BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu jenis dari penyakit arbovirus. Arbovirus artinya virus yang ditularkan melalui gigitan artropodia, seperti nyamuk. Nyamuk dapat menghisap darah manusia yang sedang dalam viremi, virus akan berkembang biak dalam tubuh nyamuk tersebut sampai dalam masa inkubasi. Nyamuk dapat menularkan virus melalui gigitannya ke manusia lain. Infeksi arbovirus ini dapat menyebabkan timbulnya penyakit demam berdarah dengue. Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling umum terjadi di masyarakat yang menyebabkan berbagai masalah kesehatan (Frida. N 2019)
DBD banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Di Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia. (kemenkes2021).
Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis memiliki curah hujan dan kelembapan yang tinggi yang menjadi salah satu penyebab berkembangnya suatu penyakit dan sering terjadi kejadian luar biasa (KLB), salah satu kejadian luar biasa tersebut yaitu demam berdarah dengue (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019). Kasus DBD dari tahun ke tahun semakin meningkat tersebar di 472 kabupaten/kota di 34 Provinsi.
Kematian Akibat DBD terjadi di 219 kabupaten/kota. sepanjang 2021 lalu, kumulatif kasus DBD di Indonesia mencapai 72.396 kasus, dengan kasus kematian sebesar 694 orang. Berdasarkan data yang ada di Dinas Kesehatan Jawa Barat, jumlah total kasus DBD 2021 di Jabar sebanyak 21.857 dengan total kematian 203 kasus. Kota Bandung penderita DBD yakni, mencapai 3.743 kasus dan 13 kasus kematian. Dan Kota Tasikmalaya 870 kasus DBD dan 21 kasus kematian.(Dinkes 2021).
Peningkatan kasus DBD terus terjadi terutama saat musim hujan, Kementerian Kesehatan mencatat di tahun 2022 Jumlah kumulatif kasus Dengue di Indonesia sampai dengan bulan Mei dilaporkan 45.387 kasus.
Sementara jumlah kematian akibat DBD mencapai 432 kasus. (Kemenkes 2022). Adapun pada Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Tasikmalaya terus mengalami penambahan. Berdasarkan data per 18 Maret, terdapat 494 kasus DBD dan 11 orang dilaporkan meninggal dunia sejak Januari 2022. Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di wilayah kerja puskesmas kahuripan tercatat 87 orang terdiri dari laki-laki 37 orang,
perempuan 50 orang dan 1 orang perempuan diantaranya meninggal dunia.
(Dinkes 2022).
Meningkatnya kasus DBD serta bertambah luasnya wilayah yang terjangkit penyakit dari waktu ke waktu, antara lain disebabkan semakin majunya sarana transportasi masyarakat, kian padatnya penduduk, kurangnya kepedulian masyarakat terhadap usaha-usaha kebersihan tempat tinggal dan lingkungan, terdapat nyamuk Aedes Aegypti sebagai penyebaran (vektor) utama penyakit DBD (Genis, 2016). Perkembangbiakkan nyamuk dimulai dari telur yang akan menjadi larva dalam 1 sampai 2 hari dan menjadi pupa dalam 5 sampai 7 hari dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa dalam 1 sampai 2 hari. Nyamuk Aedes aegypti diketahui memiliki kebiasaan berkembang biak pada tempat penampungan air yang tidak bersentuhan langsung dengan tanah, seperti bak mandi, drum, gentong, ember, oleh karena itu, program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melakukan 4M (Mengubur, Menguras, Menutup dan Memantau). sangat penting untuk diketahui dan dikerjakan oleh masyarakat guna mencegah perkembangbiakkan nyamuk Aedes aegypti (Kemenkes, 2018).
Pengetahuan dan perilaku adalah hal yang dimiliki oleh masyarakat, sehingga pada dasarnya masyarakatlah yang memiliki peranan yang paling besar untuk mengurangi kasus Demam Berdarah. Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan. Dari sudut pandang biologis semua mahluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka
mempunyai aktivitas masing-masing, sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. (Ijun Rijwan Susanto 2022).
