Perilaku atau cara yang digunakan pemimpin untuk mempengaruhi perasaan, pikiran, sikap dan perilaku anggotanya disebut gaya kepemimpinan (Djunaedi dan Gunawan, 2018). Pemimpin yang efektif memiliki kekuasaan atas sifat-sifat tertentu dan menunjukkan perilaku atau gaya kepemimpinan tertentu (Madanchian et al., 2017). Kepemimpinan Pemimpin harus mempunyai gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan keadaan orang yang memimpin.
Gaya kepemimpinan demokratis membuat orang melakukan apa yang Anda ingin mereka lakukan, namun dengan cara yang mereka inginkan. Penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan ini menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dan kepuasan kelompok yang lebih baik dibandingkan gaya kepemimpinan lainnya. Kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang mentransformasikan informasi secara langsung kepada pegawai untuk meningkatkan kinerja dan motivasi mencapai visi dan misi organisasi (Dewi dan Mujiati,.
Gaya kepemimpinan transformasional juga efektif memfasilitasi kebutuhan belajar pegawai dan mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin. Salah satu kelebihan kepemimpinan transformasional dibandingkan gaya kepemimpinan lainnya adalah dapat diterapkan dalam budaya yang beragam dan konteks yang berbeda. Northouse (2013) menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan transformasional menekankan proses di mana mereka yang terlibat dengan orang lain membangun hubungan motivasi antara pemimpin dan pengikut.
Pegawai di bawah kepemimpinan dengan gaya kepemimpinan transformasional akan lebih mudah dalam menyelesaikan tugas dan tugas yang diberikan.
Kinerja Karyawan
Gaji yaitu sejumlah bayaran yang diterima seseorang sebagai hasil pelaksanaan pekerjaannya, baik itu sesuai dengan kebutuhan maupun dirasa adil, 2. Cara kerja atasan dapat tidak menyenangkan atau menyenangkan bagi seseorang dan hal ini dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Promosi yaitu kemungkinan seseorang dapat berkembang melalui promosi, seseorang dapat merasakan adanya kemungkinan besar untuk dipromosikan atau tidak.
Prestasi kerja adalah hasil kerja yang berkaitan dengan tujuan organisasi, efisiensi dan efektivitas kinerja lainnya. Manajemen kinerja adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja suatu perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja setiap individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut. Kinerja pegawai merupakan hasil kerja secara kualitatif dan kuantitatif yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja juga berarti hasil kerja pegawai dilihat dari aspek kualitas, kuantitas, waktu kerja dan kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi (Siagiaan et al., 2018). Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, untuk mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara sah, tanpa melanggar hukum dan sesuai dengan standar dan etika. (Muis dkk., 2018). Hartatik (2014) Konsep kinerja adalah kemampuan atau prestasi kerja yang dilakukan oleh sekelompok pegawai atau orang dalam suatu organisasi.
Kinerja adalah hasil atau keberhasilan seorang individu atau kelompok dalam jangka waktu tertentu dalam melaksanakan suatu tugas dibandingkan dengan berbagai metode yang disepakati. Kinerja adalah hasil kerja yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing untuk mencapai tujuan organisasi secara sah dan tanpa melanggar atau melanggar hukum moral atau etika. Kinerja pegawai berkaitan dengan akibat yang diinginkan, hal ini mengandung makna bahwa pekerjaan yang dilakukan harus mampu memberikan sesuatu sesuai dengan hasil yang diinginkan, yaitu hasil optimal yang dapat dicapai. dan disiplin kerja.
Salah satu upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja pegawai adalah pengembangan karir dan disiplin kerja. Ada beberapa definisi yaitu kinerja merupakan fungsi dari motivasi, keterampilan dan persepsi peran. Dimana terjadi peningkatan kuantitas dan kualitas hasil maksimal yang dicapai karyawan dalam pekerjaannya sesuai dengan uraian tugas yang ditetapkan perusahaan (Faustyna dan Jumani, 2017).
