• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Anak merupakan potensi penerus cita-cita bangsa, oleh karena itu perkembangan anak harus mendapatkan perhatian dari orang tua dan juga dari pemerintah. Jika anak dibina dan dipelihara dengan baik sesuai dengan keinginan dan harapan maka anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula, akan tetapi apabila anak tidak dibina dan dipelihara maka anak tidak akan tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya (Wong, 2012). Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Karena anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2011).

Menurut Hidayat (2015) mengungkapkan bahwa anak merupakan individu yang rentan akan penyakit karena organ tubuhnya yang belum mengalamimaturasi secara sempurna. Kondisi dimana anak yang sehat menjadi sakit akan mengakibatkan tubuh bereaksi untuk meningkatkan suhu tubuhnya. Terlebih lagi pada anak usia prasekolah (usia 3-6 tahun) dimana sistem imun anak masih lemah, dan dimana pada usia anak prasekolah lebih 1

(2)

aktif dalam melakukan banyak hal yang membuat tubuh anak rentan terserang penyakit yang membuat anak mengalami demam (Dewi,2016).

Salah satu faktor lain yang mempengaruhi seringnya anak mengalami sakit adalah wilayah tropis, dimana wilayah tropis seperti Indonesia memang baik bagi kuman untuk berkembang biak. Berbagai penyakit itu biasanya semakin mewabah pada musim peralihan. Terjadinya perubahan cuaca tersebut mempengaruhi perubahan kondisi kesehatan anak.

Kejadian demam seringkali meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian pada Balita. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam di seluruh dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu kematian tiap tahunnya, anak merupakan yang paling rentan terkena demam, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa. Hampir semua daerah endemik, insidensi demam banyak terjadi pada anak usia 3-12 tahun. UNICEF (United Nations Internatonal Children’s Emergency Fund) telah memperingati bahwa diseluruh dunia 12 juta anak mati setiap tahunnya akibat penyakit atau malnutrisi dan paling sering gejala awalnya adalah demam (Anderson, 2012 hal 89).

Angka kejadian demam di Indonesia tidak dipaparkan secara langsung, namun dari data yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan RI (2019) menyebutkan jika ada beberapa penyakit yang disertai dengan gejala demam seperti DBD (Demam Berdarah Dengue) dengan pravalensi sebanyak 9,358 jiwa, 0,75 % orang terjangkit malaria, dan penderita demam tifoid mencapai angka rata-rata 800/100.00 penduduk dengan pravalensi 358-810/100.000

(3)

penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Berdasarkan data dari dinas kesehatan Sukoharjo Jawa Tengah dengan jumlah 2.281 jiwa, kejadian demam pada anak di Semarang 367 jiwa. Kementrian Republik Indonesia (2016) mengungkapkan bahwa kejadian demam ini diperkirakan akan terus meningkat terutama pada saat terjadinya perubahan iklim dan kebersihan atau sanitasi lingkungan yang kurang baik.

Demam merupakan suatu kondisi dimana suhu tubuh mengalami peningkatan di atas normal. Seseorang dapat dikatakan demam jika suhu tubuhnya mencapai lebih dari 37,5°C. Hal ini dapat terjadi karena pada dasarnya demam menunjukkan bahwa mekanisme dalam tubuh berjalan normal dalam melawan penyakit yang menimbulkan reaksi infeksi oleh virus, bakteri, jamur, atau parasit (Sodikin et all, 2012). Menurut Rahmawati, Fatimah & Nurhidayah (2013) demam dapat berperan sebagai mekanisme adaptif imunitas dan penstabilan termoregulasi tubuh. Namun, demam yang tidak ditangani dengan cepat dan tepat maka dapat memberikan dampak buruk seperti dehidrasi, kekurangan oksigen, dan kejang demam/febrile conveulsions yang dapat membahayakan jiwa anak. Oleh sebab itu penanganan demam yang tepat sangat penting untuk menghindari adanya dampak tersebut (Arisandi, 2012).

Untuk mengurangi kejadian demam dan mengurangi peningkatan suhu tubuh secara mendadak, penanganan demam terbagi menjadi dua tindakan yaitu tindakan farmakologis dan non farmakologis. Tindakan farmakologis yaitu pemberian obat sebagai penurun demam atau sering disebut dengan

(4)

antipiretik. Penanganan demam nonfarmakologis adalah tatalaksana fisik (tanpa obat-obatan) seperti memberi minum yang banyak, tidak memberikan pakaian yang berlebihan dan menyerap keringat, memperhatikan aliran udara diruangan, mencegah stress pada anak dan memberikan kompres (Lusia, 2015). Jenis kompres yang dapat digunakan dalam menurunkan suhu tubuh pada anak yang mengalami demam adalah kompres air hangat, kompres bawang merah, kompres plester, dan tepid sponge (Dewi, 2016).

