• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan masyarakat yang paling efektif untuk mengurangi penyakit dan kematian dalam masyarakat.

Kementerian Kesehatan melaksanakan Program Pengembangan Imunisasi (PPI) pada anak dalam upaya menurunkan kejadian penyakit pada anak.

Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Imunisasi juga merupakan salah satu intervensi pencegahan penyakit yang paling efektif dari segi pembiayaan.1

World Health Organization (WHO) mulai menetapkan program imuniasi sebagai upaya global dengan Expanded Program on Imunization (EPI) pada tahun 1974, yang disolusikan oleh World Health Assembly (WHA). Terobosan ini menempatkan EPI sebagai komponen penting pelayanan kesehatan ibu dan anak, khususnya dalam pelayanan kesehatan primer. Pada tahun 1981 mulai dilakukan imunisasi polio, tahun 1982 imunisasi campak, dan tahun 1997 imunisasi hepatitis mulai dilakukan. Imunisasi secara nyata terbukti telah menyelamatkan jutaan nyawa dan secara luas diakui sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling berhasil dan efektif (hemat biaya) di dunia.

Namun, masih ada lebih dari 19 juta anak di dunia yang tidak divaksinasi atau

(2)

vaksinasinya tidak lengkap, yang membuat mereka sangat berisiko untuk menderita penyakit-penyakit yang berpotensi mematikan.2

Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa sekitar 42% kematian bayi baru lahir disebabkan oleh berbagai bentuk infeksi seperti infeksi saluran napas, tetanus neonatorum, sepsis, meningitis, dan infeksi gastrointestinal.

Penyebab kematian bayi yang lainnya adalah berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi, seperti tetanus, campak, dan difteri. Sebanyak 194 negara anggota WHO, 65 di antaranya memiliki cakupan imunisasi Difteri, Pertusis dan Tetanus (DPT) di bawah target global 90%.

Untuk menghapus kantong- kantong wilayah dimana banyak anak- anak tidak terlindungi dari penyakit yang sebenarnya dapat dicegah melalui imunisasi.2

Sampai saat ini di Indonesia masih ada anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi secara lengkap bahkan tidak pernah mendapatkan imunisasi sedari lahir. Hal tersebut menyebabkan mereka akan mudah tertular penyakit berbahaya karena tidak adanya kekebalan terhadap penyakit tersebut. Data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menunjukkan sejak 2014-2016, terhitung sekitar 1,7 juta anak belum mendapatkan imunisasi atau belum lengkap status imunisasinya.3

Adapun faktor alasan bayi tidak mendapatkan imunisasi adalah pengetahuan, sosial budaya, dan sosial ekonomi. Namun yang lebih berpengaruh adalah ketidaktahuan ibu akan pentingnya imunisasi dan ketakutan akan efek samping dari imunisasi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa peran pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar sangat penting terhadap

(3)

kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. Pengetahuan yang dimiliki seorang ibu terkait pemberian imunisasi tersebut tidak lepas dari peran yang baik dari tenaga kesehatan dalam memberikan penyuluhan tentang imunisasi. Fungsi dari penyuluhan adalah untuk meningkatkan pengetahuan tentang imunisasi, dimana kondisi tersebut mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar pada anak, dimana ibu yang mendapatkan penyuluhan tentang imunisasi dapat memberikan imunisasi secara lengkap dibandingkan ibu yang tidak mendapatkan penyuluhan.4

Pengetahuan tentang imunisasi yang berhubungan juga dengan tingkat pengetahuan seperti masalah pengertian dan pemahaman karena masih banyak ibu yang beranggapan salah tentang imunisasi yang berkembang dalam masyarakat. Tidak sedikit orang tua khawatir terhadap efek samping dari beberapa vaksin. Selain itu, dukungan keluarga sangatlah penting untuk ibu agar mempengaruhi pengetahuan seorang ibu dan agar ibu termotivasi untuk membawa bayinya imunisasi, agar bertambahnya kepercayaan ibu dengan pemberian imunisasi dasar pada bayi, sehingga dapat mempengaruhi status imunisasinya.5 Status ekonomi juga mempengaruhi motivasi ibu untuk mengimunisasikan bayinya dengan tepat sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Rendahnya status ekonomi berperan dalam mempengaruhi prilaku orang tua untuk mengikut sertakan dalam kegiatan imunisasi. Pernyataan Menurut Faturrahman dan Mollo (1995) dalam Sumiarto yaitu tingkat pendapatan berkaitan dengan kemiskinan yang akan berpengaruh pada status kesehatan masyarakat. Bila ditinjau dari faktor sosial ekonomi, maka pendapatan

(4)

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat wawasan masyarakat mengenai kesehatan lingkungan, di dalam kondisi kehidupan menjadikan kemiskinan sebagai objeknya dan berbagai penjelasan yang tidak adekuat untuk menjelaskan perbedaan kesehatan diantara sosial ekonomi rendah dengan sosial ekonomi tinggi.6 Ada faktor lain juga yang berpengaruh terhadap pemberian imunisasi pada bayi yaitu karena kurang dukungan dari tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat dimana tidak ada yang menggerakan masyarakat untuk datang ke posyandu guna mendapatkan pelayanan imunisasi.7 Desas-desus yang didengar oleh ibu tentang imunisasi seperti adanya anggapan yang menyatakan bahwa imunisasi tersebut tidak berguna, imunisasi menyebabkan anak sakit, imunisasi tersebut haram untuk diberikan pada bayi dan seterusnya. Dengan adanya anggapan-anggapan negative ini sehingga mendorong orang tua/ibu untuk tidak memberikan imunisasi pada anaknya.8

Oleh karena itu, untuk mencegah balita menderita beberapa penyakit yang berbahaya imunisasi pada bayi dan balita harus lengkap serta diberikan sesuai jadwal. Usia 18 bulan pertama, anak sudah harus menerima imunisasi tak kurang dari 15 kali.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan atas latar belakang maka penulis dapat merumuskan masalah adalah “Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi”

(5)

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan antara faktor pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi

b. Mengetahui hubungan antara faktor sosial budaya ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi

c. Mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil literatur riview ini diharapkan dapat menambah pengatahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam melaksanakan literatur review khususnya mengenai “Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi”

2. Manfaat Praktis

Hasil literatur riview ini diharapkan dapat menjadi bahan pembaharuan untuk meningkatkan pelayanan yang berkualitas dan dapat memberikan

(6)

pengetahuan tentang “Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi”

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kebidanan ini difokuskan pada studi literature dari jurnal nasional dan jurnal internasional tentang Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi.

Referensi

Dokumen terkait

[Assented - to, 21st December, 1877.1 HERE AS it is desirable to extend the Railway from the Gawler W Bailway Station to Marlcct Rcscrvc in thc 'l'awn of Gawler, as shown in thc

xv Institut Teknologi Nasional DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL Singkatan Nama Satuan AC Asphalt Concrete - ACN Aircraft Classification Number - ATB Asphalt Treated Base - CBR