM KPI Unhas, PIK Heart Unhas, Volunter Lab. AVA FKM Unhas dan KPAJ Makasssar serta KKN Reguler 96 Kec. Tompobulu yang telah menjadi rumah bagi penulis dalam mengembangkan kemampuan penulis hingga mampu seperti sekarang ini.

12. Saudara perjuangan VAMPIR 2014 dan kakanda REMPONG 2013 serta adinda GAMMARA 2015 yang selalu menyemangati.

13. Adinda Sherly Sahar, Paramita, Resa Putri Pebriani, Sulfiana Amalia Warda, Muliana Mursalim, Kurnia, Huzaira Nurul Azizah, Risma, Ayu, Nani dan Chika yang setia memberi semangat kepada penulis untuk tetap menyelesaikan skripsi ini.

14. Semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih telah banyak membantu penulis.

Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT dengan hal yang lebih baik, Amin. Sebab daya dan upaya yang penulis milikipun asal hanya dari-Nya. Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari khilaf, penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf dengan kerendahan hati menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Demikianlah, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat secara umum dan bagi bidang ilmu secara khusus, serta teruntuk penulis sendiri sehingga dapat memberi kontribusi nyata

(10)

x

bagi pendidikan dan penerapan ilmu di lapangan guna pengembangan lebih lanjut.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 02 Mei 2018

Penulis

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN...ii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI...iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT...iv

RINGKASAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN UMUM... 8

A. Tinjauan Umum Tentang Perilaku ... 8

B. Tinjauan Umum Tentang Pencegahan (Prevention) ... 16

C. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi ... 20

D. Tinjauan Umum Tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat ... 29

E. Tinjauan Umum Tentang Variabel yang Diteliti ... 34

F. Kerangka Teori ... 38

BAB III KERANGKA KONSEP... 40

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ... 40

B. Pola Pikir Variabel Penelitian ... 42

C. Definisi Konseptual ... 43

BAB IV METODE PENELITIAN ... 46

A. Jenis Penelitian ... 46

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 46

(12)

xii

C. Pemilihan Informan ... 47

D. Pengumpulan Data ... 48

E. Analisis Data ... 52

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 53

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 55

B. Karakteristik Informan ... 58

C. Hasil Penelitian ... 61

D. Pembahasan ... 99

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 123

A. Kesimpulan ... 123

B. Saran ... 126 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Teori Perilaku Pencegahan Hipertensi ... 38

Gambar 1.2 Theory Reasoned Action (TRA) ... 41

Gambar 1.3 Teori Five Level of Prevention ... 42

Gambar 1.4 Kerangka Konsep Perilaku Pencegahan Hipertensi... 43

Gambar 1.5 Pelaksanaan Olahraga “Senam”... 95

Gambar 1.6 Konsumsi Buah dan Sayur Pada Kegiatan GERMAS... 96

Gambar 1.7 Konsumsi Buah dan Sayur Informan Non Hipertensi... 96

Gambar 1.8 Konsumsi Buah dan Sayur Informan Hipertensi... 97

Gambar 1.9 Pemeriksaan Tekanan Darah... 98

Gambar 1.10 Pemeriksaan Laboratorium... 98

Gambar 1.11 Sarana (Tempat Pelaksanaan Olahraga “Senam”)... 98

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO-ISH... 21

Tabel 1.2. Klasifikasi Hipertensi Pada Anak-Anak dan Dewasa... 21

Tabel 1.3. Matriks Pengumpulan Data Primer... 50

Tabel 1.4. Matriks Karakteristik Informan Penelitian... 59

Tabel 1.5. Matriks Karakteristik Umur Informan Penelitian... 60

Tabel 1.6. Matriks Karakteristik Pekerjaan Informan Penelitian... 61

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.1. Pedoman Wawancara

Lampiran 1.2. Lembar Observasi Lampiran 1.3. Surat Izin Penelitian

Lampiran 1.4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 1.5. Matriks Wawancara

Lampiran 1.6. Dokumentasi Kegiatan Lampiran 1.7. Riwayat Hidup

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang banyak diderita oleh seluruh masyarakat di berbagai belahan dunia. Hipertensi merupakan kondisi medis dimana terjadinya peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu yang lama) yaitu melebihi 140/90 mmHg. Tekanan darah yang selalu tinggi dan tidak diobati atau dicegah sejak dini, maka sangat berisiko menyebabkan penyakit degeneratif seperti retinopati, penebalan dinding jantung, kerusakan ginjal, jantung koroner, pecahnya pembuluh darah, stroke, bahkan dapat menyebabkan kematian mendadak (Katharina, et al. 2013).

Data World Health Organization (WHO), menunjukkan bahwa hipertensi membunuh hampir 18 juta penduduk dunia setiap tahun. Hal tersebut sejalan dengan Global Status Report on Non-communicable Disease yang menyatakan bahwa 80% kematian di dunia disebabkan oleh penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular yang menjadi penyebab kematian pertama tersebut adalah penyakit kardiovaskuler dan faktor pemicu utamanya adalah hipertensi (WHO, 2011).

Prevalensi penyakit hipertensi di negara maju sebesar 35% dan di negara berkembang sebesar 40% dari populasi dewasa (laki-laki dan perempuan).

Sedangkan pada tahun 2025 diperkirakan kasus hipertensi akan mengalami peningkatan di negara berkembang sebesar 80%, hal ini didasarkan pada

(17)

2

angka penderita hipertensi dan bertambahnya jumlah penduduk saat ini (WHO, 2013).

