BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pecking Order
Teori Pecking Order menyatakan bahwa perusahaan lebih suka pendanaan internal dibandingkan pendanaa eksternal, utang yang aman dibandingkan utang yang berisiko serta yang terakhir adalah saham biasa (Corey and Myers, 1984).
Menurut Wulandari (2017) Teori Pecking Order menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat laba tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut memiliki kekuatan dana internal yang besar serta mendorong perusahaan untuk menggunakan dana internal untuk keperluan pembiayaan operasi dan investasi perusahaan sehingga hutang atau pendanaan dapat ditekan serta kedepannya perusahaan dapat memperkecil resiko mengalami kegagalan pemenuhan kewajiban seperti biaya bunga dan kondisi bangkrut. Menurut Kasih (2019) Teori Pecking Order terdapat urutan dalam memilih sumber pendanaan, yaitu :
1. Perusahaan memilih pendanaan internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.
2. Perusahaan menghitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan kesempatan investasi.
3. Jika pendanaan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat berharga yang paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan memulai dengan hutang, kemudian dengan surat berharga campuran seperti obligasi konvertibel, dan kemudian barangkali saham sebagai pilihan terakhir.
Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan yang profitable umumnya menggunakan utang dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut bukan disebabkan karena perusahaan mempunyai target debt ratio yang rendah, tetapi karena mereka memerlukan external financing yang sedikit. Perusahaan yang kurang profitable akan cenderung menggunakan utang yang lebih besar karena dua alasan, yaitu dana internal tidak mencukupi, dan utang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai. Maka dari itu, teori pecking order ini membuat hirarkhi sumber dana, yaitu dari internal (laba ditahan), dan eksternal (utang dan saham) (Yudhatama, 2018).
Dalam teori pecking order, para manajer konsisten dengan tujuan utama perusahaan, yaitu memakmurkan kekayaan pemegang saham. perusahaan akan memaksimalkan penggunaan dana internal untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan daripada menggunakan dana eksternal (hutang). Tetapi tidak menutup kemungkinan jika suatu perusahaan memutuskan menggunakan hutang untuk memenuhi kebutuhan operasional jika pendanaan internal tidak dapat memenuhi kebutuhan operasionalnya (Rusdaniah, 2019).
Menurut teori pecking order perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi akan cendrung menggunakan aset lancarnya dalam pembiayaan, karena perusahaan dengan aset lancar yang tinggi memiliki dana internal yang besar sehingga perusahaan akan menggunakan dana tersebut untuk kegiatan operasional perusahaan sehingga akan membantu perusahaan meminimalkan utang perusahaan yang berdampak pada tingkat profitabilitas perusahaan (Ulfah, 2020). Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur modal yang di dapat dari
modal internal dapat meningkatkan nilai likuditas perusahaan dan memberikan peluang perusahaan guna mendapatkan laba yang maksimal.
2.1.2 Profitabilitas
Menurut Sujarweni (2020) rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur tingkat imbalan atau keuntungan dibanding penjualan atau aset, mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan yang digunakan untuk mengukur tingkat laba terhadap aset yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan manajemen. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan hasil akhir dari kebijakan dan keputusan operasional perusahaan.
Secara umum, rasio profitabilitas dihitung dengan membagi laba dengan modal serta menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, aset dan utang terhadap hasil operasi (Kisdayanti, 2018). Para pengguna laporan keuangan biasannya juga melihat keberhasilan perusahaan dari kondisi serta kinerja keuangan yang dimiliki yang dilihat dari kemampuan perusahaan memperoleh profit (Aini, 2016).
Profitabilitas merupakan aspek fundamental yang dapat dilihat oleh pemilik perusahaan maupun calon investor dalam melihat kinerja suatu perusahaan serta melihat prospek perusahaan tersebut pada masa yang akan mendatang (Rusdaniah, 2019).
Menurut Sinurat (2017) Rasio profitabilitas dapat diukur melalui tiga rasio yaitu :
a. Net Profit Margin (NPM) megukur presentase laba bersih pada suatu perusahaan terhadap penjualan bersihnya.
b. Return on Assets (ROA) mengukur seberapa besar kemampuan asset perusahaan untuk menghasilkan laba.
c. Return on Equity (ROE) mengukur seberapa besar kemampuan modal perusahaan untuk menghasilkan laba.
