• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERJA SAMA SUSTAINABLE ISLAND INITIATIVE PROVINSI NTB DAN BORNHOLM

N/A
N/A
muhamad sarjan

Academic year: 2023

Membagikan "KERJA SAMA SUSTAINABLE ISLAND INITIATIVE PROVINSI NTB DAN BORNHOLM"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

51 BAB II

KERJA SAMA SUSTAINABLE ISLAND INITIATIVE PROVINSI NTB DAN BORNHOLM

2.1. Latar Belakang Kerjasama SII

Indonesia merupakan negara terpadat keempat di dunia, dengan jumlah penduduk 250 juta jiwa, tersebar di 900 pulau berpenduduk. Ini juga memiliki ekonomi yang tumbuh cepat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 5,46% antara 2010 dan 2018.45 Potensi pembangkitan limbah menjadi energi (WtE) Indonesia jauh lebih besar dari kapasitasnya saat ini. Teknologi WtE menghadirkan peluang untuk mengurangi konsekuensi negatif lingkungan dari penimbunan sampah serta sarana untuk menghasilkan energi terbarukan. Beberapa teknologi WtE ada dan dapat menjadi pilihan komersial untuk menghasilkan listrik. Memperkenalkan fasilitas WtE ke Indonesia berpotensi mengurangi volume sampah, sehingga mengurangi permintaan lahan untuk tempat pembuangan akhir, pengurangan eksternalitas lingkungan dan sosial yang dikaitkan dengan pembuangan sampah serta sumber produksi energi terbarukan. Untuk melihat bauran energi Indonesia dapat dilihat dengan diagram di bawah ini:

45 Ilmu pengetahuan umum, Profil negara Indonesia, diakses dalam https://ilmupengetahuanumum.com/profil-negara-indonesia/, (05/11/2022. 12.00 WIB)

(2)

52

Gambar 2.1. Perkembangan Bauran Energi Primer Nasional 2015-2019 Sumber : Koaksi Indonesia

Pada diagram diatas bisa kita lihat bahwa bauran energi Indonesia sebagian besar terdiri dari minyak (38,87%) , batu bara (32,91%), gas bumi (19,67%) dan sebagian kecil sumber energi terbarukan (8,55%).46 Indonesia memiliki sumber daya batubara yang melimpah dan negara ini merupakan produsen batubara terbesar ke-4 di dunia.47 Produksi minyak Indonesia telah menurun dalam beberapa tahun terakhir yang menyebabkan ketergantungan pada impor minyak mentah dan produk minyak. Sebagaimana dinyatakan dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN), energi terbarukan harus mencapai 23% dari bauran energi primer pada tahun 2025 dan emisi GRK harus dikurangi sebesar 29% pada tahun 2030. Oleh karena itu, SII sendiri merupakan lanjutan kerjasama yang terbentuk dari adanya peralihan kerjasama antara Indonesia dan Denmark sebagai salah satu solusi yang diberikan pemerintah Indonesia dalam menangani masalah energi dan lingkungan yang ada

46 Kompas, daftar 10 negara penghasil batu bara terbesar di dunia ri urutan berapa?, diakses dalam https://money.kompas.com/read/2020/07/20/184132126/daftar-10-negara-penghasil-batu-bara- terbesar-dunia-ri-urutan-berapa?page=all. (05/11/2022. 12.00 WIB)

47 Koaksi Indonesia, Perkembangan Kebijakan Energi dan Kedudukan Energi Terbarukan di Indonesia Saat Ini, diakses dalam https://coaction.id/perkembangan-kebijakan-energi-dan- kedudukan-energi-terbarukan-di-indonesia-saat-ini/. (05/11/2022. 12.00 WIB)

(3)

53

di Indonesia. Kerjasama ini merupakan inisiatif tambahan sebagai bagian dari KSS yang berfokus terhadap sektor lingkungan dan energi yang ada di Indonesia. yang dilimpahkan ke dua wilayah yakni Lombok dan Kepulauan Riau. Lombok dipilih merupakan salah satu wilayah yang berada dibawah naungan pemerintah Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan kemauan besar dalam meningkatkan potensi energi yang ada di NTB. Provinsi ini dipegang dan dikelola langsung oleh ibukota provinsi Mataram yang berada di wilayah Lombok Barat. Secara administratif, provinsi NTB di bagi kedalam empat kabupaten dan satu kota madya. SII akan menggunakan ekonomi sirkular, hierarki limbah, dan trilemma energi untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi opsi solusi WtE di Lombok dan pulau kedua, yang akan diidentifikasi, bekerja sama dengan mitra regional dan lokal.

