• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit merupakan tempat pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh setiap orang, terutama untuk jenis pelayanan yang bersifat kuratif/pengobatan.

Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 1 menjelaskan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan Kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan Gawat Darurat. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan Kesehatan yang meliputi promotive, preventif Kuratif dan Rehabilitatif.

Pasien yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit pada umumnya adalah pasien – pasien yang mengalami penurunan daya tahan tubuh, sehingga tubuh rentan terhadap masuknya bakteri dan/ atau virus. Pasien yang semula dirawat hanya dengan satu diagnosa penyakit, tidak menutup kemungkinan dapat bertambah diagnosa penyakitnya mengingat banyaknya pasien lainnya dengan jenis penyakit yang berbeda maupun sama selama menjalani perawatan di rumah sakit. Infeksi yang didapatkan pada saat pasien menjalani perawatan di rumah sakit dikenal dengan istilah infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial bisa terpapar dari pasien lain maupun dari petugas kesehatan di rumah sakit.

(2)

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena penyakit-penyakit infeksi masih menjadi penyebab utama. Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 Rumah Sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik tetap menunjukkan adanya infeksi nosokomial dengan Asia Tenggara sebanyak 10,0%

(Harry, 2006). Di Indonesia, penelitian yang dilakukan di 11 Rumah Sakit di DKI Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8% pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat. Teknik pengendalian infeksi harus diterapkan dalam praktik keseharian untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial, baik pasien maupun perawat (Sofiana,Liena,2018).

Bahaya dari terjadinya infeksi nosokomial adalah meningkatnya angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) serta dapat memperlama perawatan pasien di rumah sakit dan dapat mempengaruhi mutu pelayanan Rumah Sakit. Cara penularan infeksi nosokomial yaitu kontak langsung antara pasien dengan personel yang merawat atau menjaga pasien, kontak tidak langsung ketika obyek didalam lingkungan yang terkontaminasi dan tidak didesinfeksi atau disterilkan (Amdani, 2009).

Selama 10-20 tahun belakangan ini telah banyak perkembangan yang telah dibuat untuk mencari masalah utama terhadap meningkatnya angka kejadian infeksi nosokomial. Di negara-negara miskin dan berkembang, pencegahan infeksi nosokomial lebih diutamakan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan pasien di Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan lainnya, oleh karena itu kebersihan tangan

(3)

merupakan hal yang paling penting untuk mencegah penyeberan infeksi. mencuci tangan menjadi metode pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial yang paling penting karena tangan merupakan salah satu wahana yang paling efisien untuk penularan infeksi nosokomial.

Salah satu tenaga kesehatan yang paling rentan terhadap penyakit infeksi tersebut, sekaligus berperan penting terhadap pencegahan infeksi nosokomial adalah perawat. Tenaga perawat merupakan tenaga yang paling sering berinteraksi dengan pasien. Cuci tangan harus dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan meskipun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Indikasi cuci tangan harus dilakukan pada saat yang diantisipasi akan terjadi perpindahan kuman melalui tangan, yaitu sebelum melakukan tindakan yang dimungkinkan terjadi pencemaran dan setelah melakukan tindakan yang dimungkinkan terjadi pencemaran.

Tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan di Australia masih sekitar 65%, di Amerika Serikatpun tidak jauh berbeda yakni sekitar 50%. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sejak tahun 2008 program cuci tangan dicanangkan, tingkat kepatuhan perawat hanya sekitar 60% (Saragih & Rumapea, 2012). Salah satu faktor kegagalan dalam pelaksanaan cuci tangan adalah keterbatasan fasilitas cuci tangan, namun ketika sudah ada fasilitas bukan berarti bisa langsung dinyatakan berhasil, karena muncul kendala berikutnya yakni kurangnya kesadaran petugas kesehatan (perawat) untuk melakukan prosedur cuci tangan (Saragih &

Rumapea, 2012).

(4)

Penelitian yang dilakukan Natasia tahun 2014 terkait faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan perawat adalah karakteristik individu (demografi) meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, dan lama bekerja. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Melfa Damanik; 2012, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran tentang Kepatuhan Hand Hygiene di Rumah Sakit Immanuel Bandung dikemukakan bahwa kepatuhan perawat melakukan hand hygiene sebesar 48,3% dan ada hubungan yang bermakna antara masa kerja (p = 0,026), pengetahuan (p = 0,000), dan ketersediaan tenaga kerja (p = 0,000) dengan kepatuhan melakukan hand hygiene.

