• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - Perpustakaan Poltekkes Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I - Perpustakaan Poltekkes Malang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Toddler merupakan usia emas, karena di usia ini seorang anak mengalami peningkatan pesat pada pertumbuhan dan perkembangannya. Usia toddler ini juga merupakan fase usia awal tumbuh kembang anak dan akan berpengaruh pada usia selanjutnya. Pada usia ini sudah saatnya bagi orangtua untuk mengembangkan dan melatih kemandirian anak. Apabila pada usia ini kurang dilatih, akan menyebabkan terhambatnya perkembangan kemandirian. Sehingga pada usia toddler ini merupakan waktu yang tepat bagi anak untuk mempelajari berbagai macam keterampilan seperti belajar buang air besar dan buang air kecil atau yang biasa disebut toilet training.

Penelitian American Psychiatric Association melaporkan bahwa 10- 20%

anak usia 12-24 bulan masih mengompol (nocturnal enuresis), dan jumlah anak laki-laki yang mengompol diketahui lebih banyak dibanding anak perempuan (Medicastore, 2008 dalam (Meysialla & Alini, 2018). Diperkirakan balita di Indonesia 30% dari 250 juta jiwa penduduk di Indonesia dan berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Nasional jumlah balita yang susah dalam mengontrol buang air kecil dan buang air besar di usia sampai prasekolah mencapai 75 juta anak, Fenomena ini dipicu karena banyak hal, salah satunya adalah pengetahuan ibu yang kurang tentang melatih anak BAB dan BAK, pemakaian popok sekali pakai, hadirnya saudara baru dan masih banyak lainnya (Fitriyana & Aldophi, 2018).Survei cepat yang pernah dilakukan di Jawa Timur tahun 2013 menyatakan bahwa peran orang tua dalam mengajarkan anak toilet

(2)

2

training pada balita masih kurang, hal ini ditunjukkan dengan angka hanya 20%

orang tua yang mengajarkan toilet training pada balita yang tepat sesuai dengan usia (Laili & Indriyanti, 2017).

Pengajaran atau bimbingan toilet training pada anak seringkali memiliki beberapa kendala. Terdapat beberapa cara untuk menangani masalah terhadap bimbingan anak dengan edukasi tolet training yaitu, dengan peragakan cara penggunaan toilet, sesuaikan ukuran toilet, gunakan kursi toilet (Wijayanti et al., 2017). Menurut Zaviera (2012) dalam mengenali & memahami tumbuh kembang anak, mengajarkan latihan toilet training sebaiknya santai dan hindari kemarahan, hindari pemaksaan yang berlebihan dan menyarankan untuk para orang tua saat melakukan latihan toilet training jangan bertengkar/ menghukum/ membuat malu anak, bersikap simpatik, hindari kata-kata “kotor”, “nakal” atau “jorok”, beri semangat pada anak dan beri penghargaan atau hadiah jika anak dapat melakukan toilet training dengan baik. Yang paling penting dalam latihan toilet training adalah kebijaksanaan orangtua. Sebab, bila orangtua bijak dalam memulai proses ini, tentu anak dapat melaluinya dengan baik.

Beberapa anak mungkin berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ada anak melakukan toilet training tanpa ada masalah dan ada anak lainnya yang mengalami kesulitan. Beberapa anak mungkin dapat melakukannya dalam waktu beberapa hari, sedangkan anak lainnya ada yang sampai berbulan-bulan. Salah satunya yaitu anak seringkali kesulitan untuk dilepaskan dari ketergantungannya terhadap popok sekali pakai. Sebagian besar ibu selalu kebingungan dalam proses pembelajaran pada anak dalam kepekaan untuk buang air kecil dan buang air besar secara benar di toilet.