2.1.1. Kondisi Limbah Lombok

Dari sektor pengelolaan sampah yang ada di wilayah NTB tidak menjadi perhatian utama dan priotas dari kerjasama ini jika dibandingkan dengan beberapa sektor lain seperti air, energi jalan dan beberapa infrastruktur lainnya. Sehingga, alokasi biaya publik terhadap pengelolaan sampah berada di bawah sektor lainnya, serta kebijakan-kebijakan pembiayaan di sektor lainnya secara keseluruhan masih mengalami hambatan sehingga tidak mengelami peningkatan secara signifikan. Hal ini didasari oleh kurangnya pemahaman serta kesadaran masyarakat umum terkait sampah baik dari segi pemilahan, pengelolaan, serta beberapa hal-hal lainnya sehingga sampah masih menjadi salah satu hal yang tidak terlalu diperhatikan oleh masyarakat luas. Hal ini menjadi salah satu fokus pemerintah daerah untuk dapat bekerjasama dengan masyarakat umum dalam rangka merubah sikap dari perilaku

(4)

54

serta pola pikir masyarakat agar mengetahui serta benar dan mulai menjadikan sampah sebagai masalah yang penting dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Survei singkat pemerintah menunjukkan bahwa 3 (tiga) dari 4 (empat) orang berpendapat bahwa sampah adalah yang masalah yang penting. Selain itu, kesediaan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam layanan pengelolaan sampah juga tidak setinggi pelayanan bidang lainnya seperti listrik dan air. Seperti halnya dalam membayar iuran sampah ataupun membayar biaya bulanan untuk para petugas kebersihan yang banyak dianggap oleh masyarakat sebagai hal yang tidak penting. Selama beberapa dekade terakhir, perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan limbah telah menjadi tanggung jawab yang dipegang langsung oleh otoritas lokal yang sebagian besar juga terjadi di negara lain. Walaupun dengan ambisi yang besar untuk mencapai target pengurangan serta penanganan limbah yang sebelumnya telah diperkenalkan, akan tetapi masih banyak otoritas lokal yang tidak memiliki sumber daya keuangan dan sumber daya manusia yang menyulitkan otoritas lokal untuk mencapai target tersebut.

2.1.2. Kondisi Sampah Lombok

Melihat keadaan dari beberapa tahun belakangan, otoritas lokal telah memegang tanggung jawab dalam melaksanakan dan mengelola limbah yang ada di Lombok yang dimana mengikuti tata cara pengelolaan limbah yang ada di luar negeri. Adanya ambisi dalam mencapai target nasional dalam pengurangan dan penanganan sampah pernah diperkenalkan, akan tetapi karena kekurangan sumberdaya ekonomi dan manusia membuat otoritas lokal tidak mampu mencapai

(5)

55

target tersebut. Lebih jauh, Sektor pengelolaan sampah diibaratkan seperti berada dalam lingkaran setan yang dimana sektor pengelolaan sampah terjebak akibat kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tidak berjalan dengan baik, sehingga masyarakat terkadang enggan untuk membayar iuran sampah yang pada akhirnya membuat pemerintah tidak memiliki biaya yang cukup untuk membangun layanan pengelolaan sampah yang lebih baik.48

Informasi mengenai sampah yang ada di Lombok juga pada umumnya tidak bisa dipercaya sepenuhnya. Seperti beberapa informasi yang berada di Jakstrada yang terkesan tidak akurat yang dimana rencana pengelolaan lingkungan Lombok dan Rencana Pengelolaan sampah Lombok Utara terkesan tidak dikerjakan dengan baik sehingga Pemerintah Provinsi NTB berinisiasi bersama dengan Denmark untuk melakukan studi mengenai situasi sampah, komposisi aliran yang ada dikawasan Lombok.49

2.1.2.1. Lombok Utara

Pada Januari 2019, disusun sebuah masterplan terhadap pengelolaan sampah untuk wilayah Kabupaten Lombok Utara yang dibiayai oleh program ESP3.

Masterplan pengelolaan sampah kota ini dibagi menjadi dua wilayah yang terdiri dari lima kecamatan yang ada di pulau Lombok (yaitu daratan) dan 3 Kepulauan Gili yakin Trawangan, Meno dan Air. Saat ini daerah yang berada dalam kawasan darat masuk dalam kategori wilayah yang relatif miskin di mana pertanian menjadi

48 DEA, DEPA, KLHK, ESDM, (2019), Inisiatif Pulau Berkelanjutan Tentang Energi Dan Lingkungan Indonesia. Pp 2 (05/11/2022. 12.00 WIB)

49 Ibid.

(6)

56

sumber mata pencaharian utama, yang juga ditandai dengan tingkat pengumpulan sampah yang rendah yakni 15% dari total sampah yang dihasilkan di Lombok.

