• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Data Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) menunjukan bahwa sebanyak 57 juta (63%) angka kematian yang terjadi didunia dan 36 juta (43%) angka kesakitan disebabkan oleh penyakit tidak menular. Global status report on NCD tahun 2010 melaporkan bahwa 60%

penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena penyakit tidak menular (PTM) dan 4% meninggal sebelum usia 70 tahun. Seluruh kematian akibat PTM terjadi pada orang-orang kurang dari usia 60 tahun, 29% di negara-negara berkembang, sedangkan di negara-negara maju sebesar 13% (Purdiyani, 2016).

Analisa yang dilakukan oleh International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa di tahun 2012 angka kejadian DM sudah lebih dari 371 juta orang dengan angka kejadian setiap tahunnya naik 3% atau bertambah 7 juta orang. Selain itu American Diabetes Assciation (ADA) melaporkan bahwa setiap 21 detik ada 1 orang yang terkena diabetes. ADA menyebutkan bahwa setengah dari populasi DM berada di kawasan Asia dengan populasi paling banyak berada di India, Cina, Pakistan, dan Indonesia (Williams et al., 2020).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA, 2007) dalam (Purdiyani, 2016) menunjukan bahwa dari 10 penyebab kematian tertinggi, 6 diantaranya disebabkan oleh penyakit tidak menular (stroke, hipertensi, diabetes, tumor ganas, penyakit hati dan penyakit jantung) yang menyebabkan 44% kematian

(2)

sedangkan hanya terdapat 2 penyakit menular (tbc dan penyakit saluran nafas bawah) menjadi penyebab kematian.

Indonesia juga menghadapi situasi ancaman diabetes serupa dengan dunia.

International Diabetes Federation (IDF) Atlas 2007 melaporkan bahwa

epidemi Diabetes di Indonesia masih menunjukan kecenderungan meningkat.

Indonesia adalah negara peringkat ke enam dengan jumlah penyandang Diabetes usia 20-79 tahun sekitar 10.3 juta orang di dunia setelah Tiongkok (114,4 juta), India (72,9 juta), Amerika Serikat (30,2 juta), Brazil (12,5 juta), dan Meksiko (12 juta). Sejalan dengan hal tersebut, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas,2017) memperlihatkan peningkatan angka prevelensi Diabetes yang cukup signifikan, yaitu dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018, sehingga estimasi jumlah penderita di Indonesia mencapai lebih dari 16 juta orang yang kemudian beresiko terkena penyakit lain (Komplikasi), seperti:

serangan jantung, stroke, kebutaan dan gagal ginjal bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian (Sulistiowati & Sihombing, 2018)

Jawa Barat menempati posisi pertama jumlah penderita Diabetes Melitus (DM) Tipe II. Kota Bandung sebagai ibu kota Jawa Barat merupakan kota representif yang mewakili Jawa Barat dengan jumlah penduduk terpadat. Di Jawa Barat DM dengan spesifikasi sebanyak 418 ribu orang sudah terdiagnosa DM dan sebanyak 225 ribu orang belum terdiagnosa, tetapi sudah menunjukan indikasi DM (Riskesdas, 2017).

Diabetes Melitus merupakan penyebab hiperglikemi. Hiperglikemi disebabkan oleh berbagai hal, namun hiperglikemi paling sering di sebabkan

(3)

oleh diabetes melitus. Pada diabetes melitus gula menumpuk dalam darah sehingga gagal masuk ke dalam sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat hormon insulin jumlahnya kurang atau cacat fungsi. Hormon insulin merupakan hormon yang membantu masuknya gula darah (WHO,2016).

Menurut International Diabetes Federation (IDF) tahun 2015, dalam metabolisme tubuh hormon insulin bertanggung jawab dalam mengatur kadar glukosa darah. Hormon ini di produksi dalam pankreas kemudian dikeluarkan untuk di gunakan sebagai sumber energi. Apabila di dalam tubuh kekurangan hormon insulin maka dapat menyebabkan hiperglikemi (IDF,2015).

Kadar gula darah merupakan tingkat glukosa dalam darah. Tubuh mengatur konsentrasi gula darah (Adrian,2017). Sel-sel dalam tubuh memiliki sumber energi yang paling utama yaitu glukosa darah. Gejala klinis DM biasanya ringan bahkan tidak ada gejala, perjalanan penyakit DM berkembang kronis dan cenderung mengalami peningkatan respon tubuh seseorang terhadap penyakit sangat bergantung pada adanya penyakit DM dalam tubuh seseorang sehingga setiap penderita diabetes melitus berbeda kejadian komplikasinya (Wulandari,2013).