Rasio yang digunakan untuk memproksikan profitabilitas adalah Return on Equity (ROE). Return on Equity (ROE) digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian yang dihasilkan bagi pemegang saham, Return on Equity (ROE) juga digunakan dalam mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dari pemanfaatan sumber daya modal yang dimiliki perusahaan semakin tingginya Return on Equity (ROE) semakin besar pula harga saham karena besaran Return on Equity (ROE) memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor akan tinggi (Sastra, 2019).
2.1.3 Likuiditas
Menurut Kisdayanti (2018) Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansialnya pada saat jatuh tempo. Kewajiban tersebut merupakan kewajiban jangka pendek atau kewajiban jangka panjang yang sudah segera jatuh tempo. Rasio likuiditas
Rumus Current ratio = 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
merupakan rasio yang menghubungkan kas dan aset lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Menurut Sujarweni (2020) Terdapat 4 macam pengukuran likuiditas sebagai berikut :
2.1.3.1 Current Ratio
Current Ratio adalah perbandingan yang didapatkan dari aset lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana hutang lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan diolah menjadi kas dalam waktu dekat. Menurut Sinurat (2017) Current ratio yang tinggi memberikan sinyal jaminan yang baik bagi kreditor jangka pendek bahwa setiap saat perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban finansial jangka pendeknya.
2.1.3.2 Quick Ratio
Quick Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset yang lebih likuid. Menurut Puspitasari (2019) Rasio ini merupakan perimbangan antara jumlah aset lancar dikurangi persediaan dengan jumlah utang lancar. Persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan quick ratio atau rasio cepat, karena persediaan merupakan komponen atau unsur aset lancar yang paling kecil tingkat likuiditas nya.
Quick Ratio memfokuskan komponen-komponen aset lancar yang lebih likuid yaitu: kas, surat-surat berharga, piutang dihubungkan dengan utang lancar atau utang jangka pendek.
2.1.3.3 Cash Ratio
Cash Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan yang disimpan di bank. Menurut Nasyaroeka (2016) Cash Ratio ini alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang. Cash Ratio merupakan salah satu ukuran rasio likuiditas yang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui sejumlah kas dan setara kas (seperti giro atau simpanan lalin di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki perusahaan.
2.1.3.4 Working capital to total assets ratio
Working capital to total assets ratio adalah likuiditas dari total aset dan posisi modal kerja (neto). Menurut Christina (2019) menjelaskan bahwa dalam kegiatan operasional perusahaanm, untuk tujuan pencapaian yang tinggi dan meningktakan laba, diperlukan modal kerja bersih yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi perputaran modal kerja, maka semakin efektif dan efisien pengelolaan modal kerja tersebut. Menurut Purba (2020) kegiatan dari operasional oleh perusahaan akan menjadi sangat lancar karena modal kerja yang akan meningkat, berakibatkan pendapatan akan diproleh juga semakin mengalami peningkatan.
Rumus Cash ratio = 𝑥100%
Meningkatnya pendapatan perusahaan, maka akan lebih mudah bagi perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya dan perolehan laba juga semakin meningkat.
Pada penelitian ini pengukuran likuiditas menggunakan current ratio, karena current ratio merupakan alat ukur yang paling efektif dalam mengambarkan kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendeknya yang telah jatuh tempo. Dengan kata lain, seberapa banyak aset yang dimiliki untuk melunasi hutang jangka pendek yang segera jatuh tempo yang akan ditagih. Semakin tinggi current ratio maka semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi hutang jangka pengdeknya yang akan mempengaruhi profitabilitas.
2.1.4. Struktur Modal
Menurut Kasmir (2019) dalam menjalankan operasinya, perusahaan memerlukan sebuah dana, dana tersebut dapat berupa modal sendiri, dana pinjaman, maupun dari kombinasi keduanya. Setiap sumber dana memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga perlu disiasati agar dapat saling menunjang. Rasio penggunaan dana pinjaman disebut juga dengan rasio solvabilitas/leverage.
