2.1 Konsep Dasar Menarche 2.1.1 Definisi Menarche
Menstruasi adalah proses alamiah yang teradi pada perempuan. Menstruasi merupakan perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ kandungan telah berfungsi matang. Umumnya, remaja yang mengalami menarche adalah pada usia 12 sampai dengan 16 tahun (Kusmiran, 2011).
Menstruasi adalah keluarnya darah, lender, mikroorganisme (flora normal di serviks dan vagina) kelenjar dan sel jaringan endometrium yang tidak terpakai dari vagina yang terjadi setiap bulan pada wanita yang sudah memasuki masa produktif yang berasal dari endometrium dalam rahim. Usia pertama wanita mendapatkan haid biasanya 12 atau 13 tahun dan wanita tidak mendapatkan haid lagi dimulai usia 40-50 tahun (Winarsih, 2017).
Haid (menstruasi) adalah perdarahan yang siklik dari uterus. Panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid yang baru. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus haid yang normal dianggap sebagai siklus klasik adalah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Lebih dari 90% wanita mempunyai siklus menstruasi antara 24 sampai 35 hari (Fitri, 2017).
7
2.1.2 Fisiologi Menstruasi
Menurut Kusmiran (2011), fisiologis menstruasi adalah sebagai berikut:
1. Stadium menstruasi
Stadium ini berlangsung selama 3-7 hari. Pada saat itu, endometrium (selaput rahim dilepaskan sehingga timbul perdarahan. Hormone-hormon ovarium berada pada kadar paling rendah.
2. Stadium proliferasi
Stadium ini berlangsung pada 7-9 hari. Dimulai sejak berhentinya darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis yang mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut (ovulasi).
3. Stadium sekresi
Stadium sekresi berlangsung 11 hari. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormone progresteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim).
4. Stadium premenstruasi
Stadium yang berlangsung selama 3 hari. Ada infiltrasi sel-sel darah putih, bisa sel bulat. Stroma mengalami disintegrasi dengan hilangnya cairan dan skret sehingga akan terjadi kolaps dari kelenjar dan arteri. Pada saat ini terjadi vasokontriksi, kemudian pembuluh darah itu berelaksasi dan akhirnya pecah.
2.1.3 Siklus Haid Wanita
Menurut Winarsih (2017), siklus haid wanita terdiri dari 2 tahap, yaitu:
1. Siklus pra ovulasi yang bisanya terjadi selama 2 minggu mulai hari pertama haid sampai masa ovulasi. Rentang waktu ini bervariasi setiap bulannya dan tidak selalu sama pada semua wanita. Periode ini menentukan panjang pendeknya siklus haid.
2. Siklus pasca ovulasi yang terjadi secara tepat rata-rata 14 hari (212-16 hari).
Pada siklus menstruasi melibatkan system di hipotalamus-hipofisis- ovarium. Secara normal siklus menstruasi terjadi berkisar 21-35 hari yang bervariasi antara wanita satu dengan yang lain. Selama 2-8 hari jumlah darah haid yang keluar berkisar 20-60 ml per hari. Pada awal menarche dan setelah menopause lebih sering mendapatkan siklus yang tidak teratur atau siklus yang an-ovulatoir (sel telur yang tidak matang) (Winarsih, 2017).
2.1.4 Siklus Menstruasi Normal
Menurut Winarsih (2017), pada siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen, yaitu:
1. Siklus ovarium (indung telur), yang terdiri dari:
a. Siklus folikuler b. Siklus luteal
2. Siklus Uterus (rahim) yang terdiri dari:
a. Fase proliferasi (pertumbuhan) b. Fase sekresi.
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menstruasi
Menurut Kusmiran (2011), beberapa faktor yang mempengaruhi menstruasi adalah:
1. Faktor Hormon
Hormon-hormon yang mempengaruhi terjadinya haid seorang wanita yaitu follicle stimulating hormone (FSH) yang dikeluarkan oleh hipofisis, estrogen yang dihasilkan oleh ovarium, luteinzing hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis, serta progesterone yang dihasilkan oleh ovarium.
2. Faktor Enzim
Enzim hidrolitik yang terjadap dalam endometrium merusak sel yang berperan dalam sintesis protein, yang menganggu metabolism sehingga mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.
3. Faktor Vaskular
Saat fase proliferasi terjadi pembentukan system vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena dan hubungan diantara keduanya. Denan regresi endmetrium, timbul statis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri dan akhiranya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematoma, baik dari arteri maupun vena.
4. Faktor Prostaglandin
Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan adanya desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi miometrium sebagai suatu factor untuk membatasi perdarahan pada haid.
2.2 Konsep Kecemasan 2.2.1 Definisi
Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang dan mempekuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman (Yusuf dkk, 2012).
