• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

Efisiensi angkutan perkotaan merupakan kemampuan atau potensi angkutan perkotaan dalam melayani kebutuhan pergerakan orang di suatu wilayah (Fajarini, 2018). Efisiensi angkutan perkotaan diukur dari hasil kerja sistem transportasi dalam memberikan pelayanan kepada penumpang (Ahtin, 2017). Menurut Word Bank (1987) dalam Fajarina (2018), kinerja transportasi perkotaan dapat diukur berdasarkan indikator kinerja operasional dan kinerja pelayanan.

Pengukuran indikator kinerja pelayanan transportasi perkotaan dapat dilakukan dengan melihat persepsi penumpang (Said, 2017). Maka berdasarkan penjelasan tersebut, maka dalam penelitian ini evaluasi kinerja angkutan kota Samarinda difokuskan pada pengukuran kinerja pelayanan secara kualitatif dan kinerja operasional secara kuantitatif pada angkutan kota Samarinda. Pengukuran kinerja angkutan kota menggunakan beberapa parameter yang digunakan sebagai pengukuran kinerja angkutan kota.

Indikator kinerja transportasi perkotaan merupakan tolok ukur yang digunakan untuk mengukur kinerja transportasi perkotaan yang ada (Rauf, 2013). Dalam penelitian ini, indikator kinerja transportasi perkotaan dibagi menjadi indikator kinerja pelayanan dan indikator kinerja operasional transportasi perkotaan. Berdasarkan hal tersebut dapat diperoleh variabel-variabel yang dapat digunakan untuk mengetahui kinerja pelayanan transportasi perkotaan di Samarinda.

Berdasarkan sintesis teoritis indikator kinerja pelayanan angkutan kota yang telah dijelaskan di atas, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan dan keteraturan sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 98 Tahun 2013 dan didukung oleh pendapat teoritis Buamona (2017) dan Said (2017).

Tabel 2. 1 Sintesa Pustaka Preferensi Pemilihan Moda  Angkutan
Tabel 2. 1 Sintesa Pustaka Preferensi Pemilihan Moda Angkutan

Indikator Kinerja Operasional Angkutan Kota

Variabel yang tidak digunakan dalam penelitian ini adalah variabel kesetaraan, karena variabel ini berlaku khusus pada angkutan perkotaan dengan jenis bus sedang dan besar, sedangkan jenis angkutan yang digunakan dalam penelitian ini berupa mobil penumpang umum yang berukuran lebih kecil dan kapasitas. 27 2) Load factor, merupakan perbandingan antara kapasitas kursi yang terjual dengan kapasitas yang tersedia untuk suatu unit perjalanan, yang dinyatakan dalam persentase. Menurut Abubakar (1998) dalam Supriyatno dan Widayanti (2015), kinerja angkutan umum dapat dilihat melalui berbagai faktor yang dapat diukur, yaitu: . 1) Faktor beban.

Faktor daya dukung merupakan perbandingan antara jumlah penumpang yang diangkut dengan jumlah kursi dalam kendaraan. Kecepatan adalah kecepatan pergerakan lalu lintas atau kendaraan tertentu, sering kali dinyatakan dalam kilometer per jam. Waktu antara (maju) adalah selang waktu antara saat bagian depan kendaraan melewati suatu titik dan saat bagian depan kendaraan berikutnya melewati titik yang sama.

Berdasarkan kajian teori sebelumnya mengenai indikator kinerja operasional angkutan kota Samarinda, diperoleh variabel-variabel yang dapat digunakan untuk mengetahui kinerja operasional angkutan kota Samarinda. Berdasarkan sintesis teoritis indikator kinerja operasional angkutan perkotaan yang telah dijelaskan di atas, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini difokuskan pada beberapa variabel berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat nomor 687/AJ.206 Tahun 2002 dan didukung oleh teori. Yuliana (2014) dan Supriyatno dan Widayanti (2015) yang meliputi variabel load factor, kecepatan perjalanan, headway time, dan waktu tunggu penumpang. Variabel ini menjadi fokus penelitian karena sesuai dengan kebutuhan peneliti yang ingin mengevaluasi kinerja operasional angkutan kota berdasarkan persepsi pengguna angkutan kota rute B.

Kebijakan Angkutan Kota

Variabel ini menjadi fokus penelitian karena sejalan dengan kebutuhan peneliti yang akan mengevaluasi kinerja operasional angkutan perkotaan berdasarkan persepsi pengguna angkutan perkotaan pada jalur B.29 1) Politik adalah praktik sosial, politik bukan suatu peristiwa tunggal atau terisolasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebijakan transportasi perkotaan merupakan serangkaian rencana program, kegiatan, tindakan, keputusan dan sikap yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu sebagai upaya penyelesaian permasalahan. Dalam penelitian ini kebijakan yang dimaksud adalah kebijakan terkait transportasi perkotaan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Samarinda dan kebijakan yang dilaksanakan untuk kepentingan nasional oleh Direktorat Jenderal dan Menteri Perhubungan Darat Republik Indonesia.