Kepulauan Gili merupakan salah satu tempat wisata unggulan Indonesia dan menjadi salah satu objek wisata untuk menarik pengunjung baik dari tingkat domestik maupun internasional yang dimiliki oleh Lombok Utara. Selama beberapa dekade terakhir, jumlah wisatawan berkembang hampir 14% setiap tahunnya yang berpengaruh besar terhadap perkembangan pulau-pulau Gili tersebut. Sebagian besar kegiatan wisata yang ada di Lombok Utara pada kepulauan Gili dan 13%

diantaranya dijadikan sebagai persinggahan wisata yang tercatat berada di kawasan Kabupaten Lombok Utara.50

Sebagai wilayah pariwisata, penduduk sadar betul bahwa kebersihan di dalam wilayah Gili sangatlah penting agar memastikan bahwa setiap pengunjung yang datang menjadi betah dan dan selama bertahun-tahun juga upaya yang besar telah dilakukan untuk dapat mempromosikan pentingnya melakukan daur ulang, pengumpulan limbah serta menjaga kebersihan lingkungan. Namun hal tersebut menjadi kurang terlaksana karena sistem pengelolaannya yang masih jauh dari arti sempurna karena sebagian besar sampah yang ada di kawasan Gili dikumpulkan pada satu tempat pembuangan sampah besar yang akhirnya memberikan pandangan yang tidak sedap di kawasan Gili Trawangan dan Gili Meno. Selain itu, terdapat beberapa sampah yang terdampar yang akhirnya mengalir sampai ke kawasan pantai dan mencemari terumbu karang yang ada di sana yang juga didukung oleh

50 Hasil Wawancara penulis dengan Kasi Persampahan, Radyus Ramli Hindarman, S.T., M.Eng, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB, Bidang Pengelolaan Sampah Dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Mataram, 2 Agustus 2022.

(7)

57

hujan deras sehingga jumlah sampah yang tidak terkumpul terbawa oleh laut sampai ke pulau Lombok. Oleh karena itu, sampah yang tidak terkumpul akan memberikan dampak negatif terhadap industri pariwisata dan lingkungan yang ada di sekitar Kepulauan Gili.

Dengan adanya fenomena persembahan ini akhirnya memberikan sebuah rencana untuk melakukan pengelolaan sampah di kawasan Kabupaten Lombok Utara yang bertujuan untuk mengelola sampah yang ada di kawasan Lombok Utara yang di mana pengelolaan sampah ini akan dibagi menjadi dua yaitu pengelolaan sampah yang timbul di Kabupaten Lombok Utara dan juga yang ada di Kepulauan Gili. Pemisahan pengelolaan sampah ini dilakukan karena mengingat kepulauan Gili merupakan kepulauan pariwisata yang perlu dibuat rencana pengelolaannya sendiri. Dengan adanya tujuan untuk melakukan pengolahan sampah diharapkan sampah nantinya dapat dikelola sesuai dengan kategorinya. Tujuan pengelolaan sampah ini juga mengikuti Peraturan Presiden No. 97/2017 mengenai kebijakan dan strategi nasional terhadap sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga yang nantinya pada tahun 2025 akan mewajibkan pada beberapa hal, yakni; 1) 30%

dari limbah yang telah dihasilkan harus dikelola dari sumbernya melalui program 3R. Dengan program ini diharapkan dapat menghindari, menggunakan kembali dan dapat mendaur ulang limbah yang akan mengurangi aliran limbah secara keseluruhan dengan target sebesar 30%; 2) sisa dari limbah yang telah dikelola sebesar 70% dari semua limbah yang telah dihasilkan harus dikelola kembali

(8)

58

dengan benar melalui pengumpulan, pemilahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan limbah.51

Oleh karena itu, semua limbah yang telah dihasilkan harus dikelola dengan baik pada tahun 2025, baik melalui pengelolaan atau daur ulang dari sumbernya atau melakukan penanganan dengan tepat bersama dengan otoritas lokal. Saat ini, Kabupaten Lombok Utara hanya mampu mengelola 19% dari total sampah yang dihasilkan yang di mana 15% dikumpulkan oleh DLHPKP atau CBO dan 4% nya diambil sebagai bahan anorganik oleh para pemulung. Sampah-sampah tersebut nantinya akan dikumpul dan diolah di tiga lokasi yang berbeda, sebagian besar sampah dibuang di tempat pembuangan sampah Jugil, dibuang dan dibakar di luar lapangan Bayan dan sebagian kecilnya dibakar di belakang fasilitas penyimpanan sementara sampah yang juga disebut sebagai TPS 3R.

