BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata merupakan salah satu indra pada manusia, interpretasi penglihatan yang tepat bergantung pada kemampuan mata memfokuskan berkas cahaya yang datang ke retina.
Kerusakan atau kehilangan fungsi bola mata dapat mengganggu aktivitas. Menurut data WHO, sebanyak 285 juta porang-orang diseluruh dunia mengalami gangguan penglihatan, 39 juta mengalami kebutaan dan 246 juta memiliki penurunan penglihatan (low vision), tajam penglihatan sudah dikatakan low vision dengan visus 6/18. Secara global, penyebab mayor penurunan fungsi penglihatan adalah dikarenakan oleh kelainan refraksi (miopia, hiperopia atau astigmatism) 43%, katarak 33%, dan glaukoma 2%, meskipun demikian, bila dikoreksi dini sekitar 80% gangguan penglihatan dapat dicegah maupun diobati (WHO, 2012).
Miopia sebagai kelainan refraksi yang selalu menduduki urutan teratas dari berbagai kelainan refraksi lainnya. Bila bayangan benda yang terletak jauh difokuskan di depan retina oleh mata yang tidak berakomodasi, mata tersebut mengalami miopia, atau juga dikenal dengan nearsighted. Miopia adalah sinar-sinar yang berjalan sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi dibias didepan retina. Tajam penglihatan selalu kurang dari pada 5/5 (Ilyas S, 2014).
Menurut perhitungan WHO, tanpa ada tindakan pencegahan dan pengobatan terhadap miopia, hal ini mengakibatkan jumlah penderita akan semakin meningkat. Dan berdasarkan laporan Institute of Research diperkirakan pada tahun 2020 penderita miopia akan mencapai 2,5 milyar penduduk ( Mutti DO, 2001 cit Usman S, 2014 ). Miopia merupakan kelainan mata yang paling banyak diseluruh dunia dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan. Di Indonesia, prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama pada penyakit
mata dan ditemukan jumlah penduduk kelainan refraksi di Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa (Saw SM, 2001).
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, di Indonesia terdapat sekitar 1,5% atau 3,6 juta penduduknya mengalami kebutaan. Angka kejadian kebutaan yang disebabkan oleh miopia menduduki urutan pertama sebagai penyebab kebutaan di Indonesia.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa proporsi pengguna kaca mata atau lensa kontak pada penduduk umur di atas 6 tahun di Indonesia adalah sebesar 4,6%; proporsi penurunan tajam penglihatan sebesar 0,9%; proporsi kebutaan sebesar 0,4% (Riskesdas,2013).
Berbagai faktor yang berperan dalam perkembangan miopia telah diidentifikasi melalui beberapa penelitian. Prevalensi miopia 33-60% pada anak dengan kedua orang tua miopia.
Pada anak yang memiliki salah satu orang tua miopia prevalensinya 23-40%, dan hanya 6-15%
anak mengalami miopia yang tidak memiliki orangtua miopia (Goss DA, 2006 cit Fauziyah MM, 2014). Disamping faktor keturunan, faktor lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan miopia pada remaja (Tiharyo I, 2008 cit Fauziyah MM, 2014). Faktor lingkungan yang paling banyak berperan pada miopia adalah kerja jarak dekat seperti membaca. Lama membaca dapat mempengaruhi pertumbuhan aksial bola mata akibat insufisiensi akomodasi pada mata (Legerto JA, 2013).
Semakin majunya teknologi menjadikan seseorang lebih mudah untuk mendapatkan informasi. Tidak hanya dari buku tetapi informasi yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan, dapat juga diperoleh melalui televisi dan internet (Kistianti F, 2008). Semakin meningkatnya remaja yang mengalami gangguan refraksi mata maka penulis ingin mengetahui gambaran faktor-faktor penyebab dan derajat miopia. Berdasarkan uraian diatas, faktor perilaku tidak baik yang dapat mempengaruhi derajat miopia bertambah, maka penulis merasa
tertarik untuk membuat literatur review “Gambaran Faktor-Faktor Penyebab dan Derajat Miopia Pada Remaja ”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan, “Apakah gambaran faktor-faktor penyebab dan derajat miopia Pada Remaja?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran dari faktor-faktor penyebab dan derajat miopia secara umum pada siswa remaja yang mengalami miopia dibatasi berdasarkan faktor genetik, jenis kelamin, usia, durasi bermain video game, perilaku membaca, dan ketaatan pemakaian kacamata pada siswa remaja.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademik
Penelitian ini diharapkan sebagai informasi dan sarana edukasi kesehatan, sehingga diharapkan masyarakat senantiasa meningkatkan kepeduliannya terhadap kesehatan mata
2. Bagi Refraksi Optisi
Digunakan dalam pemberian informasi dan sarana edukasi kesehatan.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian dan meningkatkan keilmuan peneliti mengenai miopia dan faktor yang mempengaruhinya.
E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Masalah
Masalah pokok dalam karya tulis ini adalah mengenai pengetahuan faktor- faktor penyebab dan derajat miopia secara umum pada siswa remaja, dibatasi berdasarkan faktor genetik, jenis kelamin, usia, durasi bermain video game, perilaku membaca, dan ketaatan pemakaian kacamata.
2. Ruang Lingkup Keilmuan
Penelitian ini merupakan bidang keilmuan Refraksi Optisi khususnya Ilmu Fisiologi Penglihatan dan Refraksi Klinik, Ergonomi, IKM (Ilmu Kesehatan Masyarakat) dan Promkes (Promo Kesehatan).
3. Ruang Lingkup Metode
Karya tulis ini merupakan sebuah literatur review yang memiliki tipe Systematic Review (SR) yaitu sebuah literatur review yang mengevaluasi dan merangkum temuan-temuan studi yang relevan, dan menggabungkan beberapa hasil studi yang sesuai untuk memberikan hasil yang lebih dapat diandalkan. Penyusunan karya tulis ini mengambil sumber sekunder, yaitu makalah atau dokumen lain yang merangkum karya asli orang lain berdasarkan pada informasi dari bahan sumber primer.
Yang menjadi sumber acuan adalah 12 jurnal. Metode yang digunakan dalam proses pencarian jurnal terkait yaitu dengan menggunakan metode PICO (Population/Problem;
Intervention; Comparison; Outcome;) dengan mencocokan kata-kata kunci yang diidentifikasi oleh penulis dengan kata-kata kunci yang digunakan selama pencarian di internet..
4. Ruang Lingkup Waktu dan Tempat
Penyusunan literatur review ini dilakukan pada bulan April-Agustus tahun 2020 berdasarkan pada jurnal-jurnal terkait.