Kebijakan lalu lintas perkotaan yang ada di Kota Samarinda berupa Peraturan Daerah Kota Samarinda No. 7 Tahun 2001 tentang Izin Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Bermotor Di Wilayah Kota Samarinda dan Keputusan Walikota Samarinda Kota Samarinda No. HK-KS/XI/2014 tentang Penyesuaian Pedoman Tarif Umum Lalu Lintas Jalan Dalam Wilayah Kota Samarinda. Tarif Angkutan Kota Samarinda Rute B: .. c) Terminal Lempake ke Terminal Sei Kunjang 7700 Rupee.. d) Pelajar dan Pelajar Berseragam: 3000 Rupee. Dari tabel diatas terlihat bahwa dalam peraturan daerah kota Samarinda terdapat pasal yang membahas tentang penyelenggaraan angkutan kota yang harus dipenuhi oleh setiap penyelenggara dan pengemudi angkutan kota Samarinda, yaitu tentang penyelenggaraan pelayanan angkutan umum Kota Samarinda, Pasal 21 yang terdiri dari 4 (empat) poin yang harus diperhatikan dalam penyediaan angkutan kota Samarinda.

Sementara itu, Surat Keputusan Wali Kota Samarinda membahas mengenai tarif yang dikenakan kepada masyarakat yang menggunakan angkutan kota Samarinda jalur B. Kemudian, Kebijakan Nasional Pengukuran Kinerja Angkutan Perkotaan antara lain Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 98 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum, pada trayek dan Keputusan Menteri. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor 687/AJ.206 Tahun 2002 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Umum Penumpang Di Daerah. Peralatan keselamatan dalam situasi darurat harus ditempatkan di tempat yang mudah dijangkau dan harus dilengkapi dengan informasi penggunaan dalam bentuk stiker, termasuk paling sedikit.

Fasilitas kesehatan yang digunakan untuk penanganan darurat kecelakaan minimal 1 kotak Kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Informasi dalam keadaan darurat berupa stiker dengan nomor telepon dan/atau SMS pengaduan ditampilkan minimal. Kenyamanan Kebersihan Setidaknya terdapat 2 (dua) tempat sampah yang terletak di kabin bagian depan dan belakang.

Namun pada penelitian ini dengan melihat kondisi angkutan kota secara umum, pengukuran sirkulasi udara dilihat dari kondisi jendela angkutan yang berfungsi dengan baik sehingga sirkulasi udara di dalam angkutan tetap terjaga. Minimal 2 (dua) stiker dipasang di bagian depan dan belakang kompartemen penumpang. Kemajuan - Waktu minimal pengangkutan adalah 15 menit Waktu Tunggu - Rata-rata waktu tunggu penumpang adalah 5-10 menit. *) Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 98 Tahun 2013 dan Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor 687/AJ.206 Tahun 2002.

37 Dari tabel di atas terlihat bahwa Peraturan Menteri Perhubungan Indonesia No. 98 Tahun 2013 dan Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat No. 687/AJ.206 Tahun 2002 membahas tentang standar dan indikator kinerja angkutan kota yang harus dipenuhi oleh setiap penyelenggara dan pengemudi angkutan kota Samarinda, yaitu yang berkaitan dengan penyediaan dan penyelenggaraan angkutan penumpang umum di perkotaan pada trayek tetap dan teratur. Dalam penelitian ini, sikap Pemerintah Kota Samarinda, Direktorat Jenderal dan Menteri Perhubungan Darat Republik Indonesia terhadap angkutan umum akan menjadi dasar penentuan rekomendasi peningkatan kinerja angkutan kota Samarinda.

Tabel 2. 4 Isi Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 7 Tahun 2001
Tabel 2. 4 Isi Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 7 Tahun 2001

Penelitian Terdahulu

Keselamatan (identitas kendaraan, identitas awak kendaraan, penerangan, kaca) 2. Keselamatan (prosedur pengoperasian kendaraan, pelatihan, peralatan keselamatan, fasilitas medis, informasi tanggap darurat) 3. Kenyamanan (kapasitas muatan, alat pengatur suhu ruangan, alat kebersihan) 4. Kesetaraan (sikap peduli). 2. Dalam penelitian yang akan dilakukan ada beberapa variabel yang tidak digunakan dan metode analisis yang digunakan berbeda. 2. Dalam penelitian yang akan dilakukan akan digunakan beberapa variabel yang berbeda dan metode analisis yang digunakan juga berbeda.

1. Dalam penelitian yang akan dilakukan tidak hanya analisis faktor-faktor pemilihan moda transportasi, tetapi juga evaluasi efisiensi transportasi dan desainnya. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan karena lebih fokus pada sistem.

Tabel 2. 6 Teori Penelitian Terdahulu
Tabel 2. 6 Teori Penelitian Terdahulu

Gambar

Tabel 2. 1 Sintesa Pustaka Preferensi Pemilihan Moda  Angkutan
Tabel 2. 2 Sintesa Teori variabel Kinerja Pelayanan Angkutan Kota
Tabel 2. 3 Sintesa Pustaka Indikator Kinerja Operasional Angkutan Kota
Tabel 2. 4 Isi Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 7 Tahun 2001
+3

Referensi