Gempa dahsyat yang juga terjadi pada tahun 2018 memberikan dampak yang besar bagi Lombok Utara. Akibat dari gempa tersebut mengganggu banyak aktivitas yang berada di kawasan Lombok Utara, salah satunya penyelesaian proyek sanitasi baru. Dampak paling nyata dari gempa bumi tersebut adalah jumlah puing- puing yang sangat besar sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk melakukan pembongkaran terhadap puing-puing tersebut. Sekitar 80% dari jumlah sampah yang dihasilkan tidak dikumpulkan, dibakar atau dibuang oleh warga yang akhirnya beberapa limbah yang tidak terkumpul akhirnya terbawa ke laut pada saat musim hujan tiba sehingga menyebabkan polusi dan beberapa puing-puing terdampar di

51 Peraturan Presiden No. 97/2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga (05/11/2022. 12.00 WIB)

(9)

59

pantai meskipun telah ada rencana pembangunan sejumlah bank sampah yang ada di Kabupaten Lombok Utara untuk menanggulangi masalah sampah akan tetapi karena gempa tersebutn menjadikan program tersebut tidak dapat berjalan dengan baik.52

Saat ini, selain kerusakan akibat gempa, pengelolaan sampah yang ada di Lombok Utara juga menghadapi beberapa tantangan salah satunya adalah Dinas Lingkungan Hidup daerah NTB mengalami kesulitan karena memiliki wilayah pelayanan yang terbatas sehingga pemerintah kesulitan melakukan pembakaran dan pembuangan sampah secara terbuka. Dalam beberapa wilayah contohnya yang hanya 10% hingga 20% saja limbah yang mencapai Tempat Pembuangan Akhir Jugil. Sementara wilayah lain DLHPKP memberikan beberapa peralatan dan pelatihan, tetapi terdapat wilayah yang dibiarkan untuk menangani masalah pengelolaan sampahnya secara mandiri. Dengan adanya fakta bahwa sebagian kecil dari limbah yang dikumpulkan secara tidak langsung akan memberikan dampak kepada industri pariwisata Lombok, khususnya kepulauan Gili. Seperti yang dijelaskan dalam rencana aksi khusus pengolahan sampah untuk Kepulauan Gili di mana nantinya akan dilakukan pembersihan sampah mingguan.

Salah satunya adalah sistem pengolahan sampah rekayasa yang berada di daratan yakni TPS 3R yang berada di Siger Penjalin pada dasarnya beroperasi sebagai depot untuk mengumpulkan dan membakar sampah dari masyarakat setempat. Ketika masuk dalam proses pembangunan, TPS 3R ini dimaksudkan

52 DEA, DEPA, KLHK, ESDM, (2019), Inisiatif Pulau Berkelanjutan Tentang Energi Dan Lingkungan Indonesia, Pp 3. (05/11/2022. 12.00 WIB)

(10)

60

untuk menjadi pusat yang mempromosikan daur ulang. Hal itu juga dilengkapi untuk menghasilkan kompos dari sampah organik dan untuk memulihkan daur ulang agar dapat dijual kembali. Secara keseluruhan, saat ini tidak ada kegiatan 3R yang diselenggarakan oleh sektor formal yang berada di daratan Lombok Utara.

Kabupaten Lombok Utara dengan 775 km2 dan luas lebih dari 50 km menjelaskan bahwa ada jarak transportasi yang cukup jauh dan karena adanya biaya-biaya yang tinggi untuk mencapai tempat pembuangan sampah yang ada di Jugil sehingga menyulitkan pemerintah untuk mendistribusikan sampah, walaupun berada di pusat kota. Untuk menghindari biaya transportasi yang berlebihan maka sampah tersebut dibakar atau dibuang secara lokal seperti yang terjadi di kecamatan Bayan.

Idealnya, dan sejalan dengan kebijakan Indonesia maka semua sampah yang berada di Kabupaten harus ditampung di satu tempat pembuangan akhir.