Menurut Kementrian Kesehatan RI (Kemenkes) tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit hipertesi di Indonesia bukan hanya pada usia 40 tahun saja, namun hipertensi dapat terjadi pula pada usia remaja yaitu umur 18 tahun ke atas sebesar 25,8%. Hal ini disebabkan oleh faktor genetik, jenis kelamin, stress, obesitas, penggunaan obat hormonal, kebiasaan merokok dan gaya hidup yang tidak sehat (Kemenkes, 2013).

Hasil Riskesdas tahun 2013, menunjukkan prevalensi hipertensi pada umur ≥ 25 tahun di Sulawesi Selatan (Sulsel) sebanyak 28,1%. Dari data tersebut hanya 10,3% hipertensi yang berhasil didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Survailans Penyakit Tidak Menular Bidang P2PL tahun 2013, memperjelas bahwa masalah hipertensi di Sulsel cukup memprihatinkan, pasalnya didapatkan penderita hipertensi esensial (primer) sebanyak 5.902 kasus, kemudian penderita hipertensi pada tahun 2014 sebanyak 6.602 kasus, sedangkan pada tahun 2015 terdapat penderita hipertensi sebanyak 7.202 kasus (Profil Dinkes, 2013-2015).

Penelitian Sinus, dkk (2014) menunjukkan bahwa niat pasien hipertensi dalam upaya pencegahan/pengendalian hipertensi (perilaku diet hipertensi) dipengaruhi oleh sikap dan dukungan keluarga. Dalam penelitiannya menyebutkan bahwa responden dengan sikap mendukung cenderung berperilaku diet hipertensi patuh (62,1%), sedangkan responden yang

(18)

3

dukungan keluarga mendukung cenderung berperilaku diet hipertensi patuh (82,8%).`

Penelitian Taufik (2012) menunjukkan bahwa terjadi perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah sistolik oleh dokter sebesar 130 mmHg turun hingga menjadi 120 mmHg. Hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor, salah satunya adalah faktor stres.

Penelitian yang dilakukan oleh Dadang dan Siti (2013) menunjukkan bahwa terjadi perbedaan sebelum diberikan sosialisasi hipertensi dan setelah diberikan sosialisasi hipertensi sebesar 56,3% menjadi 68,8%. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya motivasi dari penderita hipertensi itu sendiri.

Hasil penelitian Aisyah dan Enny (2014), menunjukkan bahwa pemberian jus mentimun dengan dosis 100 gram buah mentimun pada penderita hipertensi selama 7 hari dengan frekuensi 2 kali per hari terbukti dapat menurunkan tekanan darah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Lovindy (2014), menunjukkan bahwa pemberian jus mentimun dengan dosis 150 ml (kalium 153 mg dan magnesium 11 mg) setiap selama 7 hari dapat menurunkan tekanan darah sistol dan diastolik pada wanita dengan hipertensi ringan.

Penelitian Kartika, dkk (2016), dikatakan bahwa aktivitas fisik yang kurang sangat mempengaruhi terjadinya kejadian hipertensi. Hubungan yang signifikan tersebut sangat beresiko terhadap usia ≥ 45 tahun, sebanyak 3,37 kali lebih berisiko untuk mengalami hipertensi.

(19)

4

Prevalensi penyakit hipertensi cenderung mengalami peningkatan di setiap wilayah kerja puskesmas Kabupaten Jeneponto pada tahun 2017. Puskesmas Bontoramba merupakan puskesmas dengan data hipertensi tertinggi yakni 971 orang. Dari data tersebut, hanya 219 orang yang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Oleh karena itu, pemeriksaan hipertensi merupakan program utama GERMAS di Kabupaten Jeneponto sejak tahun 2016. Program ini sangat penting untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat melakukan pemeriksaan kesehatan dini agar dapat mencegah dan sebisa mungkin terhindar dari berbagai penyakit mematikan akibat hipertensi (Dinkes Jeneponto, 2017).

Program GERMAS merupakan gerakan pembagunan dan perbaikan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Program GERMAS ini terdiri dari enam kegiatan utama yaitu peningkatan aktivitas fisik, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi, peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit, peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan edukasi hidup sehat. Sedangkan fokus tahun 2016-2017 hanya tiga pilar, yaitu peningkatan aktivitas fisik (melakukan aktivitas fisik), penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi (konsumsi buah dan sayur), peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit (pemeriksaan kesehatan secara rutin) (Kemenkes, 2016).

(20)

5

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Bontoramba tahun 2017, diketahui 73 orang mengikuti program GERMAS dari 219 orang yang melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin (pengukuran tekanan darah). Terdapat 50 orang yang tidak hipertensi (normal) dan 23 orang yang didiagnosis menderita hipertensi. Sehingga penelitian Perilaku Pencegahan Hipertensi Dalam Program GERMAS di Wilayah Kerja Puskesmas Bontoramba diharapkan dapat membantu penyelesaian masalah hipertensi di Kabupaten Jeneponto.

B. Rumusan Masalah

Masalah hipertensi di Kabupaten Jeneponto sedang diupayakan melalui program GERMAS karena cenderung mengalami peningkatan terutama di wilayah kerja Puskesmas Bontoramba. Program GERMAS diikuti oleh 73 orang, terdapat 50 orang yang tidak hipertensi dan 23 orang yang didiagnosis menderita hipertensi. Apabila penyakit hipertensi tidak dicegah dan disadari pada tahap dini maka dapat menyebabkan penyakit degeneratif seperti jantung, ginjal, stroke, bahkan berujung pada kematian. berdasarkan data komplikasi penyakit kardiovaskular 52% lebih banyak pada perempuan, WUS Usia 25-45 tahun saat ini mulai banyak ditemukan hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa wanita memerlukan perhatian khusus pada penyelesaian masalah hipertensi. Maka rumusan masalah yang dijadikan dasar penelitian adalah bagaimana cara mencegah penyakit hipertensi dalam Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) di Wilayah Kerja Puskesmas Bontoramba?

