BAB I PENDAHULUAN A. Judul Tugas Akhir
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Dengan Pemberian Terapi Ice Cube Untuk Mengurangi Rasa Haus Dengan Masalah Hipervolemik Pada Pasien Dengan Gagal Ginjal Kronik Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Tk.II Dustira Cimahi
B. Latar Belakang
Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena penyakit ini dapat berlangsung lama dan mematikan. Gagal ginjal kronik menjadi masalah kesehatan dunia karena sulit disembuhkan dengan peningkatan angka kejadian, prevalensi serta tingkat morbiditasnya (Ali dkk, 2017). Penyakit gagal ginjal kronik menimbulkan berbagai kondisi patologi klinis pada tubuh. Salah satu kondisi patologis yang umum terjadi karena penyakit ini yaitu terjadinya edema perifer yang disebabkan kombinasi penumpukan cairan hinga mengakibat peningkatan volume cairan. (Pradesya, 2015).
Gagal ginjal kronis menjadi masalah kesehatan di dunia yang terus mengalami peningkatan. Menurut data World Health Organization (WHO) penyakit ginjal kronis membunuh 850.000 orang setiap tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa 2 penyakit gagal ginjal kronis menduduki peringkat ke-12 tertinggi sebagai penyebab angka kematian dunia. Di amerika penyakit ginjal kronis menempati peringkat ke8 pada tahun 2019 dengan jumlah kematian di seluruh wilayah amerika yaitu sebanyak 254.028 kematian, tingkat kematian penyakit ginjal kronis lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada perempuan, dengan jumlah 131.008 kematian pada laki-laki dan 123.020 kematian pada perempuan (PAHO, 2021). Menurut data Riskesdas (2018) Prevalensi penyakit ginjal kronis di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 0,38% dari data tahun 2013. Sementara itu, prevalensi GGK di Jawa Barat mencapai 0,3 % (tertinggi ke-3 di Indonesia) atau lebih dari 15 ribu orang, sesuai dengan data dari Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2018 tercatat jumlah penderita GGK di Jawa Barat sebanyak 33.828 orang. Tahun 2017 Jawa Barat menduduki posisi pertama provinsi dengan jumlah pasien baru terapi hemodialisis terbanyak, yakni sebanyak 7.444 pasien (10th Report of Indonesian Renal Registry, 2017).
Penyakit gagal ginjal kronik pada awalnya muncul tergantung pada penyakit yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Masriadi (2016) menjelaskan bahwa ada beberapa penyakit yang memicu timbulnya penyakit gagal ginjal kronis diantaranya diabetes, hipertensi dan batu ginjal.
Diabetes dan hipertensi bertanggung jawab terhadap proporsi End Stage Renal Disease (ESRD) yang paling besar, terhitung secara berturut – turut sebesar 34% dan 21% dari total kasus. Diabetes merupakan penyebab tunggal ESRD yang tersering dari semua kasus (Price & Wilson, 2012).
Penyakit gagal ginjal kronis merupakan penyakit yang bersifat irreversible, artinya tidak bisa menjadi normal kembali. Salah satu yang bisa dilakukan hanyalah mempertahankan fungsi ginjal yang ada, seperti transplantasi ginjal dan hemodialisa atau cuci darah, yang dapat mencegah kematian tetapi tidak dapat menyembuhkan atau memulihkan fungsi ginjal secara keseluruhan (Kemenkes RI, 2013).
Pasien hemodialisis tidak menjalani hemodialisis setiap harinya. Hemodialisis biasanya dilakukan 2-3 kali dalam seminggu dengan lama durasi 3-5 jam. Jika pasien tidak menjalani hemodialisis pada hari antara dialisis, pasien dapat mengalami suatu masalah pengaturan waktu cairan dalam tubuh. Pasien harus membatasi asupan cairan harian untuk menghindari overhidrasi pada pasien yang tidak menjalani dialisis (Armiyati et al, 2019). Cairan yang tidak terjaga akan mengalami kelebihan cairan (overhydration) di antara sesi dialisis, sehingga dapat menimbulkan efek samping seperti penambahan berat badan yang dapat menyebabkan edema, dan peningkatan tekanan darah (Dasuki & Basok, 2018). Pembatasan asupan cairan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis cukup sulit karena menyebabkan penurunan asupan oral yang dapat mengakibatkan mulut kering dan lidah jarang dialiri udara sehingga kondisi ini dapat menimbulkan rasa haus (Guyton, 2016).