Saat ini ada beberapa catatan yang masih kurang tepat terkait dengan pengelolaan sampah. Salah satunya adalah tidak adanya jembatan timbang di tempat pembuangan sampah yang berarti jumlah sampah yang ditimbun di tempat pembuangan sampah setiap harinya tidak dapat diketahui dengan pasti. Kecamatan Bayan memang memiliki beberapa catatan tentang pergerakan kendaraan tetapi memiliki perbedaan daripada peraturan pengoperasian tempat pembuangan akhir oleh Dinas Lingkungan Hidup setempat. Masterplan mengusulkan sistem pengelolaan sampah untuk kelompok Utara yang hampir sepenuhnya memenuhi persyaratan kebijakan yang berasal dari pusat. Tidak adanya antisipasi mengenai persyaratan 30% dari limbah sampah yang dihasilkan yang diolah dari sumbernya

(11)

61

membuat pemerintah kesulitan untuk memenuhi target pada tahun 2025 sehingga rencana tersebut diperkirakan akan mampu dicapai pada tahun 2028.

2.1.2.2. Lombok

Lombok tengah menghadapi beberapa tantangan lingkungan yang memberikan dampak yang besar terkait dengan penanganan limbah padat. Setiap tahunnya industri dan rumah tangga yang berada di Pulau Lombok menghasilkan sekitar 900.000 ton limbah yang di mana hanya sebagian kecil dari sampah ini yang benar-benar dikumpulkan dan diangkut ke salah satu tempat pembuangan sampah yang ada di kawasan Lombok. Sisa dari limbah padat biasanya berakhir di lingkungan atau dibakar di fasilitas dengan skala yang lebih kecil yang di mana fasilitas tersebut tidak memadai atau disebut sebagai pembakaran terbuka.

Pengumpulan sampah dinilai tidak memadai dan sebagian besar penanganannya dilakukan oleh pihak lokal baik dari Desa ataupun perusahaan lokal. Kepala beberapa desa yang mengatur tentang pelayanan pengumpulan "pinggiran Jalan"

yang mereka bayarkan kepada pengumpul lokal hanya sekitar Rp40.000 per bulan.

Di Lombok Sendiri, terdapat 4 tempat pembuangan sampah, salah satunya adalah yang berada di wilayah Jugil. TPA terbesar yang ada di Lombok adalah Kebon Kongok yang dikelola langsung oleh pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat. Sedangkan tiga lainnya diatur oleh pemerintah daerah setempat. Kebon Kongok setiap hari menerima lebih dari 300 ton sampah yang berasal dari kota Mataram dan Lombok Barat. Luas tempat pembuangan sampah ini sebesar 5 hektar yang telah beroperasi sejak tahun 1990-an dan telah mencapai batasnya. Oleh

(12)

62

karena itu, pemerintah daerah dan provinsi perlu segera mencari lokasi alternatif untuk dijadikan tempat pembuangan akhir yang baru. Tetapi masalah ini hampir mustahil untuk dapat terlaksana karena banyaknya masyarakat yang tidak menginginkan adanya tempat pembuangan akhir di sekitar wilayahnya dan peraturan tersebut memberikan syarat bahwa jarak minimal tempat pembuangan sampah dengan pemukiman terdekat adalah 1 km. 53

Dengan adanya problematika pengelolaan limbah padat yang ada di Lombok sehingga pemerintah mengalami kekurangan dalam melakukan pemisahan dan pengumpulan limbah akibat dari kondisi yang tidak sehat bagi penduduk kelompok dan dampak yang tidak dapat diterima secara lingkungan. Dengan adanya risiko pencemaran lahan pertanian, hutan, sungai, dan lautan mengakibatkan kontaminasi terhadap tanaman, ternak yang akhirnya berpengaruh terhadap makanan yang seringkali diakibatkan oleh pembakaran bahan plastik atau partikel lain yang tidak terkendali. Mengingat bahwa sebagian besar pendapatan di Lombok berasal dari pariwisata maka sampah yang tidak terkumpul dapat memberikan tantangan yang serius seperti sampah yang ada di laut dan juga pantai yang mengarah pada efek publisitas yang buruk. Biaya operasi Kebon kongok saat ini adalah Rp50.000/ton didapatkan dari anggaran provinsi.