Menurut Stuart & Laraia (2012), kecemasan (ansietas) merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek yang spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir) seolah-olah ada sesuatu yag buruk akan terjadi dan pada umumnya disertai gejala-gejala otonomik yang berlangsung beberapa waktu.
2.2.2 Rentang Respon Tingkat Kecemasan
Menurut Yusuf dkk (2012), rentang respon tingkat kecemasan dibagi menjadi 4 kategori yaitu:
1. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas menumbuhkan motivasi belajar serta menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2. Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif tetapi dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
3. Ansietas berat, sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
4. Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa diteror, serta tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan pengarahan. Panik meningkatkan aktivitas motorik, menurunkan kemmpuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, serta kehilangan pemikiran rasional.
2.2.3 Tanda dan Gejala
Menurut Hawari (2012), keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas antara lain :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala.
2.2.4 Skala Kecemasan
Menurut Hawari (2012), kecemasan dapat diukur dengan alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya simptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 simptom yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 sampai dengan 4. Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959 yang diperkenalkan oleh Max Hamilton. Skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dalam penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi:
a. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.
b. Merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
c. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.
d. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.
e. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
f. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
g. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot
h. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah.
i. Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap.
j. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.
l. Gejala urogenital: sering keneing, tidak dapat menahan keneing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
m. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
n. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.
Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:
0 = tidak ada gejala sama sekali 1 = Ringan / Satu dari gejala yang ada 2 = Sedang / separuh dari gejala yang ada 3 = berat / lebih dari ½ gejala yang ada 4 = sangat berat / semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14 dengan hasil:
a. Skor < 14 = tidak ada kecemasan.
b. Skor 14 - 20 = kecemasan ringan.
c. Skor 21 – 27 = kecemasan sedang.
d. Skor 28 – 41 = kecemasan berat.
e. Skor 42 – 56 = berat sekali
2.2.5 Penatalaksanaan Kecemasan
Menurut Hawari (2012) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut:
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara:
1) Makan makan yang bergizi dan seimbang.
2) Tidur yang cukup.
3) Cukup olahraga.
4) Tidak merokok
5) Tidak meminum minuman keras b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengam memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro- transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat- obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re- konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
2.3 Pendidikan Kesehatan 2.3.1 Definisi
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun nonformal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Budiman dan Riyanto, 2013)
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan dalam bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogic praktis atau praktis pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan adalah pendidikan yang diaplikasikan pada bidan kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
2.3.2 Proses Pendidikan Kesehatan
Didalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, yakni persoalan masukan (input), proses dan persoalan keluaran (out put). Persoalan masukan dalam pendidikan kesehatan adalah menyangkut sasaran belajar (sasaran didik), yaitu
individu, kelompok atau masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya (Notoatmodjo, 2012).
Beberapa ahli pendidikan mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ini ke dalam 4 kelompok besar, yakni materi (bahan belajar), lingkungan, instrumental ini terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar dan alat-alat peraga dan perangkat lunak (software) seperti fasilitator belajar, metode belajar, organisasi dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).
2.3.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2012), ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat pelaksanaan atau aplikasinya dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan. Dari dimensi sasarannya pendidikan kesehatan dapat dikelompokan menjadi 3, yaitu:
1. Pendidikan kesehatan individual, dengan sasaran individu.
2. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
3. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat.
Dimensi tempat pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat berlangsung diberbagai tempat, dengan sendirinya sasarannya berbeda pula, misalnya:
1. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan disekolah dengan sasaran murid.
2. Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah sakit dengan sasaran pasien atau keluarga pasien, dipuskesmas dan sebagainya.
3. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan yang bersangkutan.
2.4 Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Utari (2016) mengenai pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap tingkat kecemasan menghadapi menarche pada siswi kelas V SD Negeri 16 Pontianak. Hasil penelitian rata-rata skor kecemasan sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang menstruasi adalah 11,50 dan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang menstruasi adalah 5,50. Terdapat penurunan bermakna skor kecemasan antara sebelumd an sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang menstruasi dengan nilai p value = 0,002.
Hasil penelitian Pujiati (2015) mengenai pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap tingkat kecemasan menghadapi menarche. Hasil penelitian berdasarkan uji stastistik menggunakan uji wilcoson pada kelompok eksperimen, menunjukkan bahwa hasil p value=0,000.
2.5 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).
Skema 2.1 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Kecemasan dalam menghadapi menarche Pendidikan
kesehatan
2.6 Hipotesis
Ha: ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap tingkat kecemasan dalam menghadapi menarche pada siswi SMP Negeri 38 Palembang tahun 2019.
Ho: tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap tingkat kecemasan dalam menghadapi menarche pada siswi SMP Negeri 38 Palembang tahun 2019.