• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Matematika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya transaksi jual beli. Matematika merupakan ilmu yang penting karena dapat digunakan untuk memudahkan kehidupan sehari-hari (Zanthy, 2016). Matematika adalah ilmu pasti.

Selain itu matematika merupakan sumber ilmu, dan menjadi perantara antara ilmu lainnya (Rahmah, 2013). Oleh karena itu, ilmu matematika akan selalu ditemukan di lingkungan sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari (Yeh dan Otis, 2019).

Menurut Sari dan Himmi (2019), matematika adalah ilmu yang selalu berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, hal tersebut karena setiap kegiatan, cara berpikir dan aktivitas manusia akan selalu mengembangkan ilmu matematika itu sendiri. Dari beberapa pengertian tentang matematika, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu absolut atau ilmu pasti yang akan selalu berhubungan dengan kehidupan, cara berpikir dan aktivitas manusia serta akan selalu berkembang bersamaan dengan aktivitas-aktivitas tersebut.

Studi internasional menunjukkan bahwa nilai matematika di Indonesia dapat dilihat pada hasil tes Programme for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2018 yang diikuti 79 Negara, Indonesia menempati peringkat 74 dalam bidang matematika (Kemdikbud Dirjen PAUD, 2021). Hasil tes Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2015 yang diikuti oleh 49 Negara, Indonesia menempati peringkat 44 dalam bidang

(2)

matematika (Hadi, 2019). Faktor yang menjadi penyebab dari rendahnya prestasi siswa Indonesia dalam PISA yaitu lemahnya kemampuan pemecahan masalah pada soal kontekstual (Ruswati dkk., 2018).

Dalam pembelajaran matematika dengan pemecahan masalah, siswa dituntut untuk mampu memahami masalah, merencanakan pemecahan, melaksanakan rencana pemecahan, dan melihat kembali/mengevaluasi kembali pemecahan masalah yang telah dilaksanakan (Haryani, 2011). Guru memiliki peranan penting dalam menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah yang ada pada diri peserta didik. Misalnya pemberian metode-metode yang dapat menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah matematis ataupun dengan pemberian evaluasi agar kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dapat terarah dengan baik (Ruswati dkk., 2018). Kemampuan pemecahan masalah matematis dapat dipengaruhi dari beberapa hal yaitu dari pemikiran dalam diri siswa, maupun dari kemauan dan kesadaran siswa untuk memecahkan masalah (Pangesti dan Soro, 2021).

Kemampuan pemecahan masalah dapat membantu siswa dalam mengerjakan suatu masalah matematika yang berbentuk soal cerita, membuat siswa lebih paham mengenai konsep matematika, serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan suatu masalah matematika sesuai dengan langkah- langkah yang tepat (Senjayawati, 2015). Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis adalah dengan pemberian soal cerita yang berkaitan dengan kontekstual (Ruswati dkk., 2018). Kontesktual merupakan suatu proses pembelajaran yang bertujuan untuk membelajarkan siswa dalam

(3)

memahami bahan ajar secara bermakna (meaningful) yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata (Afriansyah, 2014). Kontekstual sangat penting bagi siswa karena dapat belajar menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kegiatan sehari- hari.

Hal ini dapat dilihat dari nilai Penilaian Tengah Semester (PTS) siswa hanya memperoleh nilai rata-rata 30 dengan KKM siswa dalam menyelesaikan soal yaitu 69 pada pembelajaran matematika. Hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran matematika menunjukkan bahwa hanya 25% siswa yang memperoleh nilai yang optimal pada pembelajaran matematika. Salah satu penyebab siswa tidak bisa menyelesaikan soal karena siswa tidak memahami langkah-langkah dalam penyelesaian soal, ini yang menyebabkan siswa sering bertanya serta tidak bisa menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru tersebut.

Untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa digunakan taksonomi SOLO. Taksonomi SOLO merupakan klasifikasi respon nyata dari siswa tentang struktur hasil belajar yang dapat diamati (Chick, 1998).

Taksonomi SOLO memiliki karakter pemecahan masalah yang bersifat hierarki sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan tingkat jawaban siswa terhadap suatu masalah matematika. Dengan menggunakan taksonomi SOLO dapat diukur pencapaian hasil belajar siswa, sehingga guru dapat mengetahui kemampuan dan kualitas respon siswa dalam memecahkan permasalahan matematika.