Kebanyakan ibu kurang menyadari pentingnya pembelajaran toilet training yang

(3)

3

baik sejak dini (Fadhillah & Hardini, 2020). Berdasarkan penelitian pada bulan Maret tahun 2015 oleh Septiani mengatakan bahwa hasil penelitian kajian tentang hubungan pengetahuan ibu tentang toilet training dengan pelaksanaannya didapatkan 22 ibu (24,7%) yang berpengetahuan kurang, dari 22 ibu yang termasuk kategori pengetahuan kurang sebagian besar tidak melaksanakan toilet training sebanyak 14 orang (63,3%). Untuk mendapatkan pengetahuan tentang toilet training yang baik dan benar, maka ibu memerlukan informasi salah satunya yaitu melalui edukasi tentang toilet training. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kesiapan anak, pengetahuan orang tua dan pelaksanaan toilet training yang benar, merupakan suatu domain penting yang perlu orang tua ketahui untuk meningkatkan kemampuan toileting pada anak dengan memberikan edukasi kesehatan.

Edukasi atau pendidikan adalah pemberian informasi dan penyebaran pesan sehingga seseorang bisa mengerti dan melakukan anjuran yang ada. Edukasi kesehatan kepada orangtua khususnya ibu tentang toilet training akan mempengaruhi pengetahuan orangtua tentang toilet training (Musfiroh, 2014).

Pendidikan kesehatan juga bertujuan untuk memberikan kebiasaan baru terhadap perilaku. Dengan melalui pendidikan kesehatan, pengetahuan ibu akan meningkat sehingga dari yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, tidak mampu mengatasi masalah kesehatan kemudian menjadi mampu, selanjutnya setelah itu dapat mengajarkan toilet training pada anak dengan tepat. Sehingga setelah diberikan edukasi, diharapkan ketika mendapat pengetahuan tersebut orangtua mempunyai kesadaran dan ketrampilan untuk melatih anak lebih baik.

(4)

4

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Kemampuan Ibu Tentang Toilet Training Pada Toddler Sebelum dan Sesudah Diberikan Edukasi di Posyandu Balita 7 Desa Pulosari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disampaikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Kemampuan Ibu Tentang Toilet Training Pada Toddler Sebelum dan Sesudah Diberikan Edukasi di Posyandu Balita 7 Desa Pulosari?”

1.3 Tujuan

Mengidentifikasi kemampuan ibu tentang toilet training pada toddler sebelum dan sesudah diberikan edukasi di posyandu balita 7 desa Pulosari.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan

Penelitian ini bermanfaat sebagai perbandingan dan acuan informasi tambahan bagi peneliti selanjutnya untuk menganalisis lebih jauh tentang toilet training.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan peneliti tentang toilet training dan sebagai pengembangan dan penerapan teori yang didapat pada perkuliahan.

(5)

5 1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Subjek Studi Kasus

Penelitian ini bermanfaat bagi subjek penelitian dalam mendapatkan pengalaman dan meningkatkan wawasan ketrampilan mengenai toilet training pada toddler.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi tentang perbendaharaan mata ajar keperawatan anak, keperawatan komunitas, dan metodologi penulisan karya ilmiah.

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah peserta yang terdaftar di Puskesmas Dinoyo pada tahun 2019 masih rendah yaitu 27,8 % 23784 jiwa yang artinya masih rendah dari jumlah penduduk di kecamatan Dinoyo.Belum

Made, dkk, 2018 yang berjudul “Gambaran pengetahuan, sikap, dan praktik ibu balita terhadap penatalaksanaan diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Abang I” yang menunjukkan

Hasil penimbangan bulanan di posyandu teratai, desa Ngebruk kecamatan Poncokusumo pada tahun 2017 jumlah balita S sebanyak 335 balita, jumlah balita yang memiliki KMS sebanyak K 348

Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi pembaca untuk mengetahui stimulasi perkembangan balita sebagai

Mengidentifikasi faktor risiko lingkungan dengan terjadinya diare pada balita 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi

Sedangkan rumah tangga ber-PHBS merupakan rumah tangga yang telah memenuhi 10 indikator PHBS di rumah tangga, yaitu persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan, memberi ASI eksklusif,

Oleh sebab itu, penulis memilih judul “Hubungan tingkat pengetahuan ibu balita, pola asuh gizi, kualitas MP-ASI serta tingkat konsumsi energi dan protein balita dengan Status Gizi

Menurunnya partispasi ibu balita dalam membawa anaknya keposyandu untuk ditimbang, akan berakibat buruk kepada anak balita karena penimbangan merupakan salah satu tolak ukur untuk