• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI Film

N/A
N/A
depri handayani

Academic year: 2024

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI Film"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Film

2.1.1 Pengertian Film

Kehadiran film sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi, pendidikan dan hiburan adalah salah satu media visual auditif yang mempunyai jangkauan yang sangat luas, mengingat sifatnya yangterbuka, cakupan pemirsanya yang tidak mengenal usia dan meliputiseluruh lapisan mesyarakat mulai dari anak-anak, remaja, hingga orangdewasa. Luas jangkauan siaran dan cakupan pemirsa bukan saja menjadikan film sebagai film sebagai media alat untuk mempengaruhi (to influence) terhadap perkembangan pengetahuan dan tingkat penyerapan pesan-pesan yang disampaikan melalui media ini jauh lebih intensif jika dibandingkandengan media komunikasi lain. Film dapat dikatakan sebagai suatu penemuan teknologi modern paling spektakuler yang melahirkan berbagai kemungkinan. Menurut Himawan (2008:2) bahasa film adalah bahasa suara dan bahasa gambar. Film memiliki unsur penting di dalamnya untuk membentuk film lebih sistematis dan rinci.

2.1.2 Unsur Film

Unsur-unsur yang ada di dalam film adalah sebagai berikut;

1. Penulis Skenario

Penulis skenario adalah orang yang membuat skrip naskah film, secara mendetail sehingga semua unsur yang terlibat dalam pembuatan film bisa menerjemahkan tugas-tugasnya dengan optimal.

Karena dalam skenario harus rinci dan jelas segala bentuk lakuan- lakuan yang harus dilakukan oleh aktor/aktris.

2. Sutradara

(2)

Sutradara berperan sebagai pemegang pimpinan dalam pembutan film dari awal hingga akhir. Sutradara bertanggung jawab atas pengarahan selruh proses pembuatan film.

3. Aktor/aktris

Aktor/aktris merupakan pemain dalam sebuah film beserta selruh lakuan/aktingnya.

4. Juru kamera

Tugas dari juru kamera adalah mengambil gambar dalam proses pembuatan film. Gambar diambil tentunya atas dasar skenario dan arahan dari stradara yang merupakan pemimpin dalam dalam proses pembuatan film.

5. Penyuntingan (editing)

Editing adalah proses penyusunan gambar-gambar film yang dilakukan oleh seorang editor. proses editing dilakukan setelah selruh proses pengambilan gambar/film selesai dari awal hingga akhir.

6. Penata artistik

Penata artistik terdiri atas penata suara, busana, rias dan setting.

Tentu saja penata artistik juga harus dapat mengaktualisasikan apa yang diinginkan oleh tuntutan skenario.

7. Produser

Produser merupakan orang yang membiayai seluruh pembuatan film sampai dengan promosi dan pemasarannya.

(3)

2.1.3 Angle Camera

Camera angle atau sudut penempatan kamera juga memegang peranan yang sangat penting pada sinematografi. Bagaimanapun juga sebuah film dibentuk oleh beberapa banyak shot yang membutuhkan penempatan kamera di tempat yang terbaik bagi penonton untuk mengikuti cerita dalam film. Penempatan angle yang baik tentu saja bisa memperkuat dramatik sebuah film karena angle kamera ini adalah mata penonton melihat informasi visual dan juga bisa berarti seberapa besar area yang kita gunakan dalam sebuah shot. Penempatan sudut kamera akan memposisikan penonton lebih dekat dengan action yang ada dalam film, misalnya dengan teknik close up dan lain sebagainya. Penempatan sudut kamera ini sangat dipengaruhi beberapa faktor di antaranya analisa pada skenario, penggunaan jenis lensa dan sebagainya. Beberapa Jenis angle kamera adalah sebagai berikut:

1. Close Up

Shot yang menampilkan dari batas bahu sampai atas kepala.

2. Medium Close Up

Shot yang menampilkan sebatas dada sampai atas kepala.

3. Big Close Up

Shot yang menampilkan bagian tubuh atau benda tertentu sehingga tampak besar. Misal : wajah manusia sebatas dagu sampai dahi.

4. Extreme Close Up

Shot yang menampilkan detail obyek. Misalnya mata, hidung, atau telinga.

