1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes adalah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting, menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade terakhir (OMS, 2016).
Diperkirakan terdapat 463 juta orang dengan usia 20-79 tahun di dunia menderita diabetes atau setara dengan 9,3% dari seluruh penduduk di usia yang sama pada tahun 2019. Prevalensi diabetes pada tahun 2019 sebanyak 9% wanita dan 9,6% laki-laki.
Angka diprediksi akan meningkat hingga 578,4 juta di tahun 2030 dan 700,2 juta di tahun 2045 (Diabetes Federation International, 2019). Negara dengan jumlah penderita terbanyak pada tahun 2019 dengan usia 20-79 tahun adalah China, India, Amerika Serikat. Indonesia berada pada peringkat ke 7 dari 10 negara dengan jumlah penderita terbanyak, yaitu sebesar 10,7 juta orang. Wilayah Asia Tenggara dimana Indonesia termasuk didalamnya, menempati peringkat ketiga dengan prevalensi penderita diabetes sebesar 11,3%. (Diabetes Federation International, 2019).
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 tidak dapat disembuhkan, tetapi bisa dikelola dengan mematuhi empat pilar penatalaksanaan DM tipe 2 meliputi pendidikan kesehatan, perencanaan makan atau diet, latihan fisik teratur dan minum obat teratur (Meirani, 2014).
Dalam mematuhi empat pilar penatalaksanaan DM tipe 2 ini, tentunya menjadi stressor berat bagi penderita DM tipe 2 banyak yang gagal untuk
2
mematuhinya. Umumnya penderita mengekspresikan ketidakpatuhan penatalaksanaan ini dengan tidak mengikuti diet, rencana latihan, tidak memeriksakan kadar gula darah, bahkan tidak mengkonsumsi obat secara teratur, karena rasa tertekan dan kesedihan yang mereka alami.
Masalah utama pada Diabetes Melitus tipe 2 adalah kurangnya respon terhadap insulin (resistensi insulin) sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Permeabilitas membran terhadap glukosa meningkat saat otot berkontraksi karena kontraksi otot memiliki sifat seperti insulin. Maka dari itu, pada saat beraktivitas fisik seperti berolahraga, resistensi insulin berkurang. Aktivitas fisik berupa olahraga berguna sebagai kendali gula darah dan penurunan berat badan pada diabetes melitus tipe 2 (Ilyas, 2011).
Latihan fisik merupakan salah satu pilar dalam penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 2 selain intervensi farmakologis (Wardani., Wijayanti &
Ainiyah, 2019). Latihan fisik merupakan salah satu kunci dalam pengelolaan diabetes mellitus tipe 2 terutama sebagai pengontrol gula darah dan memperbaiki faktor risiko kardiovaskuler, seperti menurunkan hiperinsulinemia, meningkatkan sensitifitas insulin, menurunkan lemak tubuh, serta menurunkan tekanan darah (Sari & Purnama, 2019). Salah satu latihan fisik yang dianjurkan adalah senam kaki (Wardani., Wijayanti & Ainiyah, 2019).
Senam kaki tergolong aktivitas olahraga yang ringan, sebab tidak memerlukan banyak tenaga dalam melakukannya, langkah-langkah dalam senam kaki tergolong mudah karena hanya berfokus pada gerakan pada bagian kaki dan lutut. Senam kaki dapat dilakukan kapan saja baik di dalam ruangan atau di luar ruangan serta tidak memerlukan waktu yang lama, hanya sekitar 20-30 menit (Ratnawati., Adyani & Fitroh, 2019). Senam kaki bertujuan memperbaiki sirkulasi darah sehingga nutrisi dan oksigen dapat tersalurkan dengan baik ke jaringan, memperkuat otot-otot kecil, meurunkan kadar gula darah, dan mengatasi keterbatasan gerak sendi yang dialami pasien
3
diabetes mellitus tipe 2. Dengan demikan, senam kaki dapat menjaga kadar gula darah pasien dalam batas normal dan meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2 (Arifianto., Aini & Afifah, 2020).
Berbagai penelitian telah dilakukan berkaitan dengan senam kaki terhadap perubahan yang terjadi pada fisiologis tubuh pasien diabetes mellitus tipe 2. Diantaranya, terdapat pengaruh senam kaki diabetes terhadap perubahan nilai ankle brachial index pada pasien diabetes mellitus tipe 2 sehingga dapat meningkatkan sirkulasi ke daerah kaki (Megawati., Utami &
Jundiah, 2020), penelitian yang dilakukan oleh Arifianto, Aini, dan Afifah (2020) menunjukkan senam kaki diabetes efektif menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulita., Waluyo dan Azzam (2019) terdapat penurunan kadar gula darah setelah dilakukan senam kaki diabetes pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengambil pengaruh pemberian senam kaki diabetik untuk menurunkan kadar gula darah pada diagnosa medis diabetes mellitus.
B. Tujuan 1. Umum
Melakukan pemberian terapi senam kaki diabetik pada Ny.E dengan diabetes melitus di wilayah RW 12 Kelurahan Pasirjati, dengan baik dan benar.
2. Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.E dengan diagnose diabetes melitus dengan baik dan benar.
b. Menyusun diagnosa keperawatan pada Ny.E dengan diagnose diabetes mellitus dengan baik dan benar.
4
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada Ny.E dengan daignosa diabetes mellitus dengan baik dan benar.
d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny.E dengan diagnosa diabetes mellitus dengan baik dan benar.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny.E dengan diagnose diabetes mellitus dengan baik dan benar.
f. Melakukan inovasi senam kaki diabetik.
C. Manfaat
1. Bagi Lansia
Asuhan keperawatan gerontik yang di berikan dapat bermanfaat agar gula darahnya tetap stabil.
2. Bagi Puskesmas
Diharapkan dapat menjadi sumber referensi untuk mengembangkan ilmu dalam bidang keperawatan tentang gangguan sistem metabolisme dengan diabetes mellitus.
3. Bagi Penulis
Penulisan laporan kasus ini juga bermanfaat untuk mengetahui antara teori dan kasus nyata yang terjadi dilapangan sinkron atau tidak, karena dalam teori yang sudah ada tidak selalu sama dengan kasus yang terjadi.
4. Bagi Pendidikan
Studi kasus ini diharapkan dapat menambah literatur perpustakaan dalam bidang keperawatan gerontik.