Pertanggungjawaban pidana bagi direksi perseroan terbatas yang melakukan tindak pidana perpajakan yang terus menerus (putusan 1014/Pid.Sus/2018/Pn.Jkt.Sel)”. Bagaimana pertanggungjawaban pidana direksi perseroan terbatas atas tindak pidana perpajakan yang sedang berlangsung (putusan penyidikan nomor 1014/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Sel). Apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam memvonis direksi perseroan terbatas atas tindak pidana perpajakan yang sedang berlangsung (Putusan penyidikan nomor 1014/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Sel).
Untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban pidana yang dilakukan oleh Direktur Perseroan Terbatas dalam perkara tindak pidana perpajakan yang sedang berlangsung (Studi Putusan Nomor 1014/Pid.Sus/2018/PN.Jkt.Sel). Untuk mengetahui pertimbangan hukum yang dilakukan hakim dalam memvonis pelaku tindak pidana perpajakan yang berkelanjutan. Lebih lanjut, dalam bab ini penulis juga akan menjelaskan mengenai doktrin pertanggungjawaban pidana oleh korporasi terkait dengan judul artikel ini, dimana korporasi sebagai subjek hukum juga dipandang dapat melakukan tindak pidana atau kejahatan dan dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya secara pidana. seperti berikut jelaskan.
Dalam teori ini, agar suatu korporasi dapat dipertanggungjawabkan pidana, terlebih dahulu orang yang melakukan tindak pidana atau kejahatan tersebut harus diketahui identitasnya. Pertanggungjawaban pidana hanya dapat dikenakan secara efektif kepada suatu korporasi jika pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan dilakukan oleh orang yang merupakan “leading mind” dan merupakan pejabat senior korporasi tersebut.5.
Tujuan Pemidanaan
Untuk memberantas kejahatan, negara sebagai perpanjangan tangan Tuhan mempunyai kekuasaan untuk memberikan hukuman kepada individu yang melakukan kejahatan agar keadilan Tuhan ditegakkan. Oleh karena itu, menurut Stahl, hukuman merupakan syarat mutlak yang berasal dari Tuhan melalui kekuasaan negara.17 . Berdasarkan pengertian berbagai ahli di atas mengenai pengertian pemidanaan, maka dapat disimpulkan bahwa pemidanaan adalah proses penjatuhan dan penetapan sanksi oleh hakim terhadap seseorang yang melakukan tindak pidana. Penelitian mengenai tujuan pemidanaan akan memberikan wawasan mengenai sejauh mana sanksi pidana relevan dan oleh karena itu patut dipertahankan dalam sistem peradilan pidana.
Mengenai tujuan pemidanaan dapat digolongkan menjadi tiga jenis teori, yaitu teori absolut, teori relatif, dan teori gabungan.
Teori Absolut
Teori relatif didasarkan pada landasan bahwa kejahatan merupakan alat untuk menegakkan ketertiban (hukum) dalam masyarakat, tujuan kejahatan adalah ketertiban masyarakat, dan untuk menegakkan ketertiban itu diperlukan hukuman. Menurut teori pencegahan ini, hukuman yang diberikan kepada penjahat dimaksudkan untuk menakut-nakuti orang agar melakukan kejahatan. Pelaku kejahatan yang divonis pidana dijadikan contoh oleh masyarakat agar masyarakat tidak meniru dan melakukan perbuatan serupa dengan pelaku kejahatan tersebut.
Menurut teori ini, tujuan kejahatan adalah untuk mencegah terpidana melakukan kejahatan lagi, dan untuk mencegah orang yang mempunyai niat buruk untuk mewujudkan niatnya dalam bentuk tindakan nyata. Yang dimaksud dengan menakut-nakuti adalah kejahatan tersebut harus dapat menimbulkan rasa takut pada orang-orang tertentu yang masih merasa takut agar tidak mengulangi kejahatan yang dilakukannya.