(4)

5. Medium Shot

Shot yang menampilkan sebatas pinggang sampai atas kepala.

6. Total Shot

Shot yang menampilkan keseluruhan obyek.

7. Establish Shot

Shot yang menampilkan keseluruhan pemandangan atau suatu tempat untuk memberi orientasi tempat di mana peristiwa atau adegan itu terjadi.

8. One Shoot

Pengambilan gambar satu objek. Fuungsinya memperlihatkan seseorang atau benda dalam frame.

9 Two Shoot

Pengambilan gambar dua objek. Fungsinya untuk memperlihatkan adegan 2 orang yang sedang berkomunikasi.

10. Three Shoot

Pengambilan gambar 3 objek untuk memperlihatkan 3 orang yang sedang mengobrol.

11. Over Shoulder Shot

Pengambilan gambar di mana kamera berada di belakang bahu salah satu pelaku, dan bahu si pelaku tampak atau kelihatan dalam frame.

Obyek utama tampak menghadap kamera dengan latar depan bahu lawan main.

(5)

2.1.4 Sudut Pengambilan Gambar a. High Angle (Bird eye view)

Posisi kamera lebih tinggi dari obyek yang diambil.

b. Normal Angle

Posisi kamera sejajar dengan ketinggian mata obyek yang diambil.

c. Low Angle (Frog eye view)

Posisi kamera lebih rendah dari obyek yang diambil.

d. Obyektive Camera

Tehnik pengambilan di mana kamera menyajikan sesuai dengan kenyataannya.

e. Subyektive Camera

Tehnik pengambilan di mana kamera berusaha melibatkan penonton dalam peristiwa. Seolah-olah lensa kamera sebagai mata si penonton atau salah satu pelaku dalam adegan.

2.1.5 Gerakan Kamera a. Panning

Panning adalah gerakan kamera secara horizontal (posisi kamera tetap di tempat) dari kiri ke kanan atau sebaliknya.

b. Pan right

Gerak kamera mendatar dari kiri ke kanan

(6)

c. Pan left

gerak kamera mendatar dari kanan ke kiri.

d. Tilting

Tilting adalah gerakan kamera secara vertikal (posisi kamera tetap di tempat) dari atas ke bawah atau sebaliknya.

e. Tilt up

gerak kamera secara vertikal dari bawah ke atas.

f. Tilt down : gerak kamera secara vertikal dari atas ke bawah.

g. Tracking

Track adalah gerakan kamera mendekati atau menjauhi obyek.

h. Track in

Gerak kamera mendekati obyek i. Track out

Gerak kamera menjauhi obyek.

2.2 Film Dokumenter

Film yang mendokumentasikan cerita nyata, dilakukan pada lokasi yang sesungguhnya. Juga sebuah gaya dalam memfilmkan dengan efek realitas yang diciptakan dengan cara penggunaan kamera, suara, dan lokasi.

Selain mengandung fakta, film dokumenter juga mengandung subjektivitas pembuatnya, yakni sikap atau opini pribadi terhadap suatu peristiwa. Karena itu, film dokumenter bisa menjadi wahana untuk mengungkapkan realitas dan menstimulasi perubahan.

Kekhasan film dokumenter adalah posisinya yang mengkombinasikan dua hal: sains dan seni. Dengan kata lain, film dokumenter adalah “fakta yang disusun secara artistik”, mengungkapkan berbagai kondisi dan masalah manusia. Hasilnya kadang terasa kontroversial, karena kebanyakan yang diungkap adalah masalah-masalah yang tak terpecahkan. Film dokumenter

(7)

adalah ekspresi perjuangan manusia untuk memahami dan memperbaiki diri sendiri. Tahap-tahap pembuatan film dokumenter menurut Chandra Tansil (Chandra, 2010:5), tahap pembuatan film dokumenter dibagi menjadi enam bagian;

1. Membangun Gagasan 2. Riset

3. Menyusun Alur Cerita 4. Menyusun Desain Produksi 5. Syuting

6. Penyuntingan gambar dan suara di meja editing 2.2.1 Keunggulan Film Dokumenter

Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa film dokumenter merupakan rekaman atas realitas atau kenyataan dan untuk mendukungnya ternyata diperlukan 5 (lima) persyaratan yang harus dipenuhi agar film tersebut dapat digolongkan ke dalam jenis film dokumenter, yaitu :