2.1.3. Situasi Energi di Lombok

Secara keseluruhan, sistem tenaga listrik yang berada di Lombok berasal dari bahan bakar fosil dengan campuran solar sebagai bahan bakar utama yang

53 Ibid.

(13)

63

diikuti oleh penggunaan batubara. Sisanya berasal dari sejumlah kecil dari pembangkit yang berasal dari tenaga air dan Surya untuk melengkapi kebutuhan daya pada saat ini. Pembangkit pembangkit ini tidak terhubung ke dalam sistem utama yang berada di Jawa Bali dan karena sebagian besar dari pasukan listrik ini berasal dari pembangkit listrik batubara dan diesel sehingga biaya pembangkitannya rata-rata berada pada harga yang tertinggi di Indonesia (13,9 c$/kWh).54

Dengan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap listrik dalam beberapa dekade terakhir yang juga diikuti dengan permintaan puncak yang mencapai angka 260 MW pada tahun 2018 pemerintah berharap pertumbuhan ini akan terus berjalan yang jiga didorong dengan elektrifikasi dan pembangunan ekonomi yang lebih baik yang di mana pembangunan energinya dapat berjalan dengan baik diikuti dengan pendapatan tahunan yang juga harus meningkat setiap tahunnya. Perusahaan Listrik Nasional wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat mulai memproyeksikan pemanfaatan gas alam dan batubara sebagai bagian dari perluasan sektor energi bagi masa depan akan tetapi Lombok tidak memiliki akses gas alam melalui pipa gas sehingga proyeksi kapasitas tenaga gas hanya mampu memasukkan gas sebesar 230 MW sehingga membuat pemerintah memerlukan tenaga yakni Compressd Natural Gas (CNG) dan Liquid Natural Gas (LNG), yang diharapkan akan dikirim ke wilayah Lombok dengan kapal khusus. Ekspansi CNG dan LNG akan menjadi rencana besar yang membutuhkan inventasi yang sangat besar, terutama pada pengadaan kapal serta infrastruktur untuk meregasifikasi dan

54 Ibid.

(14)

64

dekompresi gas sehingga dalam pengelolaannya nanti akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dengan melihat adanya potensi Gas yang ada di Lombok dengan kapasitas 60 MWnya yang dikombinasikan dengan jumlah limbah yang besar nanti akan dimanfaatkan untuk menghasilkan energi yang jauh lebih sehingga akan berpengaruh terhadap ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar fosil. Oleh karena itu, potensi yang dimiliki oleh Lombok saat ini perlu dieksplorasi agar nantinya akan memberikan dampak yang positif bagi energi Indonesia, khusunya NTB.

Inisiasi yang diusulkan oleh kedua belah pihak nantinya akan berkontribusi terhadap penguatan koordinasi serta menciptakan sinergi antara sektor limbah dan energi. Perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan limbah dan energi memiliki hubungan yang erat dengan bagaimana caranya melakukan eksplorasi dan memanfaatkan limbah sebagai sumber daya utama untuk tujuan yang lebih produktif, khususmya dalam bidang produksi energi. Untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan, perlu dilakukan pendekatan yang lebih terintegrasi serta holistik untuk mampu mengelola limbah dan energi. Banyak dilakukan implementasi kebijakan terhadap energi dan lingkungan yang dianggap tidak berkelanjutan karena masih menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber daya utama yang bersifat ekstensif dan penanganan yang tidak tepat. Akan tetapi, banyak yang tidak melihat banyaknya peluang untuk mengembangkan energi yang lebih ramah lingkungan dan terbarukan yang juga ikut berpengaruh terhadap pengelolaan limbah sebagai sumber dayanya.

(15)

65

Karena Sampah merupakan salah satu masalah yang memiliki pengaruh besar terhadap Lombok sertanya pulau-pulau lainnya di Indonesia, maka perlu dilakukan evaluasi untuk mendapatkan solusi terbaik terhadap pengelolaan sampah yang sesuai dengan keadaan wilayah dengan ekonomi sirkular yang ikut andil dalam mencapai tujuan pengelolaan sampah nasional dan terencana. Dengan mengindentifikasi solusi sirkular harus menggunakan pendekatan holistik agar memastikan bahwa koordinasi yang berjalan baik dan efisien antara persediaan energi pengelolaan limbah padat nantinya akan memadai. Holistik sangat membutuhkan ekonomi sirkular sebagai pintu masuk untuk memperkuat sektor pengelolaan sampah energi.

Karena sistem pengolahan sampah hanya terdiri dari pembuangan dan penimbunan, maka sampah perlu diberikan tempat khusus menuju pemulihan energi dan daur ulang. Pemulihan energi dapat dilihat sebagai biofiksasi sampah organik dengan daur ulang limbah sebagai pupuk. Pembakaran sampah secara sekunder dipandang sebagai solusi terbaik untuk limbah yang tidak dapat didaur ulang dengan melakukan pemulihan energi dalam transisi menuju ekonomi sirkular.

Semua inisiasi ini dilakukan untuk mencapai ekonomi sirkular dengan menggunakan prinsip hierarki sampah yang memerlukan beberapa strategi yang kuat dan terencana dengan baik yang ditindaklanjuti dengan adanya tata kelola yang tepat dan fokus terhadap aspek-aspek infrastruktur.