(21)

6 C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pencegahan hipertensi dalam program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) di wilayah kerja Puskesmas Bontoramba.

2. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui niat masyarakat untuk melakukan pencegahan sebelum dan setelah terkena hipertensi dalam Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).

2) Untuk mengetahui promosi kesehatan yang didapatkan masyarakat untuk melakukan pencegahan sebelum dan setelah terkena hipertensi dalam Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).

3) Untuk mengetahui perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu yang dilakukan masyarakat untuk melakukan pencegahan sebelum dan setelah terkena hipertensi dalam Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).

4) Untuk mengetahui diagnosis awal dan perawatan tepat waktu yang dilakukan masyarakat setelah terkena hipertensi untuk melakukan pencegahan hipertensi dalam Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).

(22)

7 D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi

Diharapkan dapat dijadikan sarana pertukaran informasi dan dapat digunakan sebagai bahan bantuan, pertimbangan serta pengembangan di bidang kesehatan.

2. Bagi Keilmuan

Sebagai salah satu pencapaian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat) dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat serta dapat dijadikan bahan masukan/tambahan pada penelitian selanjutnya.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman bagi penulis untuk menerapkan ilmu yang didapatkan selama dibangku kuliah sehingga dapat bermanfaat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

(23)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjuan Umum Tentang Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2012), perilaku adalah semua tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati. Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup yang bersangkutan). Sedangkan dari segi kepentingan kerangka analisis, perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut baik dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2012).

2. Bentuk Perilaku

Menurut Teori Bloom (1908) yang dikutip dalam Notoatmodjo (2010) membedakan perilaku dalam 3 domain perilaku yaitu: kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor). Untuk kepentingan pendidikan praktis, teori ini kemudian dikembangkan menjadi 3 ranah perilaku yaitu :

a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia. Pengetahuan

(24)

9

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Ada 6 tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif (Notoatmodjo, 2012), yaitu:

1) Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak kita.

2) Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan suatu materi tersebut secara benar. Contoh: dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan bergizi.

3) Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Contoh: dapat menggunakan rumus-rumus statistik dalam perhitungan perhitungan hasil penelitian.

4) Analisis (analysis), yaitu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-

(25)

10

komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Contoh: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Contoh: dapat menyusun, dapat merencanakan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation), tingkat pengetahuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Contoh: dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan yang kekurangan gizi.

b. Sikap (Attitude)

Menurut Notoatmodjo (2012), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :

(26)

11

1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3) Kecenderungan untuk bertindak (tend tobehave).

Newcomb (1998), salah seorang psikolog sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap merupakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu :

a) Menerima (receiving), yaitu sikap dimana seseorang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b) Menanggapi (responding), yaitu sikap memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c) Menghargai (valuing), yaitu sikap dimana subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain merespon.

(27)

12

d) Bertanggungjawab (responsible), sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggungjawab terhadap apa yang diyakininya.

c. Tindakan (Practice)

Menurut Notoatmodjo (2012), tindakan adalah seseorang yang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya melaksanankan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik) (Notoatmodjo, 2012).

Ada 3 tingkatan tindakan sebagai berikut:

1) Respon Terpimpin

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh merupakan indikator tindakan tingkat pertama. Contoh: seorang ibu memeriksakan kehamilannya tetapi masih menunggu diingatkan oleh bidan atau tetangganya.

2) Mekanisme

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai tindakan tingkat kedua. Contoh: seorang anak secara otomatis menggosok gigi setelah makan, tanpa disuruh ibunya.

(28)

13 3) Adopsi

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Contoh: menggosok gigi, bukan sekedar gosok gigi, melainkan dengan teknik-teknik yang benar.

3. Proses Adopsi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2012), dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Penelitian Roger (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

a. Awareness: orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest: orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation: orang mulai menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial: orang mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption: orang tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

(29)

14

Beberapa teori lain yang dapat menentukan atau mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain.

a. Teori Lawrence Green (1980)

Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor.

1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan nilai-nilai dan sebagainya.

2) Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan peran petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat, serta peraturan dan undang-undang yang berlaku.

b. Teori Snehandu B. Karr (1983)

Karr mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu :

(30)

15

1) Adanya niat (intention), seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus di luar dirinya.

2) Adanya dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support), dalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat di sekitarnya. Apabila perilaku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat maka ia akan merasa kurang atau tidak “nyaman”.

3) Terjangkaunya informasi (accessibility of information), tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang.

4) Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy), bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy).

5) Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation), untuk bertindak apapun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia serta kemampuan yang ada.

(31)

16

B. Tinjauan Umum Tentang Pencegahan (Prevention) 1. Pengertian Pencegahan (Prevention)

Pencegahan adalah suatu bentuk usaha atau tindakan yang dilakukan secara dini sebelum suatu kejadian terjadi untuk mencegah terjadinya suatu hal yang tidak diinginkan (Noor, 2008).

Menurut (Leavell dan Clark, 1965) upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Preventif secara etimologi berasal dari bahasa latin pravenire yang artinya datang sebelum/antisipasi/mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang luas preventif diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinyan gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang.

2. Tahap-Tahap Pencegahan (Prevention)

Menurut Teori Leavell and Clark (1965), ada 5 tingkatan pencegahan antara lain sebagai berikut :

1) Health Promotion

2) General and Specific Protection 3) Early Diagnosis and Prom Treatment 4) Disability Limitation

5) Rehabilitation.

