A. Latar belakang
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). HIV menyerang sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit sebagai sebuah penangkal. Karena berkurangnya nilai cluster diferensiasi 4 atau CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. (1)
Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol). Tren kematian yang disebabkan oleh AIDS antara tahun 2002 sampai 2011 disetiap bagian Negara mengalami peningkatan. Seperti Eropa Timur dan Asia Tengah sejumlah orang meninggal karena AIDS meningkat dari 7.800 menjadi 90.000, di Timur Tengah dan Afrika Utara meningkat dari
22.000 menjadi 35.000, di Asia timur juga meningkat dari 24.000 menjadi 56.000. (2)
Menurut WHO Terdapat 3,5 juta orang di Asia Tenggara hidup dengan HIV dan AIDS. Beberapa Negara seperti Myanmar, Nepal, dan Thailand menunjukkan tren penurunan untuk infeksi baru HIV, hal ini dihubungkan salah satunya dengan diterapkannya program pencegahan HIV dan AIDS melalui program Condom use 100 persen (CUP) (2)
Di Indonesia secara kumulatif pengidap infeksi HIV dan kasus AIDS dari 1 Juli 1987 sampai dengan Maret 2017 terdapat sebanyak 330.122 orang,dengan perincian sebanyak 242.669 orang pengidap HIV dan 87.453 orang penderita AIDS, di mana dari jumlah tersebut sebanyak 14,210 orang di antaranya telah meninggal. HIV dan AIDS masih merupakan masalah kesehatan global termasuk di Indonesia masalah-masalah yang berkembang sehubungan dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah angka kejadian dan kematian yang masih tinggi, Penyakit AIDS yang disebabkan infeksi HIV yang menyebabkan hilangnya kekebalan tubuh sehingga penderita mudah terjangkit penyakit infeksi. Sampai akhir tahun 2015 target capaian yang diharapkan tentang HIV tidak tercapai atau jumlahnya yang menurun hanya sedikit, dengan rincian mengalami peningkatan dari 2013 (29.037 orang), 2014 (31.711 orang), 2015 (32. 935 orang) tetapi menjadi Suistanable
Development Goals (SDGs) yang berada pada poin ke 3 dari 17 poin, yang poin pentingnya “adalah Memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk semua usia, termasuk Pada tahun 2030, mengakhiri epidemi AIDS, tuberculosis, malaria, dan penyakit tropis lainnya dan memerangi hepatitis, penyakit yang ditularkan lewat air dan penyakit menular lainnya” (3) Faktor penyebab penularan HIV berdasarkan resiko dengan rincian penasun sebanyak 2%, heteroseksual sebanyak 28%, LSL 24%, lain-lain 9% dan tidak dikatahui sebanyak 37%
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Secara lebih terinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Namun demikian pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio-budaya masyarakat dan sebagainya
Perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3
faktor yaitu: Predisposing factors seperti pengetahuan, sikap dan lain-lain, selanjutnya ada enabling factor meliputi ketersediaan fasilitas-fasilitas, sarana-prasarana dan lain-lain, yang ketiga adalah Reinforcement factor meliputi undang-undang, peraturan, dukungan keluarga, teman sebaya dan lain-lain. (4)
Mengenai perilaku Lelaki seks Lelaki (LSL) menunjukkan bahwa LSL belum sadar akan pentingnya kondom dan pelicin bagi pencegahan dan penularan HIV dan AIDS. 88% gaya seksual pada gay tidak aman seperti berganti-ganti pasangan, oral seks, anal seks, maupun ketidak konsistensian dalam pemakaian kondom dan pelicin, sisanya seperti penasun dan lain-lain.
Pada penelitian sebelumnya oleh oktavene dkk (2012) Terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS (p-value = 0,014). Hasil analisis diperoleh OR= 3,168 yang artinya LSL yang mempunyai sikap positif tentang HIV/AIDS mempunyai peluang 3,168 kali lebih besar dalam tindakan pencegahan dibanding siswa yang mempunyai sikap negatif. (5) Secara signifikan terjadi peningkatan jumlah kasus pada LSL yaitu terjadi pada populasi laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan laki-laki yaitu pada tahun 2011 sebesar 13.074 menjadi 28.640 di tahun 2016. (6)
Di Jawa Barat Jumlah Infeksi HIV dari tahun 1987 sampai dengan 2017 adalah sebanyak 32.210. terjadi peningkatan infeksi HIV di jawa barat dari tahun 2014-2017 yaitu dengan rincian 2014 ( 3.740 orang), 2015 ( 3.741 orang), 2016 ( 5.466 orang), 2017 (5.819 orang). sedangkan untuk pengidap
AIDS di Jawa Barat dari tahun 1987-2017 adalah sebanyak 9.217 orang. (7) . .Terjadi pergeseran kelompok Risiko Di Jawa Barat dari inject drug user (IDU ) ke Perilaku seksual Berisiko yang di antaranya adalah perilaku seksual pada LSL.