Keunggulan tepid sponge lebih dalam menurunkan suhu tubuh anak dengan demam dibandingkan dengan kompres air hangat. Hal ini disebabkan karena tindakan seka atau membasahi tubuh dengan kain atau waslap pada teknik tepid sponge akan mempercepat vasodilatasi pembuluh darah perifer di sekujur tubuh sehingga evaporasi dari kulit kelingkungan sekitar akan lebih cepat dibandingkan hasil yang diberikan oleh kompres air hangat yang hanya mengandalkan reaksi dari stimulus hipotalamus, jumlah luas waslap yang kontak dengan pembuluh darah perifer berbeda antara teknik kompres air hangat dengan tepid sponge akan turut memberikan perbedaan hasil terhadap penurunan suhu tubuh pada kelompok perlakuan tersebut (Dewi,2016). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni (2014) yang berjudul “Efektifitas Penurunan Suhu Tubuh Antara Kompres Hangat Dan Tepid Sponge Pada Pasien Anak Usia 6 Bulan – 3 Tahun Dengan Demam Di Puskesmas Kartasura Kutuharjo” didapatkan hasil bahwa tepid sponge lebih efektif menurunkan suhu tubuh dibandingkan dengan kompres hangat.

(5)

Dalam penelitian Tito Yunita Syaltami Bardu (2014) yang berjudul

“Perbandingan Efektifitas Tepid Sponging dan Plester Kompres dalam Menurunkan Suhu Tubuh pada Anak Usia Balita yang Mengalami Demam di Puskesmas Salaman 1 Kabupaten Magelang” mengungkapkan bahwa tepid sponge dan plester kompres sama-sama menurunkan demam dengan kehilangan panas secara evaporasi. Namun, tepid sponge menggunakan air hangat sebagai perantara evaporasi, sedangkan plester kompres dengan menggunakan hidrogel sebagai perantara evaporasi. Pada penelitian ini didapatkan bahwa tepid sponge lebih efektif menurunkan suhu tubuh karena tepid sponge memberikan efek yang lebih luas pada tubuh manusia dibandingkan dengan plester kompres yang hanya berefek pada satu titik saja.

Kompres tradisional juga dapat diberikan pada anak yang mengalami demam yaitu dengan kompres bawang merah. Dalam penelitian Fatmawati Putri, Retno Wulan (2022) yang berjudul “Hubungan Kompres Bawang Merah (ALLIN ESENSIAL OIL) Dengan Penurunan Demam Pada Balita Di Kampung Hasik Jaya Sorong Selatan” mengatakan bahwa tedapat hubungan kompres bawang merah (allin esensial oil) dengan penurunan demam pada balita di Kampung Hasik Jaya Sorong Selatan. Namun, dalam penelitian ini didapatkan bahwa penurunan suhu tubuh kurang maksimal karena dapat memberikan ketidaknyamanan dan rewel pada balita. Penelitian yang dilakukan Ibnu Rifaldi, Dewi Kartika Wulandari (2020) yang berjudul

“Efektifitas Pemberian Tepid Water Sponge dan Pemberian Kompres Bawang Merah terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Anak Demam di Banjarmasin,

(6)

Kalimantan Selatan” mengungkapkan bahwa pemberian kompres tepid water sponge lebih efektif dibandingkan dengan kompres bawang merah.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan pada peneliti terdahulu yang mengungkapkan bahwa pemberian kompres tepid sponge lebih efektif dibandingkan dengan kompres lainnya, maka peneliti akan melakukan penelitian lebih dalam mengenai kompres tepid sponge. Dengan kompres blok langsung diberbagai tempat ini akan memfasilitasi penyampaian sinyal ke hipotalamus dengan lebih gencar. Selain itu pemberian seka akan mempercepat pelebaran pembuluh darah perifer akan memfasilitasi perpindahan panas dari tubuh kelingkungan sekitar yang akan semakin mempercepat penurunan suhu tubuh (Hamid, 2011).

Mekanisme pemberian tepid sponge pada daerah tubuh akan mengakibatkan anak berkeringat, tepid sponge bertujuan untuk mendorong darah kepermukaan tubuh sehingga darah dapat mengalir dengan lancar.

Ketika suhu tubuh meningkat dan dilakukan tepid sponge, hipotalamus anterior memberi signal pada kelenjar keringat untuk melepaskan keringat.

Tindakan ini diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai keadaan normal kembali (Maharani,2011). Dan manfaat dari tepid sponge adalah dapat menurunkan suhu tubuh yang sedang mengalami demam, memberikan rasa nyaman, dan mengurangi nyeri yang diakibatkan oleh penyakit yang mendasari demam (Hamid, 2011).

Manfaat pemberian tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak yang mengalami demam telah banyak dibuktikan oleh beberapa penelitian

(7)

sebelumnya. Beberapa diantaranya adalah hasil studi kasus yang dilakukan oleh Dewi (2017) dalam Jurnal Keperawatan Muhammadiyah dengan judul

“Perbedaan Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian Kompres Air Hangat Dengan Tepid Sponge Bath Pada Anak Demam” pada 90 anak dengan usia 1- 7 tahun yang mengalami peningkatan suhu tubuh hingga 38 ºC. Dewi (2017) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata suhu anak yang mengalami demam sebelum dan setelah pemberian tepid sponge.

