• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

10

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Kondisi Umum Provinsi Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat memiliki luas wilayah daratan seluas 3.709.528,44 Ha dengan garis pantai yang dimiliki yaitu sepanjang 816,82 km. Topografi Provinsi Jawa Barat sangat bervariasi mulai dari kawasan pantai utara dan pantai selatan yang memiliki dataran rendah, sedangkan di bagian tengah didominasi pegunungan yang berpotensi adanya mineral serta sungai yang mengendapkan mineral membuat Jawa Barat menjadikan salah satu wilayah paling berpotensi di Indonesia. Luas kawasan hutan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan no 195/Kpts-II/2003 memiliki luas

± 816.603 Ha yang mana terdiri dari luas hutan lindung 291.306 Ha, hutan produksi 393.117 Ha, dan hutan konservasi 132.180 Ha, angka tersebut merupakan 22,03%

dari luas daratan wilayah Provinsi).

Secara geografis Provinsi Jawa Barat terletak diantara 5°50’ - 7°50’

Lintang Selatan dan 104°48’ - 108°48’ Bujur Timur. Secara wilayah Provinsi Jawa Barat memiliki batas-batas yaitu sebagai berikut:

1. Bagian Utara dengan Laut Jawa dan Provinsi DKI Jakarta.

2. Bagian Selatan dengan Samudra Indonesia.

3. Bagian Barat dengan Provinsi Banten.

4. Bagian Timur dengan Provinsi Jawa Tengah.

Secara administratif pemerintah (Gambar 2.1), Provinsi Jawa Barat memiliki 27 kabupaten/kota, yang terdiri dari 18 kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut,

(2)

11

Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Bandung, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Subang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bandung Barat. Kota yang dimiliki Provinsi Jawa Barat ada 9, yaitu Kota Cimahi, Kota Bandung, Kota Banjar, Kota Tasikmalaya, Kota Depok, Kota Bogor, Kota Bekasi, Kota Cirebon, Kota Sukabumi serta terdiri dari 626 kecamatan, 641 kelurahan, dan 5.321 desa.

2.2 Potensi Bahan Galian Provinsi Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat mengandung potensi bahan galian (mineral) yang beraneka ragam yang tersebar di 27 kabupaten/kota. Penggunaan istilah sumber daya mineral meliputi; bahan galian logam, bahan galian non logam, batuan.

Bahan galian logam (base metal) yang ada di Jawa Barat antara lain : emas, tembaga, air raksa, timbal, besi, alumunium, dan mangan. Sedangkan bahan galian non logam antara lain : batuapung, batugamping, barit, belerang, bentonit, rijang, dolomit, fosfat, gipsum, feldspar, jasper, marmer, lempung, kaolin, zeolite, perlit, toseki, dan pasir kuarsa. Untuk bahan galian mineral kontruksi yang ada di Jawa Barat antara lain : sirtu, pasir, tanah urug, dan batuan andesit dengan sebaran yang beragam di hampir semua kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat. Adapun data potensi bahan tambang Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada (Tabel 2.1) dan (Tabel 2.2).

Adapun peta sebaran bahan galian di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada (Gambar 2.2 – Gambar 2.19).

(3)

1212 Sumber : Data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa Barat, 2009-2029

Gambar 2.1

Peta Administrasi Provinsi Jawa Barat

(4)

13 Tabel 2.1

Potensi Bahan Tambang Provinsi Jawa Barat

Sumber : Profil Data dan Statistik, Bagian Data dan Informasi Dinas ESDM Jawa Barat, 2015

(5)

14 Tabel 2.2

Potensi Bahan Tambang Provinsi Jawa Barat

Sumber : Profil Data dan Statistik, Bagian Data dan Informasi Dinas ESDM Jawa Barat, 2015

(6)

15 Sumber : Data Neraca dan Master Plan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat, 2008

Gambar 2.2

Peta Sebaran Potensi Bahan Galian Kabupaten Bandung Barat

(7)

16Sumber : Data Neraca dan Master Plan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat, 2008

Gambar 2.3

Peta Sebaran Potensi Bahan Galian Kabupaten Bandung

(8)

17Sumber : Data Neraca dan Master Plan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat, 2008

Gambar 2.4

Peta Sebaran Potensi Bahan Galian Kabupaten Bekasi

(9)

18Sumber : Data Neraca dan Master Plan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat, 2008

Gambar 2.5

Peta Sebaran Potensi Bahan Galian Kabupaten Bogor

(10)

19Sumber : Data Neraca dan Master Plan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat, 2008

Gambar 2.6

Peta Sebaran Potensi Bahan Galian Kabupaten Ciamis

(11)

20Sumber : Data Neraca dan Master Plan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat, 2008

Gambar 2.7

Peta Sebaran Potensi Bahan Galian Kabupaten Cianjur

(12)

21Sumber : Data Neraca dan Master Plan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat, 2008

Gambar 2.8

Peta Sebaran Potensi Bahan Galian Kabupaten Cirebon

(13)

22Sumber : Data Neraca dan Master Plan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat, 2008

Gambar 2.9

Peta Sebaran Potensi Bahan Galian Kabupaten Garut

(14)

