1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dinamika kasus keamanan dan mutu produk makanan merupakan masalah yang perlu diselesaikan dan tantangan yang perlu dihadapi.
Rhodamin B digunakan pada jajanan dan minuman untuk memperbaiki tampilan fisik makanan karena makanan dengan warna mencolok dan menarik lebih banyak disukai. Ulah ini menyebabkan produk makanan yang seharusnya bernilai guna menjadi berisiko untuk dikonsumsi. Sehingga diperlukan pengawasan (monitoring) rutin terhadap kadar rhodamin B pada makanan yang beredar di masyarakat agar tetap terjaga kualitasnya dan aman untuk dikonsumsi.
Rhodamin B merupakan pewarna sintesis yang digunakan dalam industri sebagai pewarna merah kertas dan tekstil. Rhodamin B bersifat toksik karena terbuat dari dietyllaminophenol dan phatalic anchidrid sehingga dilarang digunakan pada makanan, minuman maupun kosmetik. Selain itu, rhodamin B termasuk bahan karsinogen (penyebab kanker) yang kuat.
Konsumsi rhodamin B dalam jangka panjang dapat terakumulasi di dalam tubuh dan dapat menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati, kerusakan hati, gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati.
Laporan tahunan BPOM terhadap sampel makanan yang diproduksi oleh Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP), pangan jajanan anak sekolah (PJAS) serta pangan segar, menunjukkan bahwa beberapa produk masih menggunakan bahan berbahaya rhodamin B. Balai Besar POM di Serang tahun 2018 melaporkan bahwa dari 1.016 sampel yang diuji dengan 190 parameter, terdapat 108 sampel (10.63%) tidak memenuhi syarat dengan 28 hasil uji yang positif mengandung Rhodamin B. Sedangkan laporan tahunan Balai Besar POM di Surabaya tahun 2018 menunjukkan dari 1.385 sampel
2
yang diuji, 93 (6,71%) sampel tidak memenuhi syarat kimia karena mengandung bahan berbahaya rhodamin B (15 sampel).
Penggunaan Rhodamin B telah dilarang karena efek karsinogenik, mutagenik, dan toksiknya pada semua organisme hidup. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.239/Menkes/Per/V/1985 dan direvisi melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang zat warna yang dinyatakan berbahaya dan dilarang di Indonesia, Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintesis yang dilarang untuk makanan. Penggunaan pewarna pada pangan di Indonesia juga diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan.
Beberapa metode untuk mendeteksi Rhodamine B dalam makanan telah dikembangkan dengan metode analitik yang umum termasuk HPLC- UV, HPLC-Flu, LC-PDA, LC-MS, kromatografi lapis tipis dan spektofotometri (Wei, 2019). Namun metode tersebut dirasa memiliki beberapa kelemahan yaitu tahapan analisis yang kompleks, biaya analisis yang mahal, perlu pereaksi yang banyak, menggunakan instrument, dibutuhkan keahlian khusus dalam pengoperasian serta tidak praktis untuk uji di lapangan (Rismiarti, 2018). Perkembangan arus teknologi dan modernisasi yang pesat menuntun pengembangan metode analisis yang lebih sederhana, cepat, praktis dan akurat.
Beberapa penelitian berbasis kolorimetri telah berhasil dikembangkan untuk metode deteksi cepat kandungan rhodamin B pada sampel pangan.
Rapid test kit rhodamin B merupakan alat uji cepat kualitatif (test kit) keamanan pangan untuk mendeteksi kandungan pewarna rhodamin B secara akurat yang terdapat di dalam bahan makanan dan minuman. BPOM Republik Indonesia telah mengembangkan metode uji cepat rhodamin B dengan prinsip pembentukan warna ungu lembayung dari senyawa kompleks antara rhodamin B dengan garam antimon yang larut dalam pelarut organik.
Selain itu, Mahdi (2013) mengembangkan reagent kit bernama Colour Main Reagent (CMR) untuk deteksi rhodamin. Sampel positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna pada bagian bawah tabung reaksi (fraksi air)
3
Bedasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu deteksi cepat Rhodamin B dengan reaksi pembentukan warna (kolorimetri) berbasis pencitraan digital. Sampel yang mengandung rhodamin B ditambahkan ammonia pekat dan diekstraksi dengan petroleum eter (nonpolar). Pada lapisan eter kemudian ditambahkan asam klorida encer (0,1 M). Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah pada lapisan asam (bawah). Kemudian intensitas serta kestabilan warna yang terbentuk dianalisis menggunakan metode kolorimetri berbasis pencitraan digital menggunakan kamera smartphone dan software Image J. Data intensitas kemudian dikonversi menjadi absorbansi dengan
menggunakan persamaan Lambert – Beer.
Penelitian ini di fokuskan untuk deteksi rhodamin B dengan metode yang praktis, akurat, sederhana, dan mudah diaplikasikan serta tidak menggunakan intrumentasi khusus berbasis pencitraan digital. Diharapkan, metode kolorimetri ini dapat dilakukan oleh siapapun sebagai salah satu metode screening cepat kandungan rhodamin B dalam produk makanan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasar latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana hasil uji rhodamin B pada sampel makanan dan minuman menggunakan metode kolorimetri?
2. Bagaimana hasil uji rhodamin B menggunakan metode kolorimetri dibandingkan dengan metode standar SNI menggunakan kromatografi kertas?
3. Bagaimana pengaruh waktu analisis terhadap stabilitas warna rhodamin B yang dihasilkan?
4 1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah maka dapat dipaparkan tujuan penelitan ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Pengembangkan suatu deteksi cepat Rhodamin B pada makanan dan minuman dengan reaksi pembentukan warna berbasis pencitraan digital
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui hasil uji rhodamin B pada sampel makanan dan minuman menggunakan metode kolorimetri
2. Mengetahui hasil uji rhodamin B menggunakan metode kolorimetri dibandingkan dengan metode standar SNI menggunakan kromatografi kertas
3. Mengetahui pengaruh waktu analisis terhadap stabilitas warna rhodamin B yang dihasilkan
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara langsung maupun tidak langsung di bidang teknologi penapisan. Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberi kontribusi ilmiah pada kajian tentang pengembangan teknologi penapisan dalam deteksi cepat rhodamin B pada sampel makanan dan minuman. Selain itu, dapat digunakan sebagai sumber informasi dan referensi pada penelitian selanjutnya tentang deteksi cepat rhodamin B dalam sampel makanan dan minuman.
2. Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini dapat memberikan manfaat mengenai deteksi cepat rhodamin B yang mudah, efektif dan efisien
5
menggunakan metode kolorimetri. Pengaplikasiannya yang mudah, tidak membutuhkan instrument khusus sehingga praktisi kesehatan maupun masyarakat umum dapat melakukan analisis rhodamin di lapangan sehingga keamanan pangan dapat ditingkatkan
1.5 Kerangka Pikir Penelitian
Bahaya Rhodamin B
Monitoring rhodamin B
Metode pendeteksi
cepat Rhodamin B Deteksi cepat rhodamin
B dengan metode kolorimetri
Uji baku rhodamin
B
Waktu stabilitas
Uji pada sampel
Perbandingan dengan metode standart