1. Film harus menceritakan kisah nyata yang tidak didramatisir.

2. Menghadirkan bukti yang nyata.

3. Tidak merekayasa kebenaran.

4. Objektif.

5. Semaksimal mungkin menunjukkan bukti nyata dalam konteks riilnya

Kelima persyaratan agar film dapat digolongkan kedalam jenis film dokumenter tersebut dapat pula dijadikan sebagai kelebihan dari film dokumenter. Selain kelebihan-kelebihan tersebut film dokumenter masih memiliki beberapa kelebihan antara lain mampu mengajak penonton untuk mendapatkan pengalaman pribadi secara langsung dari apa yang disampaikan dalam film tersebut serta dapat menambah pengetahuan. Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun film dokumenter tetap tidak pernah lepas

(8)

dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu.

2.3 Pemahaman Film

Secara harfiah, film (sinema) adalah cinematographie yang berasal dari kata cinema (gerak), tho atau phytos (cahaya), dan graphie atau grhap(tulisan, gambar, citra). Jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar dapat melukis gerak dengan cahaya, harus menggunakan alat khusus, yang biasa disebut kamera.

Pada umumnya film dokumenter berdurasi panjang, diputar di bioskop, atau pada festival. Film dokumenter lebih bebas menggunakan semua tipe shot, sedangkan umumnya dokumenter televisi berdurasi pendek, dan terbatas menggunakan tipe shot seperti close up dan medium shot. Hal ini karena adanya penyesuaian pada perbedaan besar layar bioskop dengan layar kaca televisi.

Film dokumenter merupakan film nonfiksi yang dibedakan dengan film cerita fiksi. Ada empat kriteria yang menerangkan bahwa dokumenter adalah film nonfiksi, yaitu:

1. Setiap adegan dalam film dokumenter merupakan rekaman kejadian sebenarnya, tanpa interpretasi imajinatif seperti halnya dalam film fiksi.

Apabila film fiksi latarbelakang (setting) adegan dirancang, pada dokumenter latar belakang harus spontan otentik dengan situasi dan kondisi asli (apa adanya).

2. Yang dituturkan dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa nyata (realita), sedangkan pada film fiksi isi cerita berdasarkan karangan (imajinatif). Bila dokumenter memiliki interpretasi kreatif, maka dalam film fiksi adalah interpretasi imajinatif.

3. Sebagai sebuah film nonfiksi, sutradara melakukan observasi pada suatu peristiwa nyata, lalu melakukan perekaman gambar sesuai apa adanya.

4. Apabila struktur cerita pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot, dalam dokumenter konsentrasinya lebih pada isi dan pemaparan.

Referensi

Dokumen terkait

Membuat film dokumenter sejak di awal telah diseting akan disajikan untuk apa dan siapakah audiensinya. Ada film dokumenter yang bertujuan untuk propaganda, memberi manfaat ilmu

Misalnya, penonton sering menyaksikan dokumenter yang dipandu oleh suara ( voice over ) seorang penutur cerita (narator), wawancara dari para pakar, saksi-mata atas

Menurut Drezner (2002), konsumen tidak bereaksi terhadap realitas melainkan terhadap apa yang mereka anggap sebagai realitas, sehingga citra merek dilihat sebagai

Melalui penjelasan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu, film documenter merepresentasikan kenyataan, yaitu menyajikan fakta yang ada dalam kehidupan (Andi, 2012:317).. John

a) Setiap adegan dalam film dokumenter merupakan rekaman dari kejadian nyata, tidak seperti film fiksi yang menggunakan interpretasi imajinatif. Latar pada

1) Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model. 2) Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film

Animasi 2D, jenis animasi yang lebih dikenal dengan film kartun pembuatannya menggunakan teknik animasi hand draw atau animasi sel, penggambaran langsung pada

nd Edition ” (2010, 2), Game adalah salah satu jenis aktifitas bermain, yang didalamnya dilakukan dalam konteks berpura-pura namun terlihat seperti realitas, yang