1 A. Latar Belakang
Proses persalinan identik dengan rasa nyeri yang akan dijalani. Secara fisiologis nyeri terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi sebagai upaya membuka servik dan mendorong kepala bayi kearah panggul. Nyeri pada persalinan kala I merupakan proses fisiologis yang disebabkan oleh proses dilatasi servik, hipoksia otot uterus saat kontraksi, iskemia korpus uteri dan peregangan segmen bawah rahim dan kompresi saraf di servik.1
Nyeri persalinan dapat menimbulkan stres yang menyebabkan pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid. Hormon ini dapat menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos dan vasokonstriksi pembuluh darah. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kontraksi uterus, penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus, serta timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah banyak.2
Nyeri persalinan juga dapat, menyebabkan timbulnya hiperventilasi sehingga kebutuhan oksigen meningkat, kenaikan tekanan darah, dan berkurangnya motilitas usus serta vesika urinaria. Keadaan ini akan merangsang peningkatan katekolamin yang dapat menyebabkan gangguan pada kekuatan kontraksi uterus sehingga terjadi inersia uteri yang dapat berakibat kematian ibu saat melahirkan.3
Rasa nyeri persalinan yang tinggi dapat menimbulkan kecemasan pada ibu, terutama pada ibu primigravida. Nyeri yang tidak bisa diadaptasi oleh ibu yang akan melahirkan dapat meningkatkan perasaan cemas pada ibu, rasa cemas tersebut dapat menyebabkan terjadinya persalinan yang lama, sehingga kekuatan ibu akan habis saat persalinan yang berakibat terhadap kejadian perdarahan serta kala II lama.3
Berdasarkan data WHO bahwa penyebab langsung kematian ibu terkait kehamilan dan persalinan terutama adalah perdarahan (28%), Perdarahan banyak atau berlebihan terjadi sekitar 5-15% pada wanita postpartum. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa 67% kematian maternal akibat perdarahan terutama perdarahan postpartum primer.4
Menurut Kementrian Kesehatan tahun 2016, tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan adalah Pendarahan, Eklampsia, dan Infeksi. Pada tahun 2016 penyebab kematian ibu di Indonesia akibat pendarahan sebanyak (30,3%).
Berdasarkan laporan dari fasilitas kesehatan tahun 2016 oleh Dinas Kesehatan Jawa Barat, penyebab kematian ibu hamil di provinsi Jawa Barat akibat perdarahan sebesar 58,79%.5.6
Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.7
Kontraksi rahim akan menimbulkan rasa nyeri bagi ibu yang mengalami proses persalinan. Sensasi nyeri yang dirasakan ibu hamil akan berbeda, ada yang benar benar merasakan sakit yang luar biasa, namun juga banyak merasa nyeri yang tidak terlalu lama. Tentunya hal ini banyak faktor penyebabnya. dimulai dari pengalaman melahirkan, ukuran dan berat bayi, dukungan suami dan keluarga, pengalaman, teknik melahirkan, bahkan dari penolong medis mulai dari dokter atau bidan itu sendiri.8
Berdasarkan penelitian Aryani (2015) ditemukan bahwa 67% ibu merasa sedikit khawatir, 12% merasa sangat khawatir dan 23% merasa tidak khawatir tentang nyeri persalinan. Maka mengurangi rasa nyeri adalah hal yang penting dan perlu dipertimbangkan oleh tenaga kesehatan/penolong persalinan melalui upaya mengatasi nyeri persalinan.9 Sejalan dengan program yang dicanangkan kementrian kesehatan yaitu program Making Pregnancy Saver (MPS) yang merupakan salah satu aspek penatalaksanaan dalam persalinan yaitu aspek sayang ibu.5 Menurut Permenkes No 97 Tahun 2014 mengenai pelayanan kesehatan masa melahirkan dalam pasal 14 salah satu aspek dasar yang diberikan kepada ibu bersalin yaitu asuhan sayang ibu dan sayang bayi.