Menurut Rachmasari (2021) Struktur modal adalah gambaran dari bentuk proporsi finansial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari utang jangka panjang (long-term liabilities) dan modal sendiri (shareholders’ equity) yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan. Menurut peneliti terdahulu Chasanah (2018) menjelaskan bahwa struktur modal merupakan kunci perbaikan Rumus Working capital to total assets ratio =
produktivitas dan kinerja perusahaan. Teori ini menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan perusahaan dalam menentukan struktur modal bertujuan dalam mengoptimalkan nilai perusahaan. Struktur modal ini berkaitan dengan pendanaan disuatu perusahaan yang erat kaitannya dengan hutang dan juga ekuitas atau modal di perusahaan tersebut. Maka dari itu struktur modal ini dapat di hitung dengan rasio solvabilitas. Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset dibiayai dengan hutang (Kasmir, 2014). Jenis jenis rasio solvabilitas menurut Kasmir (2014) yaitu:
2.1.4.1 Debt to Asset Ratio
Menurut Kasmir (2014) merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dan total aset. Apabila rasionya tinggi, artinya pendannan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utangnya dengan aset yang dimiliki.
Adapun rumus perhitunganya sebagai berikut :
2.1.4.2 Debt to Equity Ratio
Menurut Kasmir (2014) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Tujuannya untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antar utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Adapun rumus perhitunganya sebagai berikut ;
2.1.4.3 Long Term Debt to Equty Ratio
Menurut Kasmir (2014) merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang desidakan oleh perusahaan. Adapun rumus perhitungannya sebagai berikut :
Menurut Rachmasari (2021) struktur modal diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) . DER merupakan perbandingan antara total utang yang dimiliki oleh suatu perusahaan dengan total ekuitas perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal ekuitas yang dimilikinya. Rasio ini dipilih karena Debt to Equity Ratio (DER) dianggap dapat mewakili total hutang perusahaan yang akan berdampak pada nilai perusahaan.
2.2 Tinjauan Pustaka No Peneliti dan Tahun Terbit
Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian 1.
Sinurat (2017)
Pengaruh Likuiditas Dan Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Sub Sektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
X : Likuiditas dan Struktur Modal
Y : Profitabilitas
1. Likuiditas berpengaruh positif terhadap profitabilitas 2. Struktur modal berpengaruh negatif terhadap profitabilitas
2. Rachmasari (2021)
Pengaruh Likuiditas Dan Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
X : Likuiditas dan Struktur Modal
Y : Profitabilitas
1. Likuiditas tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas 2. Struktur Modal berpengaruh negatif terhadap profitabilitas 3. Wulandari
(2017)
Pengaruh Likuiditas Dan Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Pada Industri Pulp And Paper Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
X : Likuiditas dan Struktur Modal
Y : Profitabilitas
1. Likuiditas tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas 2.Struktur Modal tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas
4. Sastra (2019) Pengaruh Modal Kerja,
Likuiditas, Struktur Modal terhadap perusahaan Manufaktur 2012-2014
X : Modal Kerja, Likuiditas dan Struktur Modal Y : Profitabilitas
1. Modal kerja berpengaruh terhadap Profitabilitas.
2. Likuiditas tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas
3. Struktur Modal berpengaruh terhadap profitabilitas 5. Piggy (2018) Effect of
Liquidity and Capital Structure on Profitability in Manufacturing Company Listed In Indonesia Stock Exchange Period 2015- 2016
X : Likuiditas dan Struktur Modal
Y : Profitabilitas
1. Likuiditas tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas 2. Struktur Modal tidak berpengaruh terhadap profitabilitas 6. Prabowo (2019) Analisis
Pengaruh Struktur Modal, dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Sektor Otomotif di Indonesia
X : Struktur Modal dan Likuiditas Y : Profitabilitas
1. Likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas 2. Struktur Modal berpengaruh terhadap profitabilitas 7. Soetama
(2017)
Pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas
X : Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan Y : Profitabilitas
Secara simultan maupun parsial Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap Profitabilitas 8. Rachmawati
(2018)
Analisis Perputaran Piutang Dan Perputaran Aset Tetap Terhadap Profitabilitas Pada PT.