Rumah Sakit Umum Hermina Arcamanik merupakan Rumah Sakit yang sudah terakreditasi KARS Versi 2012 pada Tahun 2015 dengan tingkat kelulusan Paripurna.

Sejak didirikan pada Tahun 2010, Rumah Sakit Umum Hermina Arcamanik telah memiliki program - program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang dikelola oleh Tim PPI di RS, dimana struktur organisasi Tim PPI ini berada langsung dibawah Direktur RS, dengan sudah terakreditasi KARS Versi 2012 pada Tahun 2015 dan Tahun 2018, maka diharapkan mampu meningkatkan keberhasilan Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Umum Hermina Arcamanik.

Salah satu Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Umum Hermina Arcamanik, yang menjadi fokus penilaian dan atau menjadi indikator kunci penilaian adalah kepatuhan cuci tangan petugas medis, terutama perawat sebagai upaya mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Fasilitas guna mendukung keberhasilan program ini pun sudah disediakan oleh manajemen rumah sakit, baik berupa poster tentang 6 langkah cuci tangan yang benar & 5 moment cuci tangan, disinfekatan berbasis alkohol dan sabun cair, disediakan diberbagai tempat, guna mempermudah

(5)

perawat melakukan cuci tangan. Eduksi pun dilakukan secara berkala dan berkesinambungan, baik dalam bentuk sosialisasi SPO, Diklat, dan Workshop, yangmana 100% petugas di RS harus terpapar dengan materi tentang Program PPI.

Adapun salah satu bagian terpenting dari Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Umum Hermina Arcamanik adalah Kegiatan Monitoring dan Evaluasi. Kegiatan ini dilakukan secara berkala dengan metode survey yang dilakukan oleh IPCN dan Komite PMKP guna melihat kepatuhan perawat, tentang penerapan metode 6 langkah cuci tangan dengan benar.

Berdasarkan data yang didapatkan dari Komite PMKP di RS, didapatkan bahwa angka kepatuhan cuci tangan pada Tahun 2018 belum tercapai standar 100%, dengan hasil sebagai berikut TW I = 76, 32%, TW = 76,75%, TW III = 74,88% dan TW IV

=72,09%. Hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Januari 2020, terhadap 10 orang perawat didapat 2 orang perawat belum melakukan prosedur cuci tangan sesuai langkah yang benar dan 3 orang perawat belum melakukan prosedur cuci tangan sesuai momen. Mengingat besarnya risiko yang dapat timbul jika sampai terjadi infeksi nosokomial, baik dari sisi rumah sakit maupun sisi pasien, maka upaya pencegahan terhadap kejadian infeksi nosokomial menjadi sangat krusial untuk ditingkatkan kembali.

Salah satu upaya peningkatan ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi karakteristik perawat yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan cuci tangan, khususnya perawat di Rumah Sakit Umum Hermina Arcamanik, sehingga dalam memberikan pengambilan keputusan program apa yang akan dijalankan untuk meningkatkan kepatuhan menjadi lebih tepat sasaran.

(6)

Pekerjaan dan peranan individu sebagai seorang perawat sangat terkait erat hubungannya dengan pasien, maka kepatuhan pelaksanaan cuci tangan dengan benar guna mencegah terjadinya infeksi nosokomial sangatlah penting. Sehubungan dengan angka kepatuhan cuci tangan yang belum tercapai sesuai standar, maka karakteristik individu ini dilakukan penelitian untuk mengetahui adakah hubungan antara karakterisitik individu dengan kepatuhan melaksanakan cuci tangan.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Karakteristik Individu Perawat dengan Kepatuhan Cuci Tangan Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Hermina Arcamanik Tahun 2020.”

B. Rumusan Masalah

Rumah Sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan. Fasilitas pelayanan Kesehatan dihadapkan pada risiko terjadinya infeksi baik karena perawatan atau datang berkunjung ke rumah sakit (Kemenkes RI, 2011).

Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Angka kejadian infeksi nosokomial tercatat di berbagai negara sekitar 3,3% - 9,2%, artinya sekian persen penderita yang dirawat tertular infeksi nosokomial dan dapat terjadi secara akut atau secara kronis (Darmadi, 2008).

(7)

Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang diperoleh atau yang terjadi di rumah sakit berkaitan dengna pemberian layanan Kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dan tindakan perawat diperlukan untuk mencegah infeksi nosokomial dengan melakukan cuci tangan, menggunakan alat pelindung, mengelola alat kesehatan, desinfeksi lokasi Tindakan, melakukan perawatan dan penutupan luka (Harahap, 2012).