Dalam epidemiologi dikenal ada empat tingkat utama pencegahan penyakit, yaitu :

(32)

17

a. Pencegahan Tingkat Awal (Priemodial Prevention)

Pencegahan tingkat awal merupakan usaha mencegah terjadinya risiko atau mempertahankan keadaan risiko rendah dalam masyarakat terhadap penyakit secara umum.Tujuan primordial prevention ini adalah untuk menghindari terbentuknya pola hidup social-ekonomi dan cultural yang mendorong peningkatan risiko penyakit .upaya ini terutama sesuai untuk ditujukan kepada masalah penyakit tidak menular yang dewasa ini cenderung menunjukan peningkatannya.

b. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) dilakukan dengan dua cara: (1) menjauhkan agen agar tidak dapat kontak atau memapar penjamu, dan (2) menurunkan kepekaan penjamu.

Intervensi ini dilakukan sebelum perubahan patologis terjadi (fase prepatogenesis). Jika suatu penyakit lolos dari pencegahan primordial, maka giliran pencegahan tingkat pertama ini digalakan. Kalau lolos dari upaya maka penyakit itu akan segera dapat timbul yang secara epidemiologi tercipta sebagai suatu penyakit yang endemis atau yang lebih berbahaya kalau tumbul dalam bentuk KLB.

Pencegahan tingkat pertama merupakan suatu usaha pencegahan penyakit melalui usaha-usaha mengatasi atau mengontrol faktor-faktor risiko dengan sasaran utamanya orang

(33)

18

sehat melalui usaha peningkatan derajat kesehatan secara umum (promosi kesehatan) serta usaha pencegahan khusus terhadap penyakit tertentu.Tujuan pencegahan tingkat pertama adalah mencegah agar penyakit tidak terjadi dengan mengendalikan agen dan faktor determinan. Pencegahan tingkat pertama ini didasarkan pada hubungan interaksi antara pejamu (host), penyebab (agent atau pemapar), lingkungan (environtment) dan proses kejadian penyakit.

c. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit tertentu melalui diagnosis dini untuk menemukan status patogeniknya serta pemberian pengobatan yang cepat dan tepat. Tujuan utama pencegahan tingkat kedua ini, antara lain untuk mencegah meluasnya penyakit menular dan untuk menghentikan proses penyakit lebih lanjut, mencegah komplikasi hingga pembatasan cacat. Usaha pencegahan penyakit tingkat kedua secara garis besarnya dapat dibagi dalam diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and promt treatment) serta pembatasan cacat.

Salah satu kegiatan pencegahan tingkat kedua adalah menemukan penderita secara aktif pada tahap dini. Kegiatan ini meliputi: (1) pemeriksaan berkala pada kelompok populasi tertentu seperti pegawai negeri, buruh/pekerja perusahaan

(34)

19

tertentu, murid sekolah dan mahasiswa serta kelompok tentara, termasuk pemeriksaan kesehatan bagi calon mahasiswa, calon pegawai, calon tentara serta bagi mereka yang membutuhkan surat keterangan kesehatan untuk kepentingan tertentu; (2) penyaringan (screening) yakni pencarian penderita secara dini untuk penyakit yang secara klinis belum tampak gejala pada penduduk secara umum atau pada kelompok risiko tinggi; (3) surveilans epidemiologi yakni melakukan pencatatan dan pelaporan sacara teratur dan terus-menerus untuk mendapatkan keterangan tentang proses penyakit yang ada dalam masyarakat, termasuk keterangan tentang kelompok risiko tinggi.

d. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Pencegahan pada tingkat ketiga ini merupakan pencegahan dengan sasaran utamanya adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah beratnya penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta program rehabilitasi. Tujuan utamanya adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut, seperti pengobatan dan perawatan khusus penderita kencing manis, tekanan darah tinggi, gangguan saraf dan lain-lain serta mencegah terjadinya cacat maupun kematian karena penyebab tertentu, serta usaha rehabilitasi.

Rehabilitasi merupakan usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal mungkin yang meliputi

(35)

20

rehabilitasi fisik/medis (seperti pemasangan protese), rehabilitasi mental (psychorehabilitation) dan rehabilitasi sosial, sehingga setiap individu dapat menjadi anggota masyarakat yang produktif dan berdaya guna.

C. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi

Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah dalam pembuluh nadi arteri. Jantung berdetak, lazimnya 60 hingga 70 kali dalam 1 menit pada kondisi istirahat (duduk atau berbaring), darah dipompa menuju darah melalui arteri. Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika jantung berdetak/berkontraksi memompa darah disebut tekanan sistolik.

Tekanan darah menurun saat jantung rileks diantara dua denyut nadi disebut tekanan diastolik (Kowalski, 2010).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada pembuluh arteri, berkaitan dengan meningkatkan tekanan pada arterial sistematik, baik diastolik maupun sistolik, atau bahkan keduanya secara terus-menerus (Sutanto, 2010).

