• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - Repository UHN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I - Repository UHN"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

Berdasarkan uraian di atas maka penulis diajak melakukan penelitian dan menguraikannya dalam skripsi yang berjudul: Analisis Putusan Hakim Terhadap Tindak Pidana Tanpa Hak Mengendalikan dan Memanggul Senjata. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam memvonis pelaku tindak pidana tanpa hak menguasai dan membawa senjata tikam atau senjata tikam (Putusan Penelitian nomor 538/Pid.Sus/2018/PN. Mdn). Tujuan penelitian dalam tesis ini adalah untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam memvonis pelaku tindak pidana tanpa hak menguasai dan membawa senjata tikam atau senjata tikam (Putusan Penelitian nomor 538/Pid.Sus/2018/PN .Mdn ).

Memberikan gambaran kepada masyarakat luas agar lebih memahami dan memahami tindak pidana tanpa hak menguasai dan membawa senjata api atau senjata. Strafbaarfeit sebagai peristiwa pidana diartikan sebagai suatu perbuatan yang melawan hukum (wederrechttelijk), yang berkaitan dengan kesengajaan atau kesalahan yang dilakukan oleh seseorang yang dapat dimintai pertanggung jawaban.” yang disertai dengan ancaman (sanksi) berupa mengenai denda tertentu bagi siapa saja yang melanggar larangan tersebut. Terkait dengan pengertian tindak pidana, Andi Hamzah berpendapat bahwa rumusan tindak pidana akan lebih memadai jika disusun sebagai berikut: “Bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum pidana dan dapat dipidana. diancam pidana bagi siapa saja yang melanggar larangan ini.” 7.

Menurut Moeljatn, konsep unsur tindak pidana dibedakan menjadi beberapa unsur, antara lain.

Tinjauan Umum Mengenai Senjata Tajam

Pengertian Senjata Tajam dan Jenis-jenis Senjata Tajam

Senjata tajam jenis ini dapat berfungsi sebagai alat pengaman, dapat juga berfungsi sebagai senjata dalam melakukan pekerjaan rumah tangga sebagai pusaka atau benda gaib kuno. Senjata ini jarang digunakan untuk melakukan kejahatan dan hanya digunakan oleh orang tertentu dan pada waktu tertentu saja misalnya. Senjata tajam jenis ini berfungsi sebagai alat untuk melakukan pekerjaan, biasanya digunakan dalam upacara adat.

Sering terjadi di beberapa daerah di Jawa Timur, para penjahat memanfaatkan cerulet ini untuk merampok. Di beberapa daerah lain di Indonesia seperti Jawa Tengah dan Jawa Barat, cerulet ini juga digunakan untuk berkebun, namun dengan nama yang berbeda yaitu Arit. Kapak atau kadang disebut kapak adalah istilah yang biasanya terbuat dari logam dengan mata pisau yang menempel pada gagangnya, biasanya terbuat dari kayu.

Parang adalah senjata tajam yang terbuat dari besi, biasanya bentuknya relatif polos tanpa pernak-pernik apa pun. Dalam beberapa budaya, dibandingkan senjata lain, pedang biasanya memiliki ketajaman paling besar.Pedang biasanya terbuat dari logam keras seperti besi atau baja. Yang dimaksud dengan senjata tajam adalah senjata tikam, senjata tikam dan senjata pemukul, tidak termasuk barang yang jelas-jelas digunakan untuk keperluan pertanian, atau untuk pekerjaan rumah tangga, atau untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang halal, atau yang jelas-jelas dimaksudkan sebagai barang. pusaka atau benda kuno atau benda gaib (merkwairdheid).19.

Salah satu unsur pasal ini adalah “tidak ada hak” yang mengacu pada kepemilikan senjata tajam. Dalam berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia, dari yang tertinggi hingga yang terendah, kita tidak akan menemukan satupun peraturan yang mengatur tentang pemberian izin kepemilikan senjata tajam. Membawa senjata tajam apalagi menggunakannya tanpa hak/izin merupakan tindak pidana karena melanggar ketentuan undang-undang, karena ada ketentuan yang mengatur senjata tajam yaitu Undang-undang Nomor 12 Tahun 1951 Pasal 2 Ayat (1) .