Menurut Said & Hanan tahun 2013, haus merupakan keinginan akan cairan yang menghasilkan naluri untuk minum. Rasa haus harus di manajemen agar pasien dapat patuh terhadap pembatasan intake cairan. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mengurangi rasa haus dan meminimalisirkan terjadi peningkatan berat badan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa adalah dengan terapi ice cubes.
Terapi Ice Cubes dapat membantu dalam mengurangi rasa haus dan menyegarkan
tenggorokan (Arfany et al, 2014). Terapi ice cubes yang dilakukan dengan cara mengulum es batu, dimana es batu bisa memberikan perasaan lebih segar dibanding minum air mineral sedikit-sedikit (Philips et al, 2017).
Terapi ice cubes dapat membuat mukosa mulut menjadi lebih lembab sesudah mencair, sehingga meyebabkan mulut tidak kering. Es batu memberikan sensasi dingin saat mencair di dalam mulut sehingga perasaan haus dapat berkurang dan diharapkan pasien dapat mematuhi pembatasan cairan agar tidak terjadi peningkatan berat badan (Isrofah et al, 2019). Terapi ice cubes dapat dilakukan selama 5 menit saat proses dialisis (Fajri et al, 2020).
Hasil penelitiam sebelumnya yang dilakukan oleh Annisa nurul fajri, Sulastri dan Puji Kristini dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Terapi Ice Cube’s Sebagai Evidance Based Nursing Untuk Mengurangi Rasa Haus Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisa”
didapatkan hasil berupa terdapat pengaruh terapi ice cube’s untuk mengurangi rasa haus pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sacrias dalam jurnal internasional yang berjudul “Effect of nursing interventions on thirst and interdialytic weight gain of patients with chronic kidney disease subjected to hemodialysis” didapatkan hasil berupa Mengisap es batu mengurangi rasa haus dan meningkatkan kepatuhan di antara pasien dengan CKD yang menjalani HD.
Adapun keadaan pasien dalam penelitian ini yaitu pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu dan pasien memiliki tanda-tanda hipervolemia seperti terdapat edema, perut buncit, sesak nafas, bibir kering dan terdapat anemia, pola nafas dispnea, CRT >2 detik, akral dingin.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan “ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN PEMBERIAN TERAPI ICE CUBE UNTUK MENGURANGI RASA HAUS DENGAN MASALAH HIPERVOLEMIK PADA PASIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG HEMODIALISA RUMAH SAKIT TK.II DUSTIRA CIMAHI”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Keperawatan Pada Ny.A Dengan Inovasi Pemberian Ice Cube Dengan Gagal Ginjal Kronik Diruang Hemodialisa Rumah Sakit Tk.II Dustira Cimahi.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien yang mengalami gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan di ruang hemodialisa rumah sakit dustira.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan di ruang hemodialisa rumah sakit dustira.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawan pada pasien yang mengalami gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan di ruang hemodialisa rumah sakit dustira.
d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien yang mengalami gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan di ruang hemodialisa rumah sakit dustira.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien yang mengalami gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan di ruang hemodialisa rumah sakit dustira.
f. Memaparkan hasil analisi inovasi keperawatan terapi ice cube pada Ny.A dengan hipervolemia.
D. Manfaat
1. Manfaat keilmuan
Dapat dijadikan referensi sebagai pengembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan gawat darurat dan kritis dengan masalah Gagal Ginjal Kronik.
2. Manfaat Aplikatif a. Penulis
Menambah wawasan serta memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada kasus gagal ginjal kronik dan sebagai bahan acuan bagi penulis selanjutnya
b. Rumah sakit
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek keperawatan, terkhususnya untuk pasien dengan masalah kesehatan Gagal Ginjal Kronik
c. Pasien
Menjadi bahan masukan bagi klien dengan gagal ginjal kronis agar dapat meng impelemntasikannya saat melakukan hemodialisa