Oleh karena itu, dengan didirikannya pabrik biogas ini kombinasikan dengan pabrik insinerator berpotensi dapat memecahkan beberapa tantangan mendesak yang ada di Lombok, salah satunya adalah mampu mengatasi

(16)

66

permasalahan kapasitas Tempat Pembuangan Akhir yang ada dan mengurangi volume sampah yang menumpuk di TPA. Selain itu, mendirikan pabrik biogas akan mampu mengarahkan pemerintah terhadap pengelolaan sampah organik yang berkelanjutan yang nantinya dapat dikumpulkan di sebuah pulau dan meningkatkan pasukan energi terbarukan.

2.1.4. Peluang Komersial Saat Ini Dan Masa Depan Untuk Perusahaan Denmark

Prioritas pemerintah Indonesia dalam segala bentuk infrastruktur energi, air, pengelolaan limbah dan maritim sebagian besar disesuaikan dengan berbagai solusi, teknologi dan produk yang akan diberikan oleh Denmark. Karena adanya permintaan terhadap solusi yang diberikan oleh Denmark (dan beberapa negara lainnya) terhadap lingkungan dan energi, maka kerjasama ini juga memberikan potensi pasar untuk bisnis bagi kedua belah pihak, salah satunya adalah potensi bisnis Denmark dan aktivitas ekspor ke Indonesia. Sampai batas kerjasama ini berakhir, instalasi kedua belah pihak terhadap peluang pasar antara Denmark dan Indonesia akhirnya menjadikan kedua belah pihak berkomitmen pada rencana aksi bilateral yang akan dilakukan pada tahun 2017 hingga 2020 secara keseluruhan yang berfokus terhadap perjanjian yang lebih spesifik tentang kerjasama Indonesia dengan Denmark di berbagai bidang lainnya.55

Agar perusahaan asing dapat memantapkan diri di pasar Indonesia, pengalaman perusahaan saat ini membutuhkan stamina, kehadiran lokal, strategi

55 Ibid.

(17)

67

jangka panjang dan memprioritaskan pasar baik dari segi waktu maupun uang. Ini akan menjadi kasus di sebagian besar pasar, serta politik dan ekonomi merupakan faktor yang saling terkait erat di Indonesia. Artinya regulasi dan politik secara tradisional disesuaikan dengan nasionalisme dan proteksionisme yang kuat, yang bermotif politik dan bagian dari kesadaran diri bangsa Indonesia yang semakin meningkat. Untuk bisnis Denmark yang ingin berinvestasi di Indonesia, oleh karena itu pasti akan melibatkan pengeluaran modal yang besar dibandingkan dengan negara lain di kawasan ini serta pasar itu sendiri dapat tampak tidak jelas.

Tantangan bagi Denmark untuk memasuki sektor persampahan Indonesia adalah bahwa saat ini hanya ada sejumlah kecil bisnis besar di sektor persampahan di Denmark. Namun, beberapa perusahaan, seperti RUNI dan DESMI sudah aktif di sektor limbah Indonesia, serta beberapa bisnis Denmark dengan teknologi yang relevan dengan Indonesia, misalnya rsted dan Solum Gruppen, telah menunjukkan minat untuk ekspansi ke pasar. Novozymes dan Grundfos adalah bisnis skala besar yang berdasarkan pasar mereka yang lain memiliki kepentingan dalam pengelolaan limbah, serta B&W Denmark Vølund berharap untuk memasok teknologi insinerasi limbah, jika kemungkinan pabrik insinerasi menjadi kenyataan. Selain itu, sejumlah perusahaan konsultan yang didirikan di Denmark dengan pengetahuan di bidang limbah, seperti Rambøll dan DHI, telah memantapkan diri di pasar Indonesia.

Sejumlah perusahaan produksi, yang terbesar adalah ECCO dan perusahaan jasa, yang terbesar adalah ISS, meminta kebijakan lingkungan dan struktur peraturan yang sehat dalam bidang usahanya. SII yang diusulkan akan melibatkan asosiasi dan jaringan komersial Denmark dan Indonesia dalam limbah dan energi, dan

(18)

68

bekerja dengan Dewan Perdagangan Denmark, Danida Business Finance serta pemangku kepentingan komersial dan investor lainnya.