Gudang Garam.Tbk
X: Perputaran piutang dan Perputaran Aset
Y:Profitabilitas
1. Perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas 2. Perputaran
Aset
berpengaruh terhadap Profitabilitas 9. Mustanda (2018) Pengaruh
Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Struktur Aset Terhadap Struktur Modal
X : Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan dan Struktur Aset Y : Struktur Modal
Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan secara parsial
berpengaruh negative dan signifikan, sedangkan Struktur Aset berpengaruh positife dan signifikan terhadap Struktur Modal 10. Gunarsih (2017) Pecking Order
Theory And Trade-Off Theory Off Capital, Structure Evidence From Indonesian Stock Exchange
X : Pecking Order Theory And Trade-Off Y : Struktur Modal
Pecking Order Theory tidak didukung sedangkan Trade-Off didukung
11. Tandi (2018) Pengaruh Struktur Modal dan
Pertumbuhan Aset Terhadap Profitabilitas Perusahaan Otomotif yang
X : Struktur Modal dan Pertumbuhan Aset
Y : Profitabilitas
Secara simultan maupun parsial Struktur Modal dan
Pertumbuhan Aset tidak berpengaruh signifikan
Terdaftar di BEI Per 2013-2016
terhadap Profitabilitas 12. Fitria (2019) Pengaruh
Current Ratio, Working Capital Turnover, Debt to Equity Ratio dan Total Assets Turnover
Terhadap Return on Invesment Pada Perusahaan Makanan Yang Terdaftar Di BEI
X : Current Ratio, Working Capital
Turnover, Debt to Equity Ratio dan Total Assets Turnover
Y : Return on Invesment
Current Ratio secara parsial berpengaruh, Working Capital Turnover secara parsial tidak berpengaruh signifikan, Debt to Equity Ratio secara parsial tidak
berpengaruh signifikan, Total Assets Turnover secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Return on Invesment
2.3 Pengembangan Hipotesis
2.3.1 Pengaruh Likuiditas Terhadap Profitabilitas
Likuiditas merupakan rasio yang berupaya untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Jika suatu perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya maka perusahaan tersebut telah berhasil mengelola dana pada perusahaan (Mayanti, 2020).
Perusahaan yang memiliki nilai rasio likuiditas yang bagus akan mendapat kepercayaan lebih dari para kreditur dan investor, yang artinya kreditur dan investor tanpa ragu-ragu akan meminjamkan dananya kepada perusahaan untuk tambahan modal guna meningkatkan profitabilitas perusahaan (Ulfah, 2020). Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian dilakukan oleh Setyaningrum (2019) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dimana semakin likuid suatu perusahaan maka profitabilitasnya semakin
meningkat. Hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Mayanti (2020) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas. Profitabilitas yang besar menunjukan besarnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Sehingga hipotesis pertama pada penelitian ini adalah,
H1 : Likuiditas Berpengaruh Positif Terhadap Profitabilitas.
2.3.2 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas
Struktur modal dalam penelitian ini menggunakan Debt to Equity Ratio, Debt toiEquity Ratiolyang tinggi akan membebankanlperusahaan pada biayalbunga yang tinggi. Tingginya biaya bunga yang harus dibayarioleh perusahaan akanlberdampaklpada penurunan laba perusahaan.”Sebaliknya, Debt to Equity Ratio (DER) yang rendah berarti biaya bunga yang dibayarkan oleh perusahaan juga rendah sehinggallaba perusahaanlakan meningkatlyang akan berpengaruh pada profitabilitas perusahaan (Puspasari, 2017).
Pernyataan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indimo (2019) yang menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh negatif terhadap profitabilitas pada perusahaan pertambangan, penelitian dengan hasil yang sama dilakukan oleh Wahyuati (2015) yang menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Sehingga hipotesis kedua pada penelitian ini adalah,
H2 : Struktur Modal Berpengaruh Negatif Terhadap Profitabilitas 2.3.3. Pengaruh Likuiditas dan Struktur Modal Terhadap Profitabilitas
Current Ratio merupakan rasio likuiditas yang dapat mempengaruhi laba bersih yang dihasilkan perusahaan. Hal ini karena semakin kecil hutang lancar yang dimilki perusahaan maka pendapatan yang dihasilkan akan menjadi laba bersih secara maksimal.Struktur modal diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER) . DER
Likuiditas (X1)
H1
Profitabilitas (Y) H2
Struktur Modal (X2)
menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal ekuitas yang dimilikinya. Rasio ini dipilih karena DER dianggap dapat mewakili total hutang perusahaan yang akan berdampak pada profitabilitas. ROE digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian yang dihasilkan bagi pemegang saham, ROE juga digunakan dalam mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dari pemanfaatan sumber daya modal yang dimiliki perusahaan semakin tingginya ROE semakin besar pula harga saham karena besaran ROE memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor akan tinggi . Menurut penelitian dari Prabowo (2019) menunjukan bahwa likuiditas dan struktur modal bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyaningrum (2019) yang menyatakan bahwa likuditas dan struktur modal secara simultan berpengaruh terhadap profitabilitas. Sehingga hipotesis ketiga pada penelitian ini adalah
H3 : Likuiditas dan Struktur Modal Berpengaruh Positif Terhadap Profitabilitas 2.4 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
H3