Angka kumulaif HIV/AIDS di cimahi dari tahun 2005-2018 mencapai 402 terjangkit HIV dan 40 orang diantarnya meninggal dunia, dengan penularan paling besar yaitu Transmisi seksual 290 orang atau 72%, jarum suntik 93 orang atau 23% dan penularan dari ibu ke anak sebanyak 19 orang atau 5 % dengan jenis kelamin paling banyak yaitu Laki-Laki sebesar 76%
atau 306 orang. (8)
Temuan Kasus pada Tahun 2018 dengan infeksi HIV Positif dikota Cimahi mencapai 45 orang dengan kelompok resiko terbanyak yaitu LSL dengan 26 orang atau sebanyak 57.7% dan menjadi kelompok resiko yang paling banyak terkena HIV positif pada tahun 2018 , jumlah populasi bersiko di kota Cimahi yang terdata oleh dinas kesehatan kota cimahi bekerja sama dengan LSM Srikandi printis pada tahun 2018 Terbanyak yaitu LSL Dengan 705 orang, transgender 108, WPS ( wanita pekerja seks) 47 orang dan inject drug user (IDU) . (8)
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti “Faktor Faktor yang berhubungan dengan perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada Kalangan Lelaki Seks Lelaki (LSL) di kota Cimahi Tahun 2019
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan di atas dapat ditarik rumusan masalahnya yaitu:
Adakah Hubungan Antara Faktor predisposing ( pengetahuan dan sikap ), enabling (Ketersedian Pelayanan Kesehatan), reinforcing ( peran teman sebaya dan Sikap LSM ) terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS pada Pada kalangan Lelaki Seks Lelaki (LSL) di kota Cimahi Tahun 2019.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan HIV /AIDS pada kalangan Lelaki Seks Lelaki (LSL) di kota Cimahi 2019 ?
2. Tujuan Khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah
a. Mengetahui Hubungan faktor predisposing yang terdiri dari pengetahuan dan sikap Terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS di Kota Cimahi 2019
b. Mengetahui Hubungan faktor enabling yang terdiri Pemanfaataan Layanan VCT Terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS di Kota Cimahi 2019
c. Mengetahui Hubungan faktor reinforcing yang terdiri dari peran sebaya dan Dukungan LSM terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS di Kota Cimahi 2019
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi Informan
Memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan kepada informan tentang Perilaku Pencegahan HIV dan AIDS akibat perilaku berisiko
2. Manfaat Bagi Ilmu kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta data yang dapat digunakan sebagai referensi penelitian selanjutnya dan guna pengembangan ilmu kesehatan masyarakat.
3. Manfaat Bagi Peneliti
1) Meningkatkan ketrampilan dalam melakukan penelitian, khususnya dalam menganalisa hasil penelitian.
2) Memperoleh ilmu, pengalaman serta penerapan materi yang telah diperoleh dalam perkuliahan dan penelitian dapat dilakukan untuk tugas akhir atau skripsi.
3) Sebagai upaya pengembangan pribadi dalam berfikir logis, terstruktur dan sistematik.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini melingkupi keilmuan tentang faktor yang mempengaruhi pencegahan HIV/AIDS pada LSL Di kota cimahi, jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian Mixed methode, pengumpulan data primer yaitu data yang langsung di peroleh dari responden dengan metode wawancara secara langsung dan data sekunder dalam hal ini data dari dinas kesehatan kota Cimahi Populasi dalam penelitian ini adalah Lelaki Seks Lelaki (LSL) yang tergabung dalam Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Printis Priangan Tempat penelitian di lakukan di Kota Cimahi, dengan waktu pelaksanaan penelitian yaitu pada bulan mei-juni 2019 Di kota Cimahi.