Taksonomi SOLO memungkinkan untuk digunakan oleh para guru dalam mengidentifikasi kompleksitas dan kualitas pemikiran yang diharapkan dan dihasilkan oleh siswa (Halimah dkk., 2020). Lima level taksonomi SOLO yang

(4)

dinyatakan oleh (Biggs dan Collis, 1982), yaitu: 1) prastruktural, 2) unistruktural, 3) multistruktural, 4) relasional, 5) ekstensi abstrak.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Maulidia dkk., 2019) bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berdasarkan level taksonomi SOLO yaitu kemampuan tinggi mencapai level ekstensi abstrak, kemampuan sedang mencapai level relasional, sedangkan kemampuan rendah mencapai level multistruktural. Penelitian serupa juga dilakukan oleh (Widyawati dkk., 2018) yaitu kesalahan subjek penelitian pada level prastruktural, cenderung melakukan kesalahan dalam memahami soal, membuat rencana, kesalahan dalam konsep, dan kesalahan dalam prinsip. Subjek pada level unistruktural, cenderung melakukan kesalahan dalam melaksanakan dan menyelesaikan rencana, kesalahan dalam menuliskan jawaban akhir, kesalahan konsep dan kesalahan prinsip. Subjek pada level relasional dan ekstensi abstrak, tidak ditemukan kesalahan dalam memecahkan masalah.

Salah satu konsep matematika yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah materi perbandingan. Manfaat materi perbandingan dalam kehidupan sehari-hari matematika diantaranya adalah untuk menghitung jarak kota di seluruh dunia, supaya menghitungnya tidak sulit, untuk pembuatan peta, untuk pembuatan denah lokasi rumah,dan untuk membuat maket gedung (Senjayawati, 2015).

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika di SMP Negeri 6 Tanjungpinang, diperoleh bahwa pada materi perbandingan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan membedakan perbandingan senilai dan berbalik

(5)

nilai. Siswa kesulitan menyelesaikan soal kontekstual pada materi perbandingan.

Lanya (2017) menyatakan bahwa siswa dalam mempelajari materi perbandingan mengalami banyak kesulitan diantaranya siswa kurang mampu dalam mencari nilai satuan, sulit untuk mengklasifikasikan suatu permasalahan dalam perbandingan senilai ataupun berbalik nilai, dan siswa sulit untuk membandingkan nilai dari dua pecahan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Toha dkk., (2018) bahwa siswa yang mempelajari materi perbandingan tidak mampu memahami makna dalam soal dan mengalami kesulitan mengubah soal ke model matematika, siswa juga tidak bisa menuliskan informasi yang terdapat dalam soal, serta tidak bisa membedakan suatu permasalahan perbandingan senilai atau perbandingan berbalik nilai.

Oleh karena itu, pentingnya langkah-langkah yang tepat dalam memecahkan masalah matematis siswa karena pemecahan masalah menuntut kemampuan memproses informasi untuk memperoleh hasil yang tepat. Penggunaan taksonomi SOLO sangat tepat digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, karena taksonomi SOLO mampu menggambarkan bagaimana kinerja siswa dalam menyelesaikan soal dan mengelompokkan siswa sesuai ke-lima level taksonomi SOLO. Materi perbandingan dipilih karena siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kontekstual. Penelitian ini perlu dilakukan agar nilai KKM siswa pada mata pelajaran matematika meningkat.

Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi perbandingan, maka peneliti bermaksud ingin

(6)

melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP pada Materi Perbandingan berdasarkan Taksonomi SOLO”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas fokus penelitian yang peneliti ambil dalam penelitian ini, yaitu analisis terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII.1 SMP Negeri 6 Tanjungpinang pada materi perbandingan berdasarkan level Taksonomi SOLO

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu bagaimanakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII.1 pada materi perbandingan berdasarkan 5 level Taksonomi SOLO di SMP Negeri 6 Tanjungpinang?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII.1 pada materi perbandingan berdasarkan 5 level Taksonomi SOLO di SMP Negeri 6 Tanjungpinang.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa, dapat mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berdasarkan level taksonomi SOLO.

2. Bagi guru, dapat mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematis berdasarkan taksonomi SOLO serta dapat meningkatkan mutu pembelajaran matematika.

(7)

3. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengetahuan mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis yang dimiliki siswa SMP sehingga dapat digunakan sebagai bekal untuk terjun dalam dunia pendidikan.

F. Definisi Istilah

Untuk menghindari terjadinya kesalahan tafsir dan presepsi antara peneliti dan pembaca, perlu dikemukakan definisi yang digunakan pada penelitian ini.

Beberapa istilah penelitian ini, sebagai berikut:

1. Analisis yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pengkajian secara mendalam kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berdasarkan 5 level taksonomi SOLO.

2. Kemampuan pemecahan masalah matematis dalam penelitian ini yaitu kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika yang terdiri dari 4 langkah pemecahan masalah yaitu, mengidentifikasi masalah, merencanakan strategi, melaksanakan strategi dan memeriksa kembali hasil pemecahan masalah.

3. Materi perbandingan adalah salah satu materi yang dipelajari dalam matematika tingkat SMP kelas VII. Sub bab pada materi ini yaitu perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai.

4. Taksonomi SOLO dalam penelitian ini digunakan yaitu klasifikasi respon siswa terhadap suatu masalah yang diberikan sesuai dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang terdiri dari 5, yaitu prastruktural, unistruktural, multistruktural, relasional, dan ekstensi abstrak.

Referensi

Dokumen terkait

iii Proceeding of International Seminar on Science Education Yogyakarta State University, October 31st 2015 Science Process Skill Approach for Acquiring Science And Technology

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15,