2.1.5. Tujuan SII Di Lombok

Tujuan keseluruhan dari SII di Lombok adalah untuk mendukung pembangunan di Lombok menuju jalur hijau dan rendah karbon dan pelaksanaan rencana sektor provinsi, yaitu Jakstrada dan RUED. Ini akan dilakukan melalui dukungan dan saran kepada otoritas regional dan lokal tentang cara-cara ke depan dalam identifikasi, perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan limbah padat yang terintegrasi dan berkelanjutan dan inisiatif produksi energi bersih di Lombok.

Sambil menerapkan ekonomi sirkular dan pendekatan pengelolaan limbah padat terpadu, diharapkan solusi spesifik akan diidentifikasi yang berkontribusi pada kasus bisnis limbah dan biogas yang lebih layak secara finansial dan menarik di Lombok. Sebagai hasilnya, dukungan akan diberikan untuk mempromosikan landasan bagi keterlibatan pemangku kepentingan sector swasta dalam WtE di Lombok.56

SII akan membahas masalah limbah dan biomassa yang tidak diolah di Lombok dan mengeksplorasi metode untuk mengubah limbah dari masalah lingkungan menjadi komoditas bernilai untuk produksi energi. Tantangan terkait pengelolaan sampah dan pasokan energi yang terjangkau tidak hanya di Lombok tetapi banyak pulau di Indonesia yang terpapar, sehingga replikasi solusi akan menjadi prioritas utama. Di Indonesia, pendapatan untuk fasilitas WtE terutama

56 Ibid.

(19)

69

berasal dari penjualan listrik dan di beberapa tempat dari tipping fee yang dibayarkan per ton limbah yang diterima atau diproses. Ini termasuk langkah- langkah untuk mengurangi risiko investasi dan proyek. Saat ini, pendapatan yang diharapkan untuk WtE, terutama insinerasi, seringkali gagal memberikan tingkat pengembalian internal (IRR) minimal 15%, yang dianggap dapat diterima oleh industri dan pemerintah. Sub-tujuan SII diusulkan sebagai berikut; 1) Meningkatkan implementasi rencana dan inisiatif sektor provinsi dalam ekonomi sirkular, persampahan (Jakstrada) dan energi (RUED); 2) Untuk memberikan penilaian kelayakan dan kemungkinan bagi otoritas daerah dan kotamadya untuk kemungkinan investasi WtE di Lombok kepada otoritas regional/kota/kabupaten yang disediakan, dan; 4) Mendukung dan mempromosikan landasan bagi pelibatan pemangku kepentingan sektor swasta dalam WtE di kedua pulau tersebut.

Sebagai kegiatan lintas sektor, SII akan berupaya untuk memobilisasi pendanaan eksternal untuk kegiatan pendukung tambahan yang berfokus pada limbah dan biogas di Lombok, yaitu pelatihan fellowship, proyek penelitian dan inisiatif sinergis dan kolaboratif lainnya. Selama implementasi SII, opsi-opsi akan dijajaki untuk memobilisasi pendanaan investasi tergantung pada kemungkinan solusi yang dapat diidentifikasi dan minat dari para pemangku kepentingan.

2.1.6. Struktur Tata Kelola

SII akan menjadi bagian dan selaras dengan dua proyek SCC yang ada yang dilaksanakan oleh KLHK dan Dinas ESDM dengan bantuan dari DEPA dan DEA, sambil memastikan partisipasi lokal yang kuat dalam pengambilan keputusan dan

(20)

70

implementasi di tingkat provinsi dan kota/kabupaten. SII akan diatur oleh dua Kelompok Pengarah yang ada yang diselenggarakan oleh KLHK dan ESDM EBTKE. Komite pengarah hanya akan memiliki kapasitas penasihat.57

Diusulkan untuk membentuk Kelompok Kerja baru yang diketuai dan diselenggarakan oleh kantor Wakil Gubernur dengan anggota dari otoritas lokal terkait di Lombok. Interaksi dan hubungan yang erat antara Kelompok Pengarah dan Kelompok Kerja akan dipastikan untuk mendukung dan lebih memperkuat koordinasi dan kolaborasi vertikal dalam pengelolaan limbah padat dan energi terpadu. Kelompok kerja tingkat provinsi akan bertanggung jawab atas perencanaan lokal, pelaksanaan dan pemantauan SII. Ini akan memastikan kepemilikan dan manajemen lokal pada tingkat terendah yang sesuai. Kelompok kerja tersebut akan terdiri dari perwakilan dari pemerintah daerah, Kedutaan Besar dan dua instansi.

Fungsi penting dari kelompok kerja juga akan memperkuat koordinasi dan kolaborasi antara lembaga energi dan lingkungan lokal dan otoritas local terkait lainnya.

57 Ibid.

Referensi

Dokumen terkait