Dasar hukum kepemilikan senjata tajam adalah pemberitahuan Kapolri Pol Številek: MAK/03/X/1080 tanggal 1 Oktober 1980 Pasal 2 tentang penyimpanan benda berupa senjata tajam/pusaka . Senjata tajam yang digunakan untuk keperluan pertanian atau untuk pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan lainnya. Contoh sederhananya, seorang petani yang membawa sabit untuk membersihkan rumput di sawah, tidak dapat diancam pidana membawa senjata tajam tanpa hak, karena dalam hal ini senjata tajam tersebut digunakan untuk bertani dan bekerja. petani. .

Setelah melihat dasar hukum Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 pasal 2 (ayat 1 dan 2) tentang delik kepemilikan senjata api, amunisi atau bahan peledak secara tidak sah, senjata pemukul, senjata tikam atau senjata tikam maka dapat dijelaskan unsur-unsurnya. Namun dari perkataan “Tanpa hak dalam perumusan delik ini, maka dapat dipastikan bahwa perbuatan seseorang (baik militer maupun nonmiliter) sepanjang menyangkut hal-hal yang menyangkut senjata api, amunisi atau bahan peledak harus mendapat izin dari pejabat yang berwenang untuk itu. Tujuan Yang dimaksud dengan “Tanpa hak” adalah seseorang (pelanggar/terdakwa) tidak mempunyai kuasa, wewenang, pemilikan, atau kepemilikan apa pun (dalam hal ini senjata, amunisi, atau bahan peledak).

Yang dimaksud dengan senjata tumbukan, senjata tikam, atau senjata tikam dalam pasal ini tidak termasuk benda berwujud. Dimaksudkan untuk dipergunakan untuk keperluan pertanian atau untuk pekerjaan rumah tangga atau untuk keperluan pekerjaan yang halal atau yang jelas-jelas diperuntukkan bagi suatu pusaka atau benda purbakala atau benda gaib. Contoh sederhananya, seorang petani yang membawa sabit untuk membersihkan rumput di sawah, tidak dapat diancam pidana membawa senjata tajam tanpa hak, karena dalam hal ini senjata tajam tersebut digunakan untuk bertani dan bekerja. petani. .

Tujuan Pemidanaan

Namun sebagai bahan kajian, Rancangan KUHP Nasional Tahun 2004 memuat tujuan pemidanaan dalam Buku Pertama Ketentuan Umum Bab II yang berjudul Pemidanaan, Tindak Pidana, dan Tindakan. Untuk menakut-nakuti masyarakat agar tidak melakukan kejahatan, baik dengan menakut-nakuti orang banyak (preventif umum) maupun menakut-nakuti orang tertentu yang pernah melakukan kejahatan agar tidak melakukan kejahatan lagi di kemudian hari (preventif khusus), atau b. Tujuan pemidanaan sendiri diharapkan dapat menjadi sarana perlindungan masyarakat, rehabilitasi dan resosialisasi, pemenuhan pandangan hukum adat, serta aspek psikologis untuk menghilangkan rasa bersalah bagi yang terlibat.

Secara umum teori-teori hukuman dibedakan menjadi tiga kelompok besar, yaitu teori absolut atau teori hukuman (vergeldings theorien), yaitu teori. Hukuman merupakan konsekuensi mutlak yang harus ada sebagai hukuman terhadap orang yang melakukan kejahatan. Sebagaimana dikemukakan oleh Johannes Andenaes, tujuan utama pemidanaan menurut teori absolut adalah untuk memenuhi tuntutan keadilan.

Namun dalam semua kasus, hukuman hanya dapat dijatuhkan karena yang bersangkutan telah melakukan kejahatan. Teori relatif atau teori tujuan disebut juga teori utilitarian, lahir sebagai reaksi terhadap teori absolut. Secara umum menurut teori relatif, tujuan kejahatan bukan sekedar balas dendam, namun juga terciptanya ketertiban dalam masyarakat.30.

Menurut teori gabungan, tujuan kejahatan selain untuk membalaskan dendam pelaku kejahatan juga dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dengan menciptakan ketertiban. Kelemahan teori absolut adalah menimbulkan ketidakadilan karena dalam menjatuhkan hukuman perlu mempertimbangkan bukti-bukti. Begitu pula dengan pemenjaraan yang merupakan sarana untuk memperbaiki diri narapidana agar menjadi orang-orang yang berguna bagi masyarakat.32.

Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana

Pertimbangan Yuridis

Kelemahan teori relatif adalah dapat menimbulkan ketidakadilan karena pelaku kejahatan yang lebih ringan dapat dijatuhi hukuman yang berat; Sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah diperoleh melalui pemeriksaan di sidang pengadilan, dan pemeriksaan di sidang induk berdasarkan surat dakwaan yang dibuat oleh penuntut umum dan diajukan ke pengadilan. Pasal 188 KUHAP mengatur bahwa perbuatan, peristiwa atau keadaan yang diduga ada hubungannya satu sama lain atau dengan kejahatan itu sendiri, yang menunjukkan telah dilakukannya suatu kejahatan dan siapa pelakunya, merupakan indikator.

Jejak adalah suatu perbuatan atau peristiwa yang karena saling korespondensi atau karena kejahatan itu sendiri, menunjukkan telah terjadi suatu kejahatan dan siapa pelakunya. Berdasarkan penjelasan Pasal 184 KUHAP diketahui bahwa KUHAP hanya mengatur 5 (lima) alat bukti yang sah, dan di luar alat bukti tersebut tidak boleh dijadikan sebagai alat bukti. bukti. kesalahan pelaku kejahatan, namun untuk menjamin keamanan dan perlindungan hukum.Undang-undang yang berkaitan dengan pembuktian teknologi informasi, khususnya yang berkaitan dengan penggunaan alat pendeteksi kebohongan sebagai alat bukti indikatif, hakim dapat melakukan penafsiran yang luas yang mencerminkan secara luas peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kekuatan bukti terdakwa bergantung pada bukti lain dan hanya dapat digunakan untuk melawan dirinya sendiri.

Dasar pemberatan umum adalah dasar pemberatan yang berlaku terhadap semua jenis tindak pidana, baik tindak pidana yang diatur dalam KUHP maupun tindak pidana yang diatur di luar KUHP. Dasar pemberatan pidana khusus dirumuskan dan hanya berlaku pada tindak pidana tertentu, dan tidak berlaku pada tindak pidana lainnya.”34. Jika seorang pejabat melakukan tindak pidana, melanggar kewajiban khusus jabatannya, atau apabila tindak pidana itu menggunakan kekuasaan, kesempatan, atau sarana yang diberikan kepadanya karena jabatannya, maka pidananya ditambah sepertiga.”

Sedangkan residivisme lain yang ditentukan di luar kelompok tindak pidana yang termasuk dan disebutkan dalam ketiga pasal tersebut juga dapat ditingkatkan sepertiga ancaman maksimalnya, namun banyak yang tidak menyebutkan bahwa “dapat ditingkatkan hanya dengan menambah lamanya, misalnya 6 hari. penjara hingga dua minggu." pidana penjara (Pasal 492 ayat 2), atau perubahan jenis pidana dari denda menjadi pidana penjara (Pasal 495 ayat 2 dan Pasal 501 ayat 2)). Maksud dari pemberatan tindak pidana berdasarkan tindak pidana khusus adalah agar pelakunya dapat dipidana di samping atau di atas ancaman maksimum terhadap tindak pidana yang bersangkutan, pemberatannya merupakan bagian dari tindak pidana tertentu. Bentuk-bentuk tindak pidana berat tertuang dalam jenis/kualifikasi tindak pidana pencurian yang dirumuskan dalam pasal 363 dan pasal 365, dalam hal penggelapan bentuk-bentuk tindak pidana berat diatur dalam pasal 374 dan pasal 375.

Terhadap tindak pidana tertentu, disertakan alasan-alasan tertentu yang meringankan, yang hanya berlaku secara khusus terhadap tindak pidana tersebut, dan tidak berlaku secara umum terhadap semua jenis tindak pidana. keterangan terdakwa di sidang tentang perbuatan yang dilakukannya atau yang diketahui atau dialaminya sendiri.

Pertimbangan Sosiologis

Ruang Lingkup Penelitian

Jenis Penelitian

Sumber Bahan Hukum

Data primer (bahan hukum primer), yaitu bahan hukum yang secara umum mengikat dengan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dan keputusan hakim no. 538/Pid.Sus/2018/PN.Mdn). Data sekunder merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer berupa buku teks yang berkaitan dengan hukum pidana, media cetak atau elektronik. Data tersier (bahan hukum tersier) merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang berupa kamus hukum.

Analisis Bahan Hukum

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa Pemasaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan ataupun individu untuk memperkenalkan barang atau

158 Resilience of Salaf Islamic Boarding Schools Education During a Pandemic | Albaburrahim, Arifin & Agus Anwarul Huda TV is the channel used in the Ngaos kitab kuning live