Teknik pengendalian infeksi harus diterapkan dalam praktik keseharian untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial, baik pasien maupun petugas Kesehatan.

Kemampuan perawat dalam mencegah transmisi infeksi di rumah sakit dan upaya pencegahan adalah tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan bermutu. Tindakan salah yang sering dilakukan perawat adalah jarang mencuci tangan dalam melakukan tindakan. Kadang kala ada juga perawat yang menggunakan sarung tangan dalam melakukan Tindakan. Kadang juga ada perawat yang menggunakan sarung tangan dan lupa menggantinya sewaktu memeriksa satu pasien ke pasien lain, atau dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya (Habni,Y,2009)

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan masalah untuk penelitian ini yaitu: “Apakah ada Hubungan Karakteristik Individu Perawat (Usia, Jenis Kelamin, Masa Kerja, Tingkat Pendidikan, Status Perkawinan) dengan Kepatuhan Cuci Tangan Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Hermina Arcamanik Tahun 2020?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

(8)

Mengetahui karakteristik perawat yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan cuci tangan di Rumah Sakit Umum Hermina Arcamanik

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik perawat dilihat dari usia terhadap kepatuhan cuci tangan

b. Mengetahui karakteristik perawat dilihat dari jenis kelamin terhadap kepatuhan cuci tangan

c. Mengetahui karakteristik perawat dilihat dari masa kerja terhadap kepatuhan cuci tangan

d. Mengetahui karakteristik perawat dilihat dari pendidikan terhadap kepatuhan cuci tangan

e. Mengetahui karakteristik perawat dilihat dari status perkawinan terhadap kepatuhan cuci tangan

f. Mengetahui hubungan karakteristik individu perawat dengan kepatuhan cuci tangan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari peneliti ini adalah untuk menambah pengetahuan dan manfaatnya bagi Manajemen Keperawatan mengenai kemungkinan faktor-

(9)

faktor penyebab yang dapat mempengaruhi terhadap kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Perawat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi cerminan bagi perawat dalam melakukan cuci tangan, sehingga perawat menjadi lebih patuh dalam melakukan cuci tangan, khususnya saat memberikan pelayanan kepada pasien.

b. Bagi Tempat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dalam menetapkan Program Peningkatan Kepatuhan Cuci Tangan di Tahun 2021 yang lebih tepat sasaran, sehingga dapat tercapainya Budaya Cuci Tangan bagi seluruh karyawan, khususnya perawat di Rumah Sakit Umum Hermina Arcamanik.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan menjadi acuan untuk dilakukannya penelitian kualitatif agar dapat diketahui lebih dalam penyebab tidak patuhnya perawat melakukan cuci tangan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Pada penelitian jenis observasional analitik ini, peneliti mencoba untuk mencari hubungan antar variabel, yaitu dengan melakukan suatu analisis

(10)

terhadap data yang dikumpulkan, sehingga diperlukan penyusunan hipotesis (Drs.

Kuntjojo, M.Pd, 2013). Cross sectional adalah penelitian yang digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bertugas di Intalasi Rawat Inap, yakni Ruang Perawatan Ibu, Ruang Perawatan Anak dan Ruang Perawatan Umum di Rumah Sakit Hermina Arcamanik.

2. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di semua Instalasi Rawat Inap (Intalasi Perawatan Anak, Ibu dan Umum) RS Umum Hermina Arcamanik, Bandung, Jalan A.H.

Nasution No. 50 Bandung.

3. Ruang Lingkup Waktu

Kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan Agustus – September 2020.

(11)
(12)

Filename: Document1 Directory:

Template: C:\Users\KRIS\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dotm Title:

Subject:

Author: KEEP

Keywords:

Comments:

Creation Date: 9/14/2020 11:24:00 PM Change Number: 1

Last Saved On:

Last Saved By:

Total Editing Time: 0 Minutes

Last Printed On: 9/14/2020 11:26:00 PM As of Last Complete Printing

Number of Pages: 11

Number of Words: 2,040 (approx.)

Number of Characters: 11,634 (approx.)

Referensi

Dokumen terkait

2 empty Trial completion date empty Scientific title The effect of IL-6 inhibitor Tocilizumab on the prognosis of covid-19 patients with acute respiratory failure Public title The