2. Klasifikasi Hipertensi

WHO (World Health Organization) dan ISH (International Society of Hypertension) mengelompokan hipertensi sebagai berikut:

(36)

21

Tabel 1.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO – ISH Kategori Tekanan darah Tekanan darah

Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Normal-tinggi 130-139 85-89

Grade 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99 Sub-group: perbatasan 160-179 100-109 Grade 2 (hipertensi sedang) > 180 >110 Grade 3 (hipertensi berat) ≥ 140 < 90 Sub-group: perbatasan 140-149 < 90

Sumber: Suparto (2010)

Tabel 1.2. Klasifikasi Hipertensi Pada Anak-Anak dan Dewasa

Kelompok Normal Hipertensi Umur

>2 tahun < 104/70 > 112/74 3 - 5 tahun < 108/70 > 116/74 6 - 9 tahun 114/74 122/78 10 - 12 tahun 122/78 > 126/82 13 - 15 tahun 130/80 > 136/86 16 - 18 tahun 136/84 > 140/90 20 - 45 tahun 120-125/75-80 135/90 45 - 65 tahun 135-140/85 140/90-160/95

>65 tahun 150/85 160/90

Sumber : Battegay, dkk (2005) 3. Penyebab Hipertensi

Menurut Benson, dkk (2012), penyebab hipertensi yang sering kali diantaranya aterosklerosis (penebalan dinding arteri yang

(37)

22

menyebabkan hilangnya elastisitas pembuluh darah), keturunan, bertambahnya jumlah darah yang dipompa ke jantung, penyakit ginjal, kelenjar adrenal dan sistem saraf simpatis. Pada ibu hamil kelebihan berat badan, tekanan psikologis, stres dan ketegangan bisa menyebabkan juga hipertensi berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik) adalah hipertensi yang tidak jelas penyebabnya, hal ini ditandai dengan terjadinya peningkatan kerja jantung akibat penyempitan pembuluh darah tepi. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Penyebabnya adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik, gaya hidup dan lingkungan.

b. Hipertensi sekunder, merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit sistemik lain yaitu, seperti renal arteri stenosis, hyperldosteronism, hyperthyroidism, pheochromocytoma, gangguan hormon dan penyakit sistemik lainnya. Prevalensinya hanya sekitar 5-10% dari seluruh penderita hipertensi.

4. Gejala Hipertensi

Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain gejala ringan seperti :

1) Pusing atau sakit kepala,

2) Sering gelisah wajah merah tengkuk terasa pegal, 3) Mudah marah,

(38)

23 4) Telinga berdengung, 5) Sukar tidur,

6) Sesak napas,

7) Rasa berat ditengkuk, 8) Mudah lelah,

9) Vertigo,

10) Mata berkunang-kunang, dan 11) Mimisan (keluar darah dari hidung).

Sedangkan, menurut Crea (2008), gejala hipertensi adalah atau cemas dan kepala pusing, dada berdebar-debar dan lemas, sesak nafas, berkeringan dan pusing.

5. Faktor Risiko Hipertensi

Menurut Elsanti (2009), faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat dan tidak dapat dikontrol, antara lain:

a. Faktor Risiko Tidak Dapat Dikontrol:

1) Jenis Kelamin

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormone estrogen setelah menopause.

(39)

24 2) Umur

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus, hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause.

3) Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.

b. Faktor Resiko Dapat Dikontrol:

1) Merokok

Fakta otentik menunjukan bahwa merokok dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Kebanyakan efek ini

(40)

25

berkaitan dengan kandungan nikotin. Asap rokok (CO) memiliki kemampuan menarik sel darah merah lebih kuat dari kemampuan menarik oksigen, sehingga dapat menurunkan kapasitas sel darah merah pembawa oksigen ke jantung dan jaringan lainnya.

2) Status Gizi

Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan masalah penting karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah salah satu cara untuk mengukur status gizi seseorang. Seseorang dikatakan kegemukan atau obesitas jika memiliki nilai IMT ≥ 25.0. Obesitas merupakan faktor risiko munculnya berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes melitus.

6. Diagnosis Hipertensi

Menurut Yogiantoro M, (2014), diagnosis hipertensi esensial ditegakkan berdasarkan data anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis

(41)

26

yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderita hipertensi, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan, seperti penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan lainnya, riwayat penyakit dalam keluarga, gejala yang berkaitan dengan penyakit hipertensi, perubahan aktifitas atau kebiasaan (merokok, konsumsi makanan, riwayat dan faktor psikososial lingkungan keluarga, pekerjaan dan lain-lain) (Yogiantoro M, 2014).

Dalam mendiagnosis seseorang terkena hipertensi dapat dilakukan dua cara, yaitu:

1) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan pengukuran tekanan darah pada penderita dalam keadaan nyaman dan relaks. Pengukuran dilakukan dua kali atau lebih dengan jarak dua menit, kemudian diperiksa ulang dengan kontrolatera.

2) Pemeriksaan Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang penderita hipertensi terdiri dari tes darah rutin, glukosa darah (sebaiknya puasa), kolesterol total serum, kolesterol LDL dan HDL serum, trigliserida serum (puasa), asam urat serum, kreatinin serum, kalium serum, hemoglobin dan hematokrit, urinalisis dan elektrokardiogram. Pemeriksaan lainnya seperti pemeriksaan ekokardiogram, USG karotis dan femoral, foto rontgen, dan fundus kopi (Yogiantoro M, 2014).

(42)

27 6. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi dapat berpotensi menjadi komplikasi berbabagai penyakit diantaranya adalah stroke hemorragik, penyakit jantung, penyakit arteri koronaria anuerisma, gagal ginjal dan ensefalopati hipertensi (Shanty, 2011).

a. Stroke

Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba.

Jaringan otak yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang pula stroke disebut dengan CVA (Cerebrovascular Accident). Hipertensi menyebabkan tekanan yang lebih besar padda dinding pembuluh darah, sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah rentan pecah.

Demikian pula dengan hemorrhagik stroke juga dapat terjadi pada bukan penderita hipertensi.

Pada kasus seperti ini biasanya pembuluh darah pecah karena lonjakan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan atau faktor emosional.