23Sumber : Data Neraca dan Master Plan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat, 2008

Gambar 2.10

Peta Sebaran Potensi Bahan Galian Kabupaten Indramayu

(15)

24Sumber : Data Neraca dan Master Plan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat, 2008

Gambar 2.11

Peta Sebaran Potensi Bahan Galian Kabupaten Karawang

(16)

25Sumber : Data Neraca dan Master Plan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat, 2008

Gambar 2.12

Peta Sebaran Potensi Bahan Galian Kabupaten Kuningan

(17)

26Sumber : Data Neraca dan Master Plan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat, 2008

Gambar 2.13

Peta Sebaran Potensi Bahan Galian Kabupaten Majalengka

(18)

27Sumber : Data Neraca dan Master Plan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat, 2008

Gambar 2.14

Peta Sebaran Potensi Bahan Galian Kabupaten Purwakarta

(19)

28Sumber : Data Neraca dan Master Plan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat, 2008

Gambar 2.15

Peta Sebaran Potensi Bahan Galian Kabupaten Subang

(20)

29Sumber : Data Neraca dan Master Plan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat, 2008

Gambar 2.16

Peta Sebaran Potensi Bahan Galian Kabupaten Sukabumi

(21)

30 Sumber : Data Neraca dan Master Plan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat, 2008

Gambar 2.17

Peta Sebaran Potensi Bahan Galian Kabupaten Sumedang

(22)

31Sumber : Data Neraca dan Master Plan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat, 2008

Gambar 2.18

Peta Sebaran Potensi Bahan Galian Kabupaten Tasikmalaya

(23)

32

32

2.3 Dasar Peraturan dan Kebijakan Pengelolaan Mineral dan Batubara serta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat

Dasar peraturan dan kebijakan pengelolaan pertambangan mineral dan batubara yaitu terdapat pada pasal 33 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara, dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Aktualisasi dari pasal dan ayat tersebut diartikan bahwa sumber daya alam dikuasai oleh Negara dan merupakan milik bersama serta digunakan untuk kemakmuran rakyat dari satu generasi ke generasi secara berkelanjutan.

Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara terjadi suatu perubahan paradigma dalam pengelolaan sumber daya alam yang dapat memberikah arah baru terhadap kebijakan pertambangan mineral dan batubara termasuk produksi, nilai tambah, maupun pertambangan yang baik dam benar mengedepankan asas good mining practice. Tentu saja arah baru tersebut akan mengoptimalkan manfaat pertambangan bagi pertumbuhan ekonomi maupun kesejahteraan rakyat. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 juga ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan, Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.

(24)

33

33

Dinamika perkembangan yang ada di Provinsi Jawa Barat baik dari segi demografi, sosial, ekonomi serta adanya peraturan mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), maka sektor pertambangan merupakan sektor yang khusus agar pemanfaatannya dapat dioptimalkan serta tidak merusak lingkungan yang ada, sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dalam pasal 34 ayat (1) huruf b, “agar dalam pemanfaatan ruang mencakup pula program pemulihan kawasan pertambangan setelah berakhirnya masa penambangan agar tingkat kesejahteraan masyarakat dan kondisi lingkungan hidup tidak mengalami penurunan”.

Kewenangan pemberian izin atau urusan bidang energi dan sumber daya pemerintahan oleh provinsi, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang diatur dalam pasal 13 ayat (3) huruf d

“ Urusan pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien dilakukan oleh daerah provinsi”. Diatur pula dalam pasal 14 ayat (1) “penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang kehutanan, kelautan, serta energi dan sumber daya mineral dibagi antara pemerintah pusat dan daerah provinsi”. Kedua pasal tersebut mengartikan bahwa segala urusan mengenai sumber daya mineral khususnya pertambangan urusan kewenangannya dilakukan oleh provinsi, yang mana dalam hal ini Dinas Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat mempunyai kewenangan dalam memberikan izin suatu pengusahaan pertambangan maupun kontrol terhadap izin yang diberikan di Provinsi Jawa Barat. Diatur pula dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat pasal 72 ayat (1) “Gubernur menyelenggarakan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap penyelenggaraan pengelolaan pertambangan yang dilaksanakan oleh pemegang IUP, IPR, dan IUPK sesuai kewenangan berdasarkan ketentuan peraturan perundangan-undangan.

(25)

34

34

Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan diatur dalam pasal 38 ayat (3) “Penggunaan kawasan hutan untuk pertambangan dilakukan melalui pemberian izin pinjam pakai oleh menteri dengan mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu”, adapun dalam ayat (4) dinyatakan bahwa kawasan hutan lindung dilarang digunakan untuk tambang terbuka.

Referensi

Dokumen terkait

Pediatric asthma education is associated with statistically significant decreases in mean hospitalizations and mean ED visits and a trend toward lower odds of an ED visit.6

Bahasa Inggris 540110 - 0093 √ - HASIL SELEKSI CALON MAHASISWA BARU PROGRAM DOKTOR S3 dan PROGRAM MAGISTER S2 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MALANG TAHUN 2010/2011 YANG LULUS