Hasil studi kasus lain yang diteliti oleh Fitri Yanti Bangun (2017) dalam Jurnal Keperawatan Flora yang berjudul “Pengaruh Tepid Sponge Terhadap Penurunan Demam Pada Anak Usia 1-5 Tahun Di Rumah Sakit Dr.

Pringadi Medan”. Dalam penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 32 responden didapatkan rata-rata suhu sebelum diberikan tepid sponge mayoritas febris/pireksia 37,5ºC - 40ºC sebanyak 30 orang dan minoritas hipertermi >40ºC sebanyak 2 orang. Rata-rata suhu anak sesudah diberikan tepid sponge sebanyak 18 orang mengalami penurunan suhu tubuh 37,5ºC - 40ºC dan 14 orang mengalami penuruna suhu tubuh menjadi 36ºC – 37,5ºC, dapat disimpulkan adanya pengaruh yang signifikan antara pemberian tepid sponge terhadap penurunan demam pada anak usia 1-5 tahun di Rumah Sakit Dr. Pringadi Medan.

Didukung dengan penelitian lain, hasil studi kasus yang juga dilakukan oleh Siti Haryani (2018) dalam Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat dengan judul “Pengaruh Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Prasekolah Yang Mengalami Demam Di RSUD Ungaran”

(8)

pada 60 anak dengan usia 3-6 tahun menunjukan suhu sebelum dilakukan tepid sponge sebagian besar (73,34%) berada pada suhu 38 ºC -39 ºC dan suhu tubuh setelah dilakukan tepid sponge sebagian besar (63%) berada pada suhu 37ºC -38ºC. Kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan adalah adanya pengaruh pemberian tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh.

Dalam beberapa hasil penelitian terdahulu yang sudah peneliti baca, dilihat dari keunggulan teknik tepid sponge yang mempercepat vasodilatasi pembuluh darah perifer di sekujur tubuh sehingga evaporasi dari kulit kelingkungan sekitar akan lebih cepat yang hasilnya mengungkapkan adanya efektifitas tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada anak prasekolah yang mengalami demam. Namun, disini peneliti ingin mengidentifikasi efektifitas tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada anak prasekolah yang mengalami demam yang dibandingkan dengan pemberian tindakan kompres lainnya. Sehingga metode literature review yang akan peneliti gunakan ini merupakan suatu keterbaharuan untuk mendapatkan kesimpulan dari beberapa jurnal yang akan diteliti.

Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti perlu melakukan penelitian secara literature review tentang “Efektifitas Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Prasekolah Yang Mengalami Demam”.

B. Identifikasi Masalah

(9)

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka identifikasi masalah yang diteliti dalam literature review adalah:

Bagaimana Efektifitas Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Prasekolah Yang Mengalami Demam ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan literature review tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi Efektifitas Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Prasekolah Yang Mengalami Demam berdasarkan studi empiris 10 tahun terakhir.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi persamaan penelitian dengan menggunakan literature review berkaitan Efektifitas Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Prasekolah Yang Mengalami Demam yang dibandingkan dengan kompres hangat, kompres plester, kompres bawang merah, dan sponge bath.

b. Mengidentifikasi perbedaan penelitian dengan menggunakan literature review berkaitan Efektifitas Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Prasekolah Yang Mengalami Demam yang dibandingkan dengan kompres hangat, kompres plester, kompres bawang merah, dan sponge bath.

(10)

c. Menganalisis perbandingan penelitian dengan menggunakan literature review berkaitan Efektifitas Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Prasekolah Yang Mengalami Demam yang dibandingkan dengan kompres hangat, kompres plester, kompres bawang merah, dan sponge bath.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kemajuan dibidang ilmu keperawatan terutama Keperawatan Anak tentang Efektifitas Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada anak Prasekolah Yang mengalami demam.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Profesi Perawat

Dapat memberi masukan ilmiah bagi tenaga keperawatan demi peningkatan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan keperawatan anak.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan Efektifitas Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Prasekolah Yang Mengalami Demam.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data pendukung pada penelitian berikutnya tentang efektifitas tepid sponge

(11)

terhadap penurunan suhu tubuh pada anak prasekolah yang mengalami demam.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Materi penelitian ini adalah Keperawatan Anak yaitu Efektifitas Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Prasekolah Yang Mengalami Demam. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2022, dengan metode literature review. Tujuan dari literature review adalah untuk mengetahui Efektifitas Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Prasekolah Yang Mengalami Demam yang dibandingkan dengan kompres hangat, kompres plester, kompres bawang merah, dan sponge bath.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian diperoleh sebagai berikut : Kemampuan motorik dari 27 orang siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 3 Gunung Talang Kecamatan Gunung