JT selaku Kepala Dinas Transportasi, Komunikasi dan IT Kabupaten Maluku Barat Daya, secara informal meminta Konsultan Manajemen dan Teknik PT Tridaya Pramurtya untuk menyiapkan rencana anggaran dan biaya (RAB) sebagai Konsultan Perencanaan. -MTB/VII-2008 tanggal 11 Juli 2008 ditandatangani oleh Sdr. Sedangkan pembangunan landasan pacu bandara MOA di Kabupaten Maluku Barat Daya pada tahun 2012 dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Maluku Barat Daya dengan nilai anggaran sebesar Rp. JT selaku PPK membuat Harga Perkiraan Harga (HPS) untuk pekerjaan konstruksi pembangunan runway bandara Moa MBD tahun anggaran 2012 senilai Rp.
Dalam kontrak Pada intinya pekerjaan pembangunan Pembangunan Bandara Moa dilaksanakan dengan dana sebesar Rp. Bahwa Terdakwa Perdana Menteri adalah Pj. Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Maluku Barat Daya yaitu Sdr. Dalam posisinya sebagai Pengguna Anggaran (PA) sekaligus Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Perdana Menteri Terdakwa diharuskan memeriksa pekerjaan yang belum selesai sejak Agustus 2013 ketika ia diangkat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Dinas Perhubungan Maluku Barat Daya oleh Bupati Maluku Barat Daya8.
Perbuatan para terdakwa dalam kapasitasnya sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Maluku Barat Daya bukanlah perbuatan yang dilakukannya secara pribadi/orang, melainkan bersifat ex officio karena jabatannya. Jabatannya sebagai pengguna anggaran (PA) sekaligus pengguna anggaran dan petugas belum terpenuhi sejak Agustus 2013, saat diangkat sebagai Plt Kepala Dinas Perhubungan Maluku Barat Daya oleh Bupati Maluku Barat Daya. Bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, Majelis Hakim menilai keberadaan Terdakwa Perdana Menteri dalam proyek Pembangunan Runway Bandara Kementan 2012 melalui anggaran APBD semata-mata karena jabatannya sebagai Plt. Dinas Perhubungan Kabupaten Maluku11 .
Dengan demikian, 2 (dua) pencairan yang dilakukannya selama menjabat sebagai Pj. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Maluku Barat Daya bukanlah perbuatan yang dilakukannya secara pribadi/pribadi, melainkan secara ex officio karena jabatannya sebagai Pj. Kepala Dinas Perhubungan Selatan. Dinas Perhubungan Kabupaten Maluku Barat. Sekali lagi, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Maluku Barat Daya dipaksa untuk melanjutkan semuanya oleh Terdakwa PM selaku Pj. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Maluku Barat Daya, sehingga dalam hal ini menurut Majelis Hakim peran dan keterlibatannya Terdakwa PM harus dibedakan peran dan keterlibatan Sdr. Padahal, proyek bandara MOA itu dilaksanakan oleh Panitia yang resmi dibentuk Pemerintah Daerah Maluku Barat Daya.
Mengingat tergugat selaku pelaksana tugas pengelola Dinas Perhubungan Kabupaten Maluku Barat Daya berlatar belakang pendidikan Sarjana Hukum dan bukan Sarjana Teknik, maka pelaksanaan dan pengawasan proyek di daerah tersebut jelas akan berbeda dengan (staf) yang dipercayakan. karena kapasitasnya sehingga setiap laporan pekerjaan atau perkembangannya dari segi teknis sangat dipercaya karena keahliannya. b) Majelis hakim menyatakan bahwa perkara ini merugikan negara karena adanya penambahan yang dilakukan oleh mantan pejabat, Sdr. RK sebagai Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) telah melakukan kunjungan lapangan, tentunya sangat percaya kepada beliau yang sangat paham secara teknis apa yang dilaporkan oleh rekan-rekan yang memiliki kapasitas yang sama. d) Terdakwa Perdana Menteri selaku Pj. Kepala Dinas Perhubungan dan Informasi Kabupaten Maluku Barat Daya tidak berwenang mengangkat dirinya menjadi PNS tetapi diangkat oleh Bupati Maluku Barat Daya. JT dengan persetujuan Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Maluku Barat Daya. f) Padahal Mahkamah Konstitusi dalam Pasal 2 ayat merugikan keuangan negara”.