Pemberi asuhan pelayanan harus memperhatikan kenyamanan ibu yang akan melahirkan, salah satunya adalah penanganan nyeri persalinan. Penolong
persalinan seringkali melupakan untuk menerapkan teknik pengontrolan nyeri, hal ini akan menyebabkan ibu bersalin memiliki pengalaman persalinan yang buruk, mengalami trauma persalinan yang dapat menyebabkan postpartum blues, maka sangat penting untuk penolong persalinan memenuhi kebutuhan ibu akan rasa aman dan nyaman.10
Upaya untuk menurunkan nyeri pada persalinan dapat dilakukan baik secara farmakologi maupun non farmakologi. Manajemen nyeri secara farmakologi lebih efektif dibanding dengan metode non farmakologi, namun metode farmakologi lebih mahal, dan berpotensi mempunyai efek samping yang kurang baik.
Sedangkan metode non farmakologi lebih murah, simpel, efektif dan tanpa efek yang merugikan dan dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan, karena ibu dapat mengontrol perasaannya dan kekuatannya.11
Bidan dalam prakteknya memberikan asuhan persalinan diharapkan dapat memberikan kenyamanan selama persalinan, untuk itu perlu dilakukan upaya pengendalian nyeri saat persalinan dengan teknik non farmakologis seperti distraksi, terapi musik, akupresure, massage counterpresure, hipnobirthing, waterbirth, relaksasi, akupuntur, murottal Al-Quran dan lain sebagainya, salah satu yang peneliti ambil adalah massage. Massage dapat meningkatkan relaksasi tubuh dan mengurangi stres. Disamping itu massage merupakan asuhan yang efektif, aman sederhana dan tidak menimbulkan efek yang merugikan baik pada ibu maupun janin.12.
Salah satu tindakan non farmakologi adalah massage. Massage adalah pemijatan secara lembut yang membantu ibu merasa lebih segar, rileks dan nyaman selama persalinan. Hal ini terjadi karena pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa endhorphin yang merupakan pereda sakit alami. Endorphin juga menciptakan perasaan nyaman dan enak. Hasil penelitian Wulandari, dkk (2015) menyatakan bahwa Ada pengaruh massage effleurage terhadap tingkat nyeri persalinan kala I fase aktif pada primigravida.13 Demikian pula Tazkiyah, dkk (2014) menyatakan pemberian massage pada nyeri ibu bersalin inpartu kala I aktif memiliki pengaruh yang nyata. Pengaruh ini membuktikan bahwa pemberian massage pada nyeri ibu bersalin inpartu kala I fase aktif dapat menurunkan
tingkat nyeri.12
Menurut (Pastuty, 2010) effluerage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat, dan panjang atau tidak putus-putus. Counterpressure adalah pijatan tekanan kuat dengan cara meletakkan tumit tangan atau bagian datar dari tangan, atau juga menggunakan bola tenis. Pemijatan secara lembut akan membantu ibu merasa lebih segar, rileks dan nyaman selama persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan ibu yang dipijat 20 menit setiap jam selama tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal yang terjadi karena pijat merangsang tubuh melepas senyawa endorfin juga dapat menciptakan perasaan nyaman dan enak.14
Dalam penggunaan teknik mengurangi rasa nyeri persalinan pertimbangkan yang harus dilakukan antara lain dengan memperhatikan efektifitas waktu, biaya, aman (tidak membahayakan ibu dan janin) dan efektif. Tehnik yang dipakai untuk mengurangi nyeri persalinan diterapkan metode massage punggung dengan effluerage dan counterpressure yaitu mengurangi nyeri dengan cara pijatan pada
punggung digunakan untuk membantu relaksasi dan menurunkan nyeri melalui peningkatan aliran darah pada daerah-daerah yang terpengaruh, merangsang reseptor-reseptor raba kulit sehingga merilekskan otot-otot, mengubah suhu kulit dan secara umum memberikan perasaan yang nyaman yang berhubungan dengan keeratan hubungan manusia.15
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan studi literature tentang pengaruh massage punggung terhadap intensitas nyeri pada persalinan normal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah dalam studi literature ini yaitu “Bagaimana pengaruh massage punggung terhadap intensitas nyeri pada persalinan normal.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh massage punggung terhadap intensitas nyeri pada persalinan normal
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi intensitas nyeri pada persalinan normal sebelum dilakukan massage punggung
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi intensitas nyeri pada persalinan normal sesudah dilakukan massage punggung
c. Untuk mengetahui pengaruh massage punggung terhadap intensitas nyeri pada persalinan normal.