BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Irigasi Tetes
Irigasi tetes adalah suatu metode irigasi baru yang menjadi semakin disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air. Irigasi tetes merupakan metode pemberian air tanaman secara kontiniu dan penggunaan air yang sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Dengan demikian kehilangan air seperti perkolasi, run off, dan evapotranspirasi bisa diminimalkan. Sehingga efisiensinya tinggi. Sistem irigasi tetes mengalirkan air secara lambat untuk menjaga kelembaban tanah dalam rentang waktu yang diinginkan bagi tanaman (Michael, 1978)
.
2.2 Keuntungan Irigasi tetes
a. Meningkatkan nilai guna air
Secara umum, air yang digunakan pada irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan dengan metode lain.
b. Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil
Dengan irigasi tetes, kelembaban tanah dapat dipertahankan pada tingkat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman.
c. Meningkatkan efisiensi dan pemberian
Pemberian pupuk dan bahan kimia pada metode ini dicampur denagn air irigasi, sehingga pupuk atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih sedikit, fekuensi pemberian dan distribusinya hanya di sekitar daerah perakaran.
d. Menekan resiko penumpukan garam
Pemberian air secara terus-menerus akan melarutkan dan menjauhkan garam dari daerah perakaran.
e. Menekan pertumbuhan gulma
Pemberian air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman, sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan.
f. Menghemat tenaga kerja
Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaga kerja hanya diperlukan lebih sedikit (James, 1982).
2.3 Prinsip kerja Irigasi Tetes
Prinsip dasar irigasi tetes adalah memompa air dan mengalirkannya ke tanaman dengan perantaraan pipa-pipa yang dibocorkan tiap 15 cm (tergantung jarak antartanaman).
Penyiraman dengan sistem ini biasanya dilakukan dua kali sehari pagi dan petang selama 10 menit. Sistem tekanan air rendah ini menyampaikan air secara lambat dan akurat pada akar- akar tanaman, tetes demi tetes.
file:///C:/Users/TOSHIBA/Documents/irigasi-tetes-cara-efisien-menyiram.html
2..4 Komponen Irigasi Tetes
a.Jaringan Pipa pada Irigasi tetes
Pipa yang digunakan pada irigasi tetes terdiri dari pipa utama, pipa sekunder.
Pipa-pipa ini merupakan komponen penting dari irigasi tetes. Tata letak dari irigasi tetes dapat sangat bervariasi tergantung kepada berbagai faktor seperti luas tanah, bentuk, dan keadaan topografi. Dalam sistem irigasi tetes tersusun atas pipa dan emiter. Air dialirkan dari pipa dengan banyak percabangan yang biasanya dari plastik yang berdiameter 12 mm (1/2 inch) – 25 mm (1inch) (Hansen, dkk, 1986).
Jaringan irigasi tetes menggunakan pipa PVC (Poly Vinyl Chloride) dan PE (Poly Ethylene). Seluruh pipa tersebut diatur sedemikian rupa sehingga terdapat pipa utama, pipa sekunder, dan kalau ada pipa tersier.
b.Emiter
Emiter merupakan alat pengeluaran air yang disebut pemancar. Emiter mengeluarkan dengan cara meneteskan air langsung ke tanah ke dekat tanaman. Daerah yang dibasahi emiter tergantung pada jenis tanah, permeabilitas tanah. Emiter harus menghasilkan aliran yang relatif kecil dan menghasilkan debit yang menghasilkan konstan. (Hansen, dkk, 1986).
c.Tekanan
Debit merupakan fungsi dari tekanan operasi, maka variasi tekanan operasi merupakan faktor keseragaman aliran. Oleh karena tekanan berpengaruh pada debit emiter maka semakin besar tinggi air tangki penampungan akan semakin tinggi pula tekanan. Sehingga debit akan semakin besar. (Hansen, dkk, 1986).
d.Debit
Debit adalah banyaknya volume air yang mengalir per satuan waktu. Pada irigasi tetes debit yang diberikan hanya beberapa liter per jam. Umumnya debit rata-rata dari emiter tersedia dari suplier peralatan. Debit untuk irigasi tetes bergantung dari jenis tanah dan tanaman. Debit irigasi tetes yang umum digunakan adalah 4 ltr/jam, namun ada beberapa pengolahan pertanian menggunakan debit 2,6,8 ltr/jam. Penggunaan debit berdasarkan jarak tanam dan waktu operasi. . (Hansen, dkk, 1986).
e.Daerah Terbasahi
Semua jenis tanah bersifat lolos air, dimana air akan mengalir melalui ruang- ruang kosong yang terdapat di antara butir-butir tanah. Daerah yang dibasahi oleh suatu areal tergantung pada kecepatan dan volume dari pemancar emiter. Besarnya daerah terbasahi berhubungan dengan volume air yang diberikan persatuan waktu dan keadaan fisik tanah tersebut yaitu konduktivitas hidrolik atau permeabilitas tanah. Untuk
mengetahui daerah terbasahi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
W= K(V)x………..(1) w22,017,0−qCs dimana:
W = lebar daerah terbasahi atau pola penyebaran air (m) Vw = volume air yang diberikan (L)
Cs = permeabilitas tanah (m/s) q = debit emiter (l/jam)
K = koefisien empiris 0.0031 (Keller dan Bliesner, 1990).
BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan
Alat : Rangkaian alat Irigasi tetes
a. Pompa : mengeluarkan air dari bak penampung ke aliran alat pompa b. Filter : untuk menyaring air dari kotoran
c. Stop Kran 1 : untuk mengtur pengeluaran air dari pompa ke pipa utama d. Manometer : untuk mengatur tekanan udara pada air
e. Pipa utama dan pipa lateral : sebagai tempat mengalirkan air
f. Stop kran 2 : untuk mengtur pengeluaran air dari pompa utama ke pipa lateral g. Emitter : tempat pengeluaran air berupa tetesan
h. Gelas ukur : tempat air berupa tetesann Bahan : Air
3.2 Cara Kerja Rangkaian Alat
↓
Pasang manometer pada tiap-tiap pipa
↓
Letakkan gelas penampung pada emitter
↓
Kran 1 dan 2 dibuka penuh
↓
Nyalakan pompa
↓
Tunggu manometer sampai konstan tujuan agar tekanan sama pada pipa lateral
↓
Lakukan pengamatan
3.3 Gambar alat dan bagiannya
Gambar 1.1 Irigasi tetes (Emiter)