Berdasarkan penelitian terdahulu Menurut penelitian Helper Sahat Parulian Manalu, Amrul Munif1 (2016) kurangnya tingkat pengetahuan responden tentang DBD dapat menyebabkan peningkatan keberadaan jentik Aedes aegypti sehingga terjadi peningkatan angka kesakitan akibat tidak
melakukan pencegahan DBD dengan PSN melalui 3M plus (Menguras, Menutup dan Mengubur) serta kegiatan lainnya yang dapat mencegah nyamuk Aedes aegypti berkembangbiak. Hasil penelitian menurut Ika Yuniar Herminungrum, Arina Maliya (2011) mengenai tingkat pengetahuan menunjukkan sebagian besar memiliki pengetahuan buruk yaitu sebanyak 35 orang dari 89 orang (39,3%). Tingkat pengetahuan responden tersebut terjadi karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan baik secara internal maupun eksternal responden. Hasil penelitian menurut Hijroh Dkk (2017) Perilaku masyarakat dalam penelitian ini, banyak faktor yang mempengaruhi individu untuk melakukan suatu tindakan sesuai dengan pengetahuan dan sikap yang dimilikinya. Faktor kebiasaan hidup sehari-hari, menggantung pakaian faktor tidak adanya dukungan dari suami dan anak-anak dan faktor tidak atau kurangnya sarana dan fasilitas yang mendukung terjadinya perilaku kesehatan, merupakan suatu hal yang
menyebabkan tidak teraplikasinya pengetahuan dan sikap yang sudah positif ke dalam bentuk tindakan yang positif.
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan petugas kesehatan di puskesmas kahuripan, mereka mengatakan upaya yang telah dilakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit DBD dan cara pencegahan nyamuk Aedes aegypti dengan PSN 4M Plus telah dilakukan untuk mengubah perilaku masyarakat agar sesuai dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), tetapi dalam kegiatan sehari-hari masyarakat belum melakukan pemberantas sarang nyamuk secara rutin. Upaya masyarakat untuk turut memberantas penyakit DBD belum seperti yang diharapkan.
Terbukti dengan masih terdapat pendapat di masyarakat bahwa seseorang menderita penyakit disebabkan kondisi tubuhnya lemah dan bila terdapat penderita DBD disekitarnya, Sehingga pengetahuan dan perilaku masyarakat tidak mendukung sepenuhnya melakukan pencegahan.
Berdasarkan latar belakang di atas serta data dan informasi yang di dapat semakin tinggi kasus DBD di kota Tasikmalaya Khususnya di RW 08 angka terjangkitnya kasus DBD lebih tinggi diantara RW yang lain, dan terdapat data yang meninggal dunia. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di RW 08 Kelurahan Kahuripan Wilayah Kerja Puskesmas Kahirupan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang, Penulis merumuskan masalah dalam penelitian yaitu “Apakah ada Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di RW 08 Kelurahan Kahuripan Wilayah Kerja Puskesmas Kahuripan?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di RW 08 Wilayah Kerja Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya
2. Tujuan Khusus
a. Menegtahui karakteristik masyarakat di RW 08 Kelurahan Kahuripan Wilayah kerja Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya.
b. Mengetahui pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD di RW 08 Kelurahan Kahuripan Wilayah kerja Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya.
c. Mengetahui perilaku masyarakat tentang pencegahan DBD di RW 08 Kelurahan Kahuripan Wilayah kerja Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya.
d. Mengetahui Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di RW 08
Kelurahan Kahuripan Wilayah Kerja Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya.
D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan konsep teori khususnya tentang Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue.
b. Manfaat Praktis 1) Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian berguna untuk menambah wawasan serta pengalaman bagi peneliti terhadap masalah Kesehatan di masyarakat terutama tentang DBD
2) Bagi Masyarakat
Diharapkan hasil penelitian ini masyarakat bertambah pengetahuan dan perilaku baik dalam Kesehatan dalam upaya pencegahan DBD sehingga mampu mengurangi risiko bahkan mencegah terjainya DBD.
3) Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini di harapkan memberikan informasi terhadap pengetahuan dan perilaku pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas Kahuripan sehingga masyarakat dapat mengupayakan pencegehan dan mengurangi kasus DBD.
4) Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai bahan referensi atau bahan bacaan di perpustakaan untuk mahasiswa/i khususnya yang berkaitan dengan Pengetahuan dan Perilaku Terhadap Pencegahan Demam Berdarah Dengue.
E. Ruang Lingkup Penelitian
a. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini akan dilaksankan pada bulan Juli.
b. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di RW 08 Kelurahan Karhuripam Wilayah kerja Puskesmas Kahuripan Kota Tasikamalaya
c. Ruang Lingkup Materi
Materi yang akan diteliti yaitu Hubungan Pengetahuan dengan Perliaku Masyarakat Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD).