1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecemasan adalah perasaan tidak santai karena rasa takut yang disertai suatu respon (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Kecemasan dalam psikologi didefinisikan sebagai perasaan takut mengenai masa mendatang tanpa sebab khusus serta bersifat individual.
Adapun tanda gejala yang menimbulkan kecemasan seperti jantung berdenyut kencang, napas tersengal-sengal, berkeringat, dan merasa Lelah (Agusrianto, 2021)
Berdasarkan data kasus menurut Word Health Oragnization (2020) menunjukkan gangguan kecemasan merupakan masalah yang serius, dengan 14,9% atau sekitar 264 juta orang mengalami kecemasan di dunia.
Lebih dari 300 juta orang menderita depresi dan 260 juta orang yang mengalami gangguan kecemasan (WHO, 2020). Data dari Riset Kesehatan Dasar (2018), menunjukkan sebesar 6,1 % untuk penduduk berusia 15 tahun keatas, yang berarti lebih dari 14 juta jiwa penduduk Indonesia menderita gangguan mental emosional (Riskesdas, 2018).
Kecemasan dapat menjadi sumber masalah klinis jika sudah sampai tingkat ketegangan yang sedemikian rupa sehingga mempengaruhi kemampuan berfungsinya seseorang dalam kehidupan sehari-hari, karena orang tersebut jatuh kedalam maladaftif yang ditimbulkan dengan reaksi fisik dan psikologis ekstrem. Adapun potensi bahaya tingkat kecemasan
dapat terjadi di Ruang ICU (Intensive Care Unit) dengan pasien kritis (Idarahyuni et al., 2018)
Pasien kritis merupakan pasien dengan kondisi yang mengancam jiwa. Pasien Kritis dirawat di ruang ICU memiliki nilai kematian dan nilai kesakitan yang tinggi. Pasien Kritis sangat erat kaitannya dengan perawatan secara intensif serta monitoring penilaian terhadap setiap tindakan yang dilakukan kepada pasien dan membutuhkan pencatatan medis secara berkesinambungan. Pasien yang di rawat di ICU tentunya akan mengalami masalah psikis, dapat terjadi berupa gangguan cemas, hingga depresi (Agusrianto, 2021)
Hasil penelitian didukung oleh Lee CH, (2017) bahwa perawatan yang disertai dengan ventilasi mekanis di ruang ICU akan menyebabkan kecemasan kepada pasien karena memicu stress fisik dan psikologis. Bagi pasien kritis yang menjalani ventilasi mekanis, pemicu stress bisa terjadi dikarenakan ketidakmampuan pasien untuk bernapas secara mandiri, berkomunikasi secara efektif, atau beristirahat secara normal (Lee et al., 2017)
Kecemasan dapat melemahkan kondisi pasien kritis jika tidak ditangani akan menyebabkan keadaan pasien semakin buruk seperti mengalami irama jantung yang tidak berarturan, nadi cepat, sesak nafas dan sakit kepala. Oleh karena itu perlu adanya penatalaksaan untuk mengatasi kecemasan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu manajemen farmakologi dan manajemen non farmakologi. Manajemen farmakologi yaitu pemberian
obat yang mampu menurunkan rasa cemas. Sedangkan manajemen non farmakologis merupakan manajemen untuk mengilangkan kecemasan menggunakan aromaterapi, teknik relaksasi, terapi hypnothis, imajinasi terbimbing/guide imagery, terapi musik, dan massage (Agusrianto, 2021).
Salah satu terapi komplementer yang mudah di laksanakan di ruang ICU pada pasien yang mengalami ansietas adalah aromaterapi. Jenis aromaterapi ini terdapat beberapa wangian yaitu Orange, Papermint, jasmine, lavender, Kamboja, Rosmary, Lotus, green tea, sandalwood, Lemon,strawberry, Appel, Vanilla, Sakura, dan Night Queen. Diantara beberapa jenis wangi-wangian aromaterapi tersebut yang paling efektif digunakan pada pasien yang mengalami kecemasan yaitu aromaterapi lavender. Minyak lavender mempunyai banyak potensi karena memilki beberapa kandungan seperti, limonene, geraniol, lavandulol, nerol dan sebagian besar mengandung linalool dan linalool asetat dengan jumlah sekitar 30-60%, dimana linalool adalah kandungan aktif utama sebagai relaksasi untuk mengurangi kecemasan (Roniati et al., 2021)
Menurut hasil penelitian Rantesigi, Nirva (2021) diketahui bahwa pemberian aroma terapi lavender efektif dalam menurunkan kecemasan pasien di ruang ICU dengan nilai pvalue yang didapat yaitu 0,000 (P<0,05).
Hal ini sesuai sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Maifrisco (2018), bahwa aromaterapi dapat mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood, emosi, ingatan, dan pembelajaran. Dengan menghirup aromaterapi lavender maka akan meningkatkan gelombang- gelombang alfa di dalam
otak dan gelombang inilah yang membantu untuk menciptakan keadaan yang rileks (Nirva, Rantesigi, 2021)
Pasien masuk ruang ICU pada tanggal 30 Desember 2022 dalam keadaaan penurunan kesadaran post craniotomy Moderate Head Injury, dicurigai pasien mengalami head injury karena terbentur di tangga (ditemukan setelah keadaan tidak sadarkan diri). Pasien memiliki riawayat penyakit yaitu hipertensi selama 2 tahun dan tidak minum obat secaraa rutin.
Pasien dirawat selama 4 hari masih dalam penurunan kesadaran dan terpasang ett on ventilator. Kemudian, pada tanggal 03 januari 2023 hari ke 5 pasien dirawat, perawat melakukan pengkajian ditemukan pasien mengalami ansietas dengan tanda gejala gelisah, mengeluarkan suara meraung, dan berbicara tidak jelas membuat kondisi pasien semakin memburuk sehingga pasien diberikan obat dekmedetomidin untuk merileksasikan pasien.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Dan Kritis dengan Pemberian Aroma Terapi Lavender Pada Ny. H (65 tahun) Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Dengan Masalah Keperawatan Ansietas Dengan Diagnosa Medis Post Craniotomy Moderate Head Injury Di Ruang ICU (Intensive Care Unit) A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
B. Tujuan Penelitian 1) Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis dengan Pemberian Aroma Terapi Lavender Pada Ny. H (65 tahun) Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Dengan Masalah Keperawatan Ansietas Dengan Diagnosa Medis Post Craniotomy Moderate Head Injury Di Ruang ICU (Intensive Care Unit) A RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
2) Tujuan Khusus
a) Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan Pemberian Aroma Terapi Lavender Pada Ny. H (65 tahun) Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Dengan Masalah Keperawatan Ansietas Dengan Diagnosa Medis Post Craniotomy Moderate Head Injury di Ruang ICU (Intensive Care Unit) A RSUP Dr. Hasan Sadikin
b) Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Pemberian Aroma Terapi Lavender Pada Ny. H (65 tahun) Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Dengan Masalah Keperawatan Ansietas Dengan Diagnosa Medis Post Craniotomy Moderate Head Injury di Ruang ICU (Intensive Care Unit) A RSUP Dr. Hasan Sadikin
c) Mampu Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan Pemberian Aroma Terapi Lavender Pada Ny. H (65
tahun) Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Dengan Masalah Keperawatan Ansietas Dengan Diagnosa Medis Post Craniotomy Moderate Head Injury di Ruang ICU (Intensive Care Unit) A RSUP Dr. Hasan Sadikin
d) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan Pemberian Aroma Terapi Lavender Pada Ny. H (65 tahun) Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Dengan Masalah Keperawatan Ansietas Dengan Diagnosa Medis Post Craniotomy Moderate Head Injury di Ruang ICU (Intensive Care Unit) A RSUP Dr. Hasan Sadikin
e) Mampu melaksanakan evaluasi pada pasien dengan Pemberian Aroma Terapi Lavender Pada Ny. H (65 tahun) Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Dengan Masalah Keperawatan Ansietas Dengan Diagnosa Medis Post Craniotomy Moderate Head Injury di Ruang ICU (Intensive Care Unit) A RSUP Dr.
Hasan Sadikin
f) Mampu memaparkan hasil pemberian Aroma Terapi Lavender Pada Ny. H (65 tahun) Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Dengan Masalah Keperawatan Ansietas Dengan Diagnosa Medis Post Craniotomy Moderate Head Injury di Ruang ICU (Intensive Care Unit) A RSUP Dr. Hasan Sadikin.
C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Keilmuan
Diharapkan hasil laporan kasus ini dapat menambah informasi serta mampu mengembangkan ilmu keperawatan terkait asuhan keperawatan pada pasien kecemasan dengan Diagnosa Medis Post Craniotomy Moderate Head Injury dengan pemberian aroma terapi lavender.
2. Manfaat Aplikatif a) Penulis
Diharapkan setelah mengetahui hasil laporan kasus ini, penulis dapat menambah wawasan dan dapat mengaflikasikanya di lingkungan sekitarnya.
b) Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperoleh dalam pelaksanaan praktek keperawatan yang tepat khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kecemasan.
c) Pasien
Diharapkan tindakan yang diberikan, dapat menurunkan tingkat kecemasan yang dialami pasien.