Tinjauan Pustaka
Terdapat hubungan tidak langsung antara kepemimpinan transformasional dan kepuasan karyawan melalui persepsi iklim karyawan yang dimoderasi oleh gender bawahan, dan hubungan tidak langsung ini lebih kuat pada bawahan laki-laki. Transformasional dan kepuasan kerja dengan motivasi kerja sebagai variabel tidak langsung terhadap kinerja karyawan di PT Mandiri Utama Finance Makassar. Analisis) kepuasan kerja berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja karyawan dengan motivasi kerja sebagai variabel perantara.
(3) terdapat pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja pegawai; hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja pegawai; Solusi akhir mengungkapkan tiga kombinasi yang cukup untuk meningkatkan kepuasan kerja pada 84% kasus, dengan cakupan 73%. Secara konkrit, kombinasi perhatian individu yang tinggi, stimulasi intelektual dan pengaruh idealis sudah cukup untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
Pengaruh stres kerja dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan Sales Force Department UD Surya Raditya Negara. Secara parsial dan simultan kepuasan kerja dan kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Gaya kepemimpinan transformasional mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai, dan kepuasan kerja mempunyai pengaruh positif.
Gambaran di atas menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja karyawan secara simultan berhubungan dengan kinerja karyawan.
Pengembangan Hipotesis
Hal ini juga didukung oleh penelitian mengenai pengaruh positif dan signifikan variabel gaya kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan (Arthawan dan Mujiati, 2017). Kepuasan kerja adalah suatu sikap keseluruhan terhadap pekerjaan seseorang, yang menunjukkan perbedaan antara jumlah kompensasi yang diterima seorang pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka terima. Kepuasan kerja saat ini menjadi salah satu isu penting dalam bidang psikologi kerja dan organisasi.
Aspek kepuasan kerja merupakan cara menilai kesukaan individu terhadap tempat kerja, dimana penilaian ini dipengaruhi oleh gaji, kesempatan promosi, pengawasan, tunjangan non gaji, imbalan perusahaan, tata kerja, rekan kerja, sifat pekerjaan, dan komunikasi ( Laksmi dan Hadi, 2012). Kepuasan kerja erat kaitannya dengan kinerja pegawai, seseorang yang puas terhadap pekerjaannya akan mempunyai motivasi, komitmen terhadap organisasi dan partisipasi kerja yang tinggi, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerjanya. Hal ini didukung oleh Sinambela (2014) yang mengatakan bahwa kinerja karyawan yang tinggi akan terus mempengaruhi kepuasan kerja.
Selain itu, Gibson dengan jelas menggambarkan adanya hubungan timbal balik antara kinerja dan kepuasan kerja. Di satu sisi, kepuasan kerja dikatakan menyebabkan peningkatan kinerja, sehingga pekerja yang puas menjadi lebih produktif. Di sisi lain, kepuasan kerja juga dapat timbul karena usaha atau kinerja kerja, sehingga pekerja yang lebih produktif akan memperoleh kepuasan intrinsik (Adiwantari et al., 2019).
Kepuasan kerja dapat diartikan sebagai respon afektif atau emosional terhadap berbagai fakta mengenai pekerjaan. Lebih lanjut (Arifin, 2014) menyatakan bahwa jika guru mempunyai tingkat kepuasan kerja yang tinggi, maka dapat dipastikan lingkungan sekolah akan lebih menyenangkan, lebih energik dan efektif, yang secara tidak langsung akan memberikan pengaruh positif terhadap prestasi akademik siswa. Berdasarkan asumsi di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan salah satu faktor penentu kinerja guru.
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa variabel kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan (Adiwantari et al., 2019). H2: Terdapat pengaruh positif antara kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan. Kinerja pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh dua variabel yaitu gaya kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja. Gaya kepemimpinan transformasional dan kepuasan kerja berhubungan dengan kinerja karena dengan gaya kepemimpinan transformasional bawahan akan merasa dihargai dan termotivasi untuk berbuat lebih dari yang diharapkan sehingga bawahan akan meningkatkan kinerjanya dengan bekerja lebih baik dan sungguh-sungguh dan kepuasan kerja akan timbul sebagai kepercayaan. tumbuh menjadi pemimpin (Gibson et al., 1996) dalam (Adiwantari et al., 2019).