Teori gabungan (vereenigings theorie)
Menurut teori gabungan, mengajarkan bahwa hukuman pidana dimaksudkan untuk menjamin ketertiban sosial dan mengoreksi pelaku kejahatan. Dengan demikian, penjatuhan pidana berdasarkan teori pengembalian atau teori kesengajaan dipandang sepihak, sempit, dan sepihak. Mengenai hukuman pidana bagi pelaku kejahatan, pemenuhan hukum masyarakat dan juga bagi pelaku kejahatan, perlu diketahui apa yang disampaikan Jeremy Bertham.
Dikatakannya, hukuman tidak boleh bersifat tanpa dasar (tanpa dasar), tidak perlu (tidak menguntungkan) dan tidak menguntungkan (tidak berguna) atau tidak efektif, namun harus menggunakan pendekatan yang dapat memberikan nilai utilitas (dalam arti utilitas) dengan melihat kebahagiaan yang besar. untuk angka yang besar (kebahagiaan terbesar bagi banyak orang).21.
Jenis- Jenis Pidana
Pidana tambahan yang dimaksud dalam Pasal 10 huruf b KUHP hanya bersifat pilihan, yaitu jenis pidana yang tidak dapat diucapkan secara terpisah, melainkan hanya menyertai pidana pokok. Pidana tambahan jenis ini hanya dapat dijatuhkan jika dinyatakan secara tegas dalam rumusan tindak pidana. Hukuman mati merupakan bentuk hukuman yang paling berat, yang penerapannya merupakan penyerangan terhadap hak asasi manusia untuk hidup, yang nyatanya hanya ada di tangan Tuhan, sehingga tidak mengherankan jika dari dulu hingga sekarang telah terjadi hukuman mati. pikiran. pro dan kontra, tergantung kepentingan dan cara pandang terhadap hukuman mati itu sendiri.
Selain itu, kelemahan dan kelemahan hukuman mati adalah ketika sudah dilaksanakan, tidak ada harapan perbaikan, tidak ada revisi terhadap jenis hukumannya, dan tidak ada perbaikan bagi terpidana jika di kemudian hari ternyata hukuman mati tersebut benar-benar buruk. pidana yang dijatuhkan secara tidak wajar, baik itu kesalahan orangnya maupun orang yang melakukan hukuman/pelakunya. . Faktanya, para pembuat undang-undang pada saat itu sudah mengetahui sifat dari hukuman mati, seperti disebutkan di atas. Oleh karena itu, hukuman mati, meskipun termasuk dalam undang-undang, harus dilihat sebagai tindakan darurat atau hak darurat.
Hal lain yang dimaksudkan adalah bahwa hukuman mati hanya boleh dijatuhkan dalam keadaan tertentu yang dianggap sangat mendesak. Oleh karena itu, tindak pidana yang diancam dengan hukuman mati dalam KUHP hanyalah tindak pidana yang dianggap sangat berat, yang jumlahnya juga sangat terbatas, seperti: Pidana penjara merupakan tindak pidana yang berupa pembatasan kebebasan gerak seorang terpidana, yang dilakukan dengan mengurung orang tersebut di lembaga pemasyarakatan, mewajibkan orang tersebut mematuhi seluruh aturan disiplin yang berlaku di lembaga pemasyarakatan tersebut, disertai dengan tindakan disiplin terhadap mereka yang melanggar aturan tersebut.25 Hukuman penjara seperti yang kita lihat saat ini, telah baru mulai berkembang sejak dihapuskannya hukuman mati atau hukuman badan di berbagai negara.
Kejahatan penjara merupakan jenis kejahatan utama yang berupa perampasan kemerdekaan atau disebut dengan bentuk kejahatan korporasi yang kedua. Pidana penjara paling singkat satu hari paling lama satu tahun atau paling lama satu tahun empat bulan. Denda merupakan jenis hukuman utama dalam Hukum Pidana Indonesia yang umumnya hanya dapat dijatuhkan kepada orang dewasa.
Kejahatan ini diancam dalam KUHP, baik sebagai satu-satunya hukuman mati, atau sebagai alternatif, baik dengan hukuman penjara saja atau sebagai alternatif kedua jenis hukuman mati secara bersamaan.