Pecahnya pembuluh darah di suatu tempat di otak dapat menyebabkan sel-sel otak yang seharusnya mendapat pasokanoksigen dan nutrisi yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi kekurangan nutrisi yang akan mati. Darah yang

(43)

28

tersembur dari pembuluh darah yang pecah tersebut juga dapat merusak sel-sel otak yang berada disekitarnya.

b. Penyakit Jantung

Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sebagai akibatnya terjadi hipertropi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi.

Kebutuhan oksigen oleh miokardium akan meningkatkan akibat hipertrofi ventrikel, hal ini mengakibatkan peningkatkan beben kerja jantung yang pada akhirnya menyebabkan angina dan infark miokardium. Disamping itu juga secara sederhana dikatakan peningkatan tekanan darah mempercepat aterosklerosis dan arteriosklerosis.

c. Penyakit Arteri Koronaria

Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor risiko utama penyakit arteri koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plak terbentuk pada percabangan arteri yang kearah aterikoronaria kiri, arteri koronaria kanan dan agar jarang pada arteri sirromflex.

Aliran darah kedistal dapat mengalami abstruksi secara permanen maupun sementara yang disebabkan oleh akumulasi plak atau pengumpulan.

Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksiarteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.

Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan suplai oksigen

(44)

29

yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria.

d. Pelebaran Pembuluh Darah (Aneurime)

Pembuluh darah terdiri dari beberapa lapisan, tetapi ada yang terpisah sehingga memungkinkan darah masuk. Pelebaran pembuluh darah bisa timbul karena dinding pembuluh darah aorta terpisah atau disebut aorta disekans. Kejadian ini dapat menimbulkan penyakit aneurisme dimana gejalanya adalah sakit kepala yang hebat, sakit di perut sampai ke pinggang belakang dan ginjal. Aneurisme pada perut dan dada penyebab utamanya pengerasan dinding pembuluh darah karena proses penuaan (aterosklerosis) dan tekanan darah tinggi memicu timbulnya aneurisme.

D. Tinjuan Umum Tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) 1. Pengertian Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) adalah suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup (Kemenkes RI, 2016).

(45)

30

2. Tujuan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) a. Tujuan Umum

Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berperilaku sehat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup.

b. Tujuan Khusus

1) Meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat untuk hidup sehat.

2) Meningkatkan produktivitas masyarakat.

3) Mengurangi beban biaya kesehatan.

3. Ruang Lingkup Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) Kegiatan utama yang dilakukan dalam rangka GERMAS pada tahun 2016 adalah peningkatan aktivitas fisik, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi, peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit, peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan edukasi hidup sehat.

Fokus kegiatan GERMAS pada tahun 2017 ada tiga yaitu : a. Peningkatan Aktivitas Fisik

Tubuh manusia diciptakan Tuhan untuk bergerak, agar manusia dapat melakukan aktivitas. Aktivitas fisik yang teratur dan menjadi satu kebiasaan akan meningkatkan ketahanan fisik. Aktivitas fisik dapat ditingkatkan menjadi latihan fisik bila dilakukan secara baik, benar, teratur dan terukur.Latihan fisik dapat meningkatkan ketahanan fisik, kesehatan dan

(46)

31

kebugaran. Latihan fisik yang dilakukan dengan mengikuti aturan tertentu dan ditujukan untuk prestasi menjadi kegiatan olahraga.

Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan ketahanan fisik,kesehatan dan kebugaran masyarakat. Selain itu sasaran kegiatan adalah seluruh masyarakat terutama anak sekolah, ibu hamil, pekerja dan lansia.

b. Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber berbagai vitamin, mineral, dan serat pangan. Sebagian vitamin, mineral yang terkandung dalam sayuran dan buah-buahan berperan sebagai antioksidan atau penangkal senyawa jahat dalam tubuh serta mencegah kerusakan sel. Serat berfungsi untuk memperlancar pencernaan dan dapat menghambat perkembangan sel kanker usus besar.

Berbagai kajian menunjukkan bahwa konsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup turut berperan dalam menjaga kenormalan tekanan darah, kadar gula dan kolesterol darah.

Setiap orang dianjurkan konsumsi sayuran dan buah-buahan 300-400 gram perorang perhari bagi anak balita dan anak usia sekolah, dan 400-600 gram perorang perhari bagi remaja dan orang dewasa. Sekitar dua-pertiga dari jumlah anjuran

(47)

32

konsumsi sayuran dan buah-buahan tersebut adalah porsi sayur.

Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan kesadaran berperilaku hidup sehat melalui mengkonsumsi buah dan sayur bagi seluruh lapisan masyarakat. Adapun sasaran kegiatan ini adalah seluruh kalangan masyarakat.

c. Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit

Pemeriksaan/skrining kesehatan secara rutin merupakan upaya promotif preventif yang diamanatkan untuk dilaksanakan oleh bupati/walikota sesuai Permendagri no 18/

tahun 2016 dengan tujuan untuk: mendorong masyarakat mengenali faktor risiko PTM terkait perilaku dan melakukan upaya pengendalian segera ditingkat individu, keluarga dan masyarakat; mendorong penemuan faktor risiko fisiologis berpotensi PTM yaitu kelebihan berat badan dan obesitas, tensi darah tinggi, gula darah tinggi, gangguan indera dan gangguan mental; mendorong percepatan rujukan kasus berpotensi ke FKTP dan sistem rujukan lanjut.

Tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan mendeteksi faktor risik bersama yang menjadi penyebab terjadinya penyakit tidak menular terutama jantung, kanker, diabetes dan penyakit paru kronis

(48)

33

yaitu diet tidak sehat (kurang mengonsumsi sayur dan buah, mengonsumsi makanan tinggi garam, gula, lemak dan diet gizi tidak seimbang), kurang beraktifitas fisik 30 menit setiap hari, menggunakan tembakau/rokok serta mengonsumsi alkohol.

2) Mendorong dan menggerakkan masyarakat untuk melakukan modifikasi perilaku berisiko tersebut diatas menjadi perilaku hidup sehat mulai dari individu, keluarga dan masyarakat sebagai upaya pencegahan PTM.

3) Mendeteksi masyarakat yang mempunyai risiko hipertensi dan diabetes melitus serta mendorong rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk ditatalaksana lebih lanjut sesuai standar.

4) Mengurangi terjadinya komplikasi, kecacatan dan kematian prematur akibat penyakit tidak menular karena ketidaktahuan/keterlambatan untuk mendeteksi PTM utamanya hipertensi dan diabetes melitus pada tahap dini.

5) Mendorong dan menggerakkan masyarakat khususnya para ibu untuk memeriksakan diri agar terhindar dari kanker leher rahim dan kanker payudara dengan deteksi dini tes IVA/SADANIS.

(49)

34

Sasaran kegiatan ini adalah setiap individu/ penduduk usia

>15 tahun dan seluruh Desa/Kelurahan di setiap Kabupaten/

Kota. Selain itu, kegiatan pemeriksaan/skrining kesehatan secara rutin sebagai upaya pencegahan yang harus dilakukan oleh setiap penduduk usia >15 tahun keatas untuk mendeteksi secara dini adanya faktor risiko perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung, kanker, diabetes dan penyakit paru kronis, ganguan indera serta gangguan mental.

E. Tinjauan Umum Tentang Variabel yang diteliti 1. Tinjauan Umum Tentang Niat

Menurut Albery & Munafo (2011), niat (intention) merupakan perilaku yang ditentukan oleh sikap, norma subjektif dan pengendalian perilaku yang disadari. Kecenderungan untuk memilih melakukan tindakan atau tidak, intensi (niat) ini ditentukan sejauh mana individu memilih untuk melakukan perilaku tertentu mendapat dukungan dari orang lain yang berpengaruh (Albery & Munafo, 2011).

Niat (intention) adalah kecenderungan untuk melakukan tindakan terhadap objek. Niat dianggap sebagai sebuah “penangkap” atau perantara antara faktor-faktor motivasional yang mempengaruhi perilaku.

Niat juga mengindikasikan seberapa keras seseorang mempunyai kemauan untuk mencoba. Niat menunjukkan seberapa banyak upaya yang direncanakan seseorang untuk melakukan sesuatu dari niat yang

(50)

35

berhubungan dengan perilaku selanjutnya. Niat berkaitan dengan keinginan terhadap suatu hal yang biasanya diikuti oleh tingkah laku yang mendukung keinginan tersebut (Chan, 1999).

Menurut Fishbein dan Ajzen (1980), niat terdiri dari empat elemen, yaitu:

1) Tingkah laku yang spesifik,

2) Objek target diarahkannya tingkah laku, 3) Situasi dilakukan tingkah laku,

4) Waktu dilakukannya tingkah laku.

2. Tinjauan Umum Tentang Promosi Kesehatan

Menurut Green dalam (Notoatmodjo, 2012), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang direncanakan untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3 hal, yaitu :

1) Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat, 2) Peningkatan perilaku masyarakat,

3) Peningkatan status kesehatan masyarakat.

Green juga mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu :

(51)

36

1. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi pengetahuan dan sikap seseorang.

2. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana, prasarana, dan fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku.

3. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang, peraturan-peraturan dan surat keputusan.

3. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Umum dan Khusus Terhadap Penyakit-Penyakit Tertentu

Menurut Leavell dan Clark (1965), perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general and specific protection) adalah upaya untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi, peningkatan keterampilan individu untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik dan untuk menanggulangi stress dan lain-lain.

Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general and specific protection) merupakan tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah penyakit, menghentikan proses interaksi bibit penyakit pejamu-lingkungan dalam tahap prepatogenesis, tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat akan tetapi memiliki risiko tertentu.

(52)

37

4. Tinjauan Umum Tentang Diagnosis Awal dan Perawatan Tepat Waktu

Menurut Leavell dan Clark (1965), diagnosis awal dan perawatan tepat waktu (early diagnosis and prompt treatment) merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat.

Tujuan utama dari tindakan diagnosis awal dan perawatan tepat waktu adalah sebagai berikut :

1) Mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular dan tidak menular.

2) Mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.

Diagnosis awal dan perawatan tepat waktu dapat dilakukan dengan cara skrining. Skrining yang dimaksud adalah pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya sehingga kita dapat mengetahui volume tekanan darah secara dini. Selain itu, diagnosis awal dan perawatan tepat waktu dilakukan pula karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat. Bahkan kadang-kadang terdapat masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya.