Penderita DM memiliki resiko yang tinggi dalam kejadian masalah kesehatan lainnya, karena kadar gula yang tinggi secara konsisten bisa memengaruhi penyakit baru yang timbul. Penyakit yang timbul akan memengaruhi organ yang ada ditubuh kita seperti jantung, pembuluh darah, mata, saraf, dan ginjal.penyakit kardiovaskuler, buta, luka anggota badan bagian bawah, dan penyakit gagal ginjal merupakan penyakit yang sebagian

(4)

besar dialami oleh penderita DM (International Diabetes Federation,2014).

Diabetes merupakan penyakit kronis yang memerlukan terapi dan perawatan untuk waktu yang cukup lama dan dapat menimbulkan kebosanan, kejenuhan, bahkan frustrasi pada pasien, oleh karena itu, diperlukan motivasi baik internal maupun eksternal bagi pasien untuk dapat menjalani semua proses terapi dan perawatan diabetes. Motivasi eksternal salah satunya adalah dukungan keluarga (Perkeni, 2013).

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerima keluarga terhadap penderita yang sakit. Dukungan bisa berasal dari orang lain (orang tua, anak, suami, istri, atau saudara) yang dekat dengan subjek dimana bentuk dukungan berupa informasi, tingkah laku tertentu atau materi yang dapat menjadikan individu merasa disayangi, diperhatikan, dan dicintai (Ali, 2009).

Dukungan keluarga memiliki 4 dimensi dukungan yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental dan dukungan informatif (Friedman, 2014).

Dukungan keluarga dapat mempengaruhi kepuasan seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dimana peran keluarga sangat penting dalam setiap aspek perawatan kesehatan keluarga mulai dari strategi-strategi hingga fase rehabilitasi (Friedman,2014).

Wills dalam Firedman yang dikutip oleh Efendy (2005) dalam (Sutini, 2018) menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga (Dukungan keluarga menahan efek-efek negatif dari stress terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (Dukungan keluarga secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan sesungguhnya efek-efek penyangga dan

(5)

kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan keluarga yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas dan lebih mudah sembuh dari sakit (Triyoga, 2014).

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada saat berkunjung ke rumah-rumah warga yang berada di Komplek Sanggar Mas Letari RW 12. Pada tanggal 22 Juni 2021 didapatkan hasil wawancara 5 dari 30 responden yang menjalani pengobatan diabetes melitus mengatakan bahwa efek dukungan keluarga sangatlah berpengaruh semakin baik dukungan keluarga semakin baik juga pengendalian kadar gula darah mereka yaitu dalam hal edukasi, terapi nutrisi, latihan jasmani, serta terapi farmakologis, sebagian pasien mengatakan bahwa mereka merasakan adanya perubahan pada kondisi kesehatan mereka terutama pada kadar gula darah mereka.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis akan melakukan penelitian kepada keluarga yang memiliki penyakit Diabetes Melitus di RW 12 Komplek Sanggar Mas Lestari Desa Tarajusari Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung. Dengan judul penelitian “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang rumusan masalah adalah “Adakah Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus”

?

(6)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Dukungan Keluarga pada pasien diabetes melitus.

b. Mengidentifikasi Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus.

c. Mengidentifikasi Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan memberikan manfaat untuk beberapa pihak, diantara lain :

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ilmiah bagi tenaga keperawatan, demi peningkatan ilmu pengetahuan dan sarana, untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan keluarga yang terkait dengan dukungan keluarga dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus.

2. Praktis

a. Bagi Pasien dan Keluarga

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran pada pasien dan keluarga pasien tentang pentingnya dukungan keluarga untuk mengontrol kadar gula darah.

(7)

b. Bagi Puskesmas

Bagi puskesmas dapat dijadikan gambaran tentang dukungan keluarga pada penderita diabetes melitus sehingga diharapkan puskesmas dapat memotivasi pasien dan keluarga untuk selalu mendukung pengendalian pada penderita DM sehingga kadar gula darah dapat terkontrol.

c. Bagi Peneliti

Menjadi bahan sumber informasi dan referensi bagi peneliti lain atau hendak meneliti lebih lanjut, dalam mengenal hal-hal yang berhubungan dukungan keluarga dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus.

d. Bagi Diploma Tiga Keperawatan

Memberikan masukan terhadap keperawatan keluarga demi meningkatkan ilmu pengetahuan, khususnya keperawatan keluarga.

e. Bagi Institusi

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadikan tambahan informasi dalam proses belajar mengajar mengenai dukungan keluarga dalam kadar gula darah pada pasien diabetes melitus.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas tentang “ Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus”. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juli 2021. Penelitian ini adalah ilmu keperawatan keluarga.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Kata arisan sendiri apabila merujuk kamus umum bahasa Indonesia memiliki arti aktivitas melakukan pengumpulan uang atau barang dengan nilai sama oleh orang- orang

Wawancara dengan responden 5 dilakukan pada tanggal 5 Oktober 2021 Dari hasil wawancara yang dilakukan pada lima Responden tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahwa proses adat setempat