Pertimbangan Hukum Pengadilan Tingkat Banding
Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pengadilan Ambon keliru dalam memeriksa dan memutus perkara ini dengan mempertimbangkan undang-undang, apalagi mempertimbangkan unsur salah dalam dakwaan primer karena yang melakukan pembayaran untuk tahap III DAN IV adalah terdakwa. . , tanpa menyelidiki dan menyelidiki pekerjaan yang sebenarnya sesuai dengan kewenangan dan tugasnya sebagai Pj. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten MBD, sehingga mengakibatkan kerugian keuangan negara/daerah. Setelah memperhatikan dan mencermati pertimbangan hukum Majelis Hakim Tingkat I tersebut di atas, Majelis Hakim Tingkat Tinggi berpendapat bahwa Majelis Hakim Tingkat I. Pertimbangan hukum yang ditetapkan oleh Majelis Hakim Tingkat Tinggi Tingkatan dalam kaitannya dengan Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh Terdakwa adalah perbuatan melawan hukum dalam arti luas, yang tentu saja bermuara pada perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Badan Hukum (Rechts Persoon), dan badan hukum itu sendiri merupakan terminologi yang tegas. hukum perdata12.
Dalam perkara terhadap terdakwa PM pasal 55 KUHP ayat 1 (1) yang harus dibuktikan oleh kejaksaan negara dilanggar dengan dakwaan dakwaan I dan dakwaan dakwaan dakwaan skunder tidak mempertimbangkan pasal tersebut. Roeslan Saleh mengingatkan, majelis hakim tingkat banding juga harus memperhatikan atau memperhitungkan pertanggungjawaban langsung maupun tidak langsung (strict liability dan vicarious liability) dalam tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi. Sebaliknya, majelis hakim tingkat pertama tidak mengungkapkan perseroan sebagai bagian dari unsur orang tersebut dalam unsur "barang siapa".
Oleh karena keberatan yang dimuat dalam kontra memorandum ini telah dipertimbangkan oleh majelis hakim tingkat pertama dan pertimbangan tersebut dianggap tepat dan benar serta dengan pertimbangan majelis hakim tingkat banding tersebut di atas, maka tampak unsur melawan hukum. dalam akta tuntutan utama telah dipenuhi dan dibuktikan dengan perbuatan tergugat, oleh karena itu keberatan penasihat hukum tergugat dalam kontra memorandumnya tidak perlu dipertimbangkan lebih lanjut dan harus ditolak. Setelah mempelajari dan mencermati salinan resmi putusan pengadilan TIPIKOR di Pengadilan Negeri Ambon tanggal 27 April 2018 Nomor 23/pid.sus-TPK/2017/PN.Amb, Majelis Hakim Tingkat Banding adalah berpendapat bahwa apa yang dalam putusan dianggap tepat dan benar sesuai dengan fakta-fakta persidangan dan menurut peraturan perundang-undangan, dengan pengecualian unsur melawan hukum sebagaimana dipertimbangkan di atas, sehingga menjadi pertimbangan Majelis Hakim. Yang pertama, terkait dengan unsur-unsur lain dalam dakwaan primer, diambil alih dan dijadikan pertimbangan dan dasar Majelis Hakim tingkat Banding dalam memutus perkara ini.
Berdasarkan pertimbangan di atas, ternyata semua unsur delik dalam dakwaan primer terpenuhi dan dibuktikan dengan perbuatan terdakwa, sedangkan Pengadilan Negeri dalam putusannya menyatakan bahwa terdakwa tidak terbukti melakukan tindak pidana. tindak pidana korupsi dalam dakwaan primer dan membebaskan terdakwa dari dakwaan primer, demikian putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Ambon tanggal 27 April 2018 nomor 23/Pid.Sus-TPK/2017/PN .Amb tidak dapat dibela dan harus dibatalkan, maka majelis hakim pada tingkat banding akan mengadili sendiri perkara tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam putusan pada halaman 73 yang intinya “Majelis Hakim Banding telah benar dan patut sesuai dengan fakta-fakta perkara dan menurut kaidah hukum, dengan mengesampingkan unsur melawan hukum sebagaimana tersebut di atas, sehingga penilaian Majelis Hakim Tingkat Pertama yang berkaitan dengan unsur – unsur lain dari tuntutan utama, diambil alih dan dijadikan pertimbangan dan dasar bagi Majelis Hakim tingkat banding dalam memutus perkara ini. istilah “pencegahan” yang tidak memberikan kepastian hukum dalam suatu alat bukti, khususnya yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi.
Timbul pertanyaan apakah jawabannya kumulatif sehingga salah satu syarat tidak terbukti sehingga mengakibatkan dakwaan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dalam surat dakwaan primer. f) Surat dakwaan primer juga menggunakan pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP, namun tidak diperiksa oleh Majelis Hakim Pengadilan Tinggi.
Hakekat Judex Factie Dan Judex Juris Dalam Pemeriksaan Suatu Perkara
Kekuasaan yang diberikan kepada sidang pengadilan dan banding yang sering terjadi dalam proses peradilan disebut Judex Factie yaitu kekuasaan untuk memeriksa fakta dan alat bukti dalam suatu perkara serta untuk menentukan fakta suatu perkara. Anda dapat melihat apa yang dilakukan oleh pengadilan tingkat pertama (Pengadilan Negeri) dan pengadilan banding (Pengadilan Tinggi) dalam yurisdiksi Judex Factie dan Mahkamah Agung (Casis of Court) dalam yurisdiksi Judex Yuris dalam tugas dan fungsinya badan individu dalam proses pemeriksaan perkara. Dapat dikatakan bahwa peradilan tingkat pertama pada semua pengadilan dalam perkara perdata, pidana, dan tata usaha negara akan memeriksa fakta dan alat bukti yang diperoleh di persidangan.
Terkait dengan hal tersebut, Herri Swantoro mengemukakan pendapatnya bahwa: “dalam hukum normatif bahwa kompetensi hakim pada pengadilan tingkat pertama dan tingkat banding merupakan kompetensi judex factione dengan argumentasi bahwa penafsiran fakta pada pengadilan tingkat pertama tingkat kasasi dan kasasi terungkap dalam persidangan dikaitkan dengan keadilan hukum (legal justice), keadilan masyarakat (social justice), dan keadilan filosofis.17 Fakta menunjukkan bahwa putusan Pengadilan Negeri menetapkan bahwa dakwaan utama Jaksa tidak terbukti tidak, tetapi dakwaan subsider terbukti karena divonis 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan Menurut saya ada keinginan untuk mempercepat proses peradilan suatu perkara, tetapi sangat ditentukan oleh konsistensi pengadilan tingkat pertama dan pengadilan banding untuk menerapkan Judex Factie dengan baik dan benar.
Terhadap perkara yang dihadapi oleh Terdakwa PM, Majelis Hakim dalam proses persidangan tingkat I menemukan fakta dan bukti bahwa PM tidak mungkin dapat melaksanakan Proyek Landasan Pacu Bandara di Kabupaten Maluku Barat Daya sendirian tanpa adanya panitia yang memiliki tugas dan wewenang yang berbeda menurut tugas dan fungsinya masing-masing. JT dan masih banyak lagi fakta dan bukti yang ditemukan pada sidang tingkat pertama di atas. Dalam proses peradilan tingkat banding, Majelis Hakim tidak menjalankan kewenangan judex fraksinya, misalnya pertimbangan hukum mengenai unsur melawan hukum tanpa menunjukkan fakta dan bukti melawan hukum yang dilakukan oleh Terdakwa PM.
Argumen lain yang diajukan oleh majelis hakim di tingkat banding menyatakan bahwa sidang pengadilan telah keliru menggunakan pertimbangan hukum majelis hakim di sidang pengadilan yang merupakan yurisdiksi judex juris Mahkamah Agung. Pertanyaan yang muncul adalah apakah Majelis Hakim yang tidak menjalankan kewenangan judex factie dapat mengajukan banding atas pertimbangan Herri Swantoro tersebut di atas.