(53)

38 F. Kerangka Teori

Gambar 1.1 Kerangka Teori Perilaku Pencegahan Hipertensi dari Theory Reasoned Action (TRA) (Fishbein & Ajzen, 1980), dan Teori Five Level of

Prevantion (Leavell & Clark, 1965) Kepercayaan

Keyakinan

 Kepercayaan

terhadap keuntungan dan kerugian

 Evaluasi terhadap hasil keuntungan dan kerugian

Norma Keyakinan

 Percaya terhadap sikap orang lain untuk berperilaku

 Motivasi untuk mematuhi sikap orang lain

Sikap

Norma Subjektif

Niat

Pre-Phatogenesis

 Health Promotion

 General &

Specific Protection

Early Diagnosis Promt Treatment

Phatogenesis

Disability Limitation

 Rehabilitation

Perilaku

(54)

39

Kerangka teori diatas merupakan modifikasi dari Theory Reasoned Action (TRA) dan Teori Five Level of Prevention tentang perilaku pencegahan hipertensi dalam program GERMAS dengan mengetahui sikap dan norma subjektif yang diyakini serta melatarbelakangi keinginan melakukan pencegahan hipertensi, sehingga melahirkan niat dari dalam diri masyarakat untuk melakukan pencegahan hipertensi, sosialisasi GERMAS (promosi kesehatan) yang didapatkan masyarakat sebelum melakukan melakukan pencegahan hipertensi, setelah mengikuti sosialias GERMAS maka masyarakat dapat melakukan perlindungan umum dan spesifik (aktivitas fisik serta mengonsumsi buah dan sayur) dalam pencegahan hipertensi, kemudian yang terakhir masyarakat mampu melakukan diagnosis awal dan perawatan tepat waktu (pemeriksaan kesehatan secara rutin) terhadap dirinya setelah melakukan perlindungan umum dan spesifik (aktivitas fisik serta mengonsumsi buah dan sayur) agar mengetahui apakah dia tidak terkena hipertensi, karena berdasarkan penelitian sebelumnya keenam komponen ini sangat mempengaruhi masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dalam mencegah penyakit hipertensi.

BAB III

(55)

40

KERANGKA KONSEP A. Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti

Program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dengan tiga pilar yakni melakukan aktivitas fisik, konsumsi buah dan sayur serta pemeriksaan kesehatan secara rutin merupakan salah satu langkah mengajak masyarakat untuk meningkatka kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat agar berperilaku sehat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup serta terhindar dari penyakit yang diderita mau penyakit yang tidak kita tahu sehingga dapat terdeteksi secara dini, misalnya penyakit hipertensi.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kardiovaskuler yang dapat dicegah dan diobati secara tuntas dengan mengendalikan faktor penyebab dari hipertensi itu sendiri dengan menerapkan kebiasaan hidup sehat. Masyarakat yang mau melakukan atau menerapkan perilaku hidup sehat memiliki peluang besar untuk terhindar dari penyakit hipertensi tersebut. Menerapkan kebiasaan hidup sehat dengan melakukan aktivitas fisik, mengonsumsi buah dan sayur serta melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin penting untuk diterapkan dalam upaya pencegahan penyakit.

Ada berbagai alasan yang bisa menyebabkan seseorang melakukan perilaku pencegahan penyakit hipertensi. Menurut Theory Reasoned Action (TRA) dalam Priyoto (2014), mengatakan bahwa niat (intention) ditentukan oleh sikap dan norma subjektif. Komponen pertama mengacu pada sikap terhdap perilaku. Sikap ini merupakan hasil pertimbangan untung dan rugi dari perilaku tersebut (outcome of the behavior). Di samping itu, komponen

(56)

41

norma subjektif mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap penting dan motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut.

Berikut teori Theory Reasoned Action (TRA) sebagai berikut :

Gambar 1.2 Theory Reasoned Action (TRA) (Fishbein & Ajzen, 1980), Sumber (Priyoto, 2014)

Menurut Teori Five Level of Prevantion (Leavell & Clark, 1965), mengatakan bahwa upaya pencegahan sesungguhnya (true prevention) atau primary prevention terjadi pada periode prepatogenesis dan melibatkan:

health promotion dan specific protection. Kemudian pada tahap secondary prevention bisa terjadi pada periode awal dan patogenesis. Yang termasuk periode ini adalah early diagnosis and prompt treatment. Periode selanjutnya

Kepercayaan Keyakinan

 Kepercayaan

terhadap keuntungan dan kerugian

 Evaluasi terhadap hasil keuntungan dan kerugian

Norma Keyakinan

 Percaya terhadap sikap orang lain untuk berperilaku

 Motivasi untuk mematuhi sikap orang lain

Sikap

Norma Subjektif

Niat Norma

Penting

Perilaku

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini Aplikasi PHR GERMAS-V2 multiplatform lebih mudah digunakan oleh masyarakat luas (more available), mudah digunakan karena password dan username

Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga dan gerakan masyarakat hidup sehat ( Germas) adalah suatu strategi untuk terwujudnya standar pelayanan minimal

bahwa dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang berdayaguna dan berhasilguna serta sesuai dengan perkembangan keadaan, maka Susunan Organisasi Pemerintahan

Hasil yang diperoleh menunjukkan penggunaan variasi konsentrasi asam basa tidak berpengaruh terhadap stabilitas mutu fisik tablet yang meliputi keseragaman bobot,

Mengorganisasikan materi pembelajaran 60 74 dosen menjelaskan empat jenis ketelitian jangka sorong  Mahasiswa menanyakan hal- hal yang dianggap kurang jelas

-- BEL PROSES TANPA KONTEN BEL PROSES TANPA KONTEN   TDK JAMIN PENANJAKAN MENTAL, KRN TDK JAMIN PENANJAKAN MENTAL, KRN BEL TDK DIISOLASI DR KONTEN. BEL TDK DIISOLASI

Komite Internasional tetap berhak untuk memantau hukum dan praktik suatu Negara Anggota untuk memenuhi pasal 4 ICCPR oleh karena Negara Anggota secara otomatis terikat

Kondisi Pertukaran Pemimpin-Anggota pada Wisma Pendawa berada pada kategori Cukup Baik, dengan indikator tertinggi adalah Tingkat Kesediaan karyawan dalam Menerima