Tinjauan Umum Mengenai Tindak Pidana Perpajakan 1. Pengertian Tindak Pidana dan Unsur-unsur Tindak Pidana
Pengertian Tindak Pidana Perpajakan
Pendekatan hukum ini menunjukkan bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan undang-undang untuk menjamin kepastian hukum, baik bagi pemungut pajak sebagai pemungut pajak maupun bagi wajib pajak sebagai wajib pajak. 42 Dasar pembenaran pemungutan pajak terdiri dari empat landasan. Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1 berbunyi “Pajak adalah sumbangan wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan, tanpa mendapat imbalan langsung dan dipergunakan untuk keperluan negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” 44. Ketentuan hukum pidana yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (CUHP) banyak digunakan dalam peraturan hukum perpajakan, paling mudah jika kita melihat ketentuan yang diatur dalam Pasal 38 dan Pasal 39 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 yang dengan jelas menyatakan bahwa adanya sanksi pidana (berupa kelalaian dan kesengajaan) terhadap Wajib Pajak yang melanggar ketentuan di bidang perpajakan.
Permasalahan tindak pidana di bidang perpajakan merupakan permasalahan penting khususnya dalam rangka penuntutan pidana yang harus dilaksanakan guna melaksanakan ketentuan undang-undang sebagaimana mestinya, terutama dalam memenuhi rasa keadilan masyarakat. dan keamanan hukum itu sendiri. Keterangan yang tidak benar sehubungan dengan permohonan yang berkaitan dengan pemungutan pajak dengan menyampaikan pemberitahuan yang tidak benar atau tidak lengkap isinya atau tidak memuat keterangan yang tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian negara dan tindak pidana lain yang diatur dalam undang-undang yang mengatur tentang perpajakan.” 49. Sedangkan Undang-Undang Perpajakan tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan tindak pidana perpajakan, namun dalam literatur hukum dapat ditentukan bahwa tindak pidana (delik) adalah suatu perbuatan yang pelakunya dapat dituntut.
Apabila ketentuan yang dilanggar berkaitan dengan Undang-Undang Perpajakan, maka hal itu disebut tindak pidana perpajakan dan pelakunya dapat dikenakan hukum pidana. Undang-Undang Perpajakan menyebutkan ada 2 (dua) jenis sanksi yang dapat diterapkan kepada Wajib Pajak apabila Wajib Pajak melanggar undang-undang perpajakan, yaitu sanksi administratif dan sanksi pidana. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 yang diatur dalam Pasal 38 sampai dengan Pasal 43.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 yang diatur dalam Pasal 24 dan Pasal 25. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang diatur dalam Pasal 37 sampai Bagian 40.50. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan tidak dapat dialihkan kepada orang pribadi atau badan yang menikmati Pajak Penghasilan.
Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah, Pajak Daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota. Jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah provinsi adalah: a) Pajak kendaraan bermotor. Dan untuk mengetahui telah terjadi suatu tindakan di bidang perpajakan, perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan/atau keterangan lain untuk menguji kepatuhan terhadap kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perpajakan 53 Dalam Undang-Undang Perpajakan, selain Wajib Pajak, yang dapat dikenakan sanksi pidana adalah petugas pajak itu sendiri. Dari ketentuan Pasal 13 ayat 7 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983, yang dimaksud dengan tindak pidana perpajakan yang dilakukan oleh undang-undang perpajakan adalah tindak pidana di bidang perpajakan.
Ruang Lingkup Penelitian
Jenis Penelitian
Metode Pendekatan
Metode pendekatan legislasi didasarkan pada peninjauan kembali peraturan hukum mengenai tindak pidana perpajakan, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas UU No. 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Sumber Bahan Hukum
Metode Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini maka jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kepustakaan yaitu menganalisis dan mengumpulkan informasi yang relevan dengan topik atau permasalahan yang menjadi subjek penelitian dalam keputusan nomor 1014/Pid.Sus/2018 /Pn .Jkt.Sel yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